Aya datang dengan wajah sumringahnya, menenteng beberapa barang branded yang entah dari mana asalnya itu barang. Angga yang baru saja turun dari lantai dua memandang Aya dengan tatapan kesal, berjalan melangkah kearahnya lalu menjegal langkah Aya hingga terjungkal. “Mas Angga ini kenapa sih? Kalo Aya jatuh gimana? Nggak inget ada bocil didalam perut Aya?” Kesal Aya sambil berkacak pinggang. “Itu barang dari mana?” Angga menunjuk paper bag yang ada dikedua tangan Aya. Seketika senyum Aya kembali sumringah. “Anu! Tadi dibelikan Anu, katanya hadiah untuk tantenya bocil.” Angga mengertakkan giginya, menatap tajam Aya. “dan saat gue berniat beliin Lo! Lo nolak? Kenapa?” Aya menunjukkan cengirannya. “bukannya nolak tapi kasian sama mas Angga, kan mas Angga udah bangunin rumah Aya.” “l