“ingat Aya! Mak bilang, bahagiakan suami kamu sebelum dia dibahagiakan orang lain.” Aya mengusap tengkuknya berulang kali sambil mondar-mandir didepan pintu kamarnya. Perasaannya masih bimbang, antara masuk atau tidak karena dia masih ada hak orang lain bukan hak miliknya sendiri. “Ah!” Helaan nafas kesalnya kembali keluar dari bibirnya, Aya kembali menatap pintu kamar yang tertutup rapat, sambil mengusap perutnya beberapa kali. “Hey bocil, bikin susah gue aja lu ah!” protesnya pada bayi dalam perutnya. “Masuk nggak ya? Tapi kalau nggak masuk. Masak iya kita bobok diluar cil?” Aya kini menatap perutnya. “tadi alasan mau makan lapar, sekarang mau alasan apa lagi kalau bapak tanya kenapa nggak tidur?” Aya berdiri mematung didepan pintu sampai pada ahirnya dia melirik jam dinding yang sudah