Aya mulai melangkah keluar, meski kepanikannya belum sepenuhnya pulih Aya berusaha menenangkan dirinya, mertuanya pun tetap memberi dukungan moril kepadanya. “Kamu jangan gugup gitu donk Aya.” Aya mengangguk singkat tapi pandangannya masih menjurus kelorong yang nampak panjang tidak berujung. Memang seperti itu jika pikiran ingin segera sampai, langkah seolah semakin menelan dan jalanpun seolah tidak berujung. Menyebalkan bukan? Hanna berhenti tepat diruang ICU. “Itu Angga!” Tunjuk Hanna pada jendela kaca besar yang ada dihadapannya. “ba—“ Aya tidak bisa mengeluarkan suaranya karena kini air matanya kembali membasahi kedua pipinya, Aya terisak namun dia berusaha membekap bibirnya dengan dua tangannya. Melihat kondisi Angga yang memprihatinkan membuat hati Aya teriris pilu. “mas—Ang