Tamu Tak Diundang

2504 Words
Ibra menepati janjinya untuk membawa Arletta ke tempat yang bagus. Pria itu ingin membuat Arletta senang karena wanita itu sedang memiliki masalah dengan kekasihnya. Keduanya menikmati waktu bersama yang sudah lama tak pernah mereka rasakan. Keduanya pergi secara diam-diam agar tidak diketahui oleh rekannya yang lain. “Arletta,” panggil Ibra membuat Arletta menatap pria itu yang ada di sampingnya. “Ya?” tanya Arletta. “Ada apa?” tanya Ibra lembut sambil mengelus pipi Arletta. “Kenapa? Aku tak paham,” kata Arletta bingung membuat Ibra menghela napasnya panjang. “Aku tahu ada yang mengganggumu, kau tak biasanya seperti ini. Kau terlihat berbeda, apa yang sedang kau pikirkan? Kau sangat tak bebas kali ini apa aku salah?” tanya Ibra membuat Arletta tersenyum kecil lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Ibra. Arletta mencari rasa nyaman di sana dan Ibra merangkul Arletta agar wanita itu merasa nyaman padanya. “Kau bisa cerita apapun padaku, dari dulu aku selalu mengatakan itu padamu apa kau lupa?” tanya Ibra membuat Arletta menganggukkan kepalanya. “Aku hanya sedang bingung saja, aku tak tahu kenapa bisa ada di sini bersamamu. Aku merasa saat ini kita salah, aku tak mau orang tahu apa yang terjadi dengan kita saat ini. Bagaimanapun aku sudah punya Thomas begitu juga denganmu yang sudah menikah, aku tak mau merusak apapun. Walaupun aku tahu kita sudah merusak semuanya, tak seharusnya kita kembali bertemu. Andai saja aku bisa mengulang waktu, aku mau pertemuan kita tak terjadi,” kata Arletta. “Apa kau sangat tak suka bertemu denganku? Apa kau menyesal saat ini?” tanya Ibra. “Aku tak suka dengan pertemuan kita yang sekarang. Mungkin kalau kita bertemu dengan situasi yang berbeda aku bisa memahaminya, tapi situasi kita sangat berbeda dan menurutku ini salah,” jawab Arletta. “Itu berarti kau tak suka dengan waktunya bukan tak suka dengan pertemuan kita kembali, apakah begitu?” tanya Ibra memastikan. “Mungkin,” jawab Arletta. “Andai saja kita bertemu kembali diwaktu yang tepat dan tidak disituasi seperti ini apa ada harapan untuk kita bisa kembali bersama? Apa kau mau kembali denganku?” tanya Ibra membuat Arletta terdiam. “Aku tak tahu, jujur aku tak bisa menjawabnya,” kata Arletta. “Sudah sejauh ini apa kau tak mau kembali? Kita sudah melakukan kesalahan seperti yang kau katakan, apa kau tak mau meneruskannya? Aku akan memperjuangkanmu kembali, aku membutuhkanmu Arletta. Aku tak menginginkan yang lain, kasih aku kesempatan sekali lagi. Aku akan menunjukkannya padamu, apa tak bisa?” Arletta menatap Ibra sehingga pandangan keduanya bertemu. “Apa kau benar masih mencintaiku? Bagaimana dengan istrimu?” tanya Arletta. “Aku sudah mengatakannya padamu, aku akan mencari cara untuk berpisah dengannya. Aku hanya menginginkanmu saja, aku harap kau juga melakukan hal yang sama. Aku masih mencintaimu, aku sudah jujur padamu tentang perasaanku sebelumnya,” kata Ibra membuat Arletta terdiam. “Ku mohon percaya padaku, aku hanya mencintaimu Baby. Aku hanya menginginkanmu, apakah semuanya masih belum terbukti?” tanya Ibra membuat Arletta menghela napasnya panjang. Ibra mengelus pipi Arletta lalu memegang dagunya dan pandangan keduanya bertemu. Ibra menatap Arletta sangat dalam dan wanita itu membalasnya, Ibra dengan perlahan mendekat dan memejamkan matanya. Begitu juga dengan Arletta yang ikut memejamkan matanya sampai akhirnya Ibra menempelkan bibir keduanya. Awalnya hanya menempel namun lama kelamaan Ibra mulai memagut bibir Arletta. Keduanya menikmati sentuhan demi sentuhan yang keduanya salurkan. Suasana saat itu sangat mendukung dan keduanya saling merasa, perasaan keduanya juga sedang dipertaruhkan. Tangan Ibra memegang tengkuk Arletta agar memperdalam ciuman keduanya. Namun ciuman itu berakhir ketika ponsel Ibra berdering. Arletta langsung saja mengusap bibirnya yang basah dengan napas yang tak beraturan. Ibra tersenyum senang lalu mencium kening Arletta sebentar sebelum mengambil handphonenya di dalam saku. Ibra segera mengangkat panggilan itu karena yang menghubunginya adalah kopilotnya. “Ada apa?” tanya Ibra begitu panggilan tersebut tersambung. “Kau ada dimana?” tanya pria itu dibalik telepon. “Aku sedang diluar, ada apa?” tanya Ibra lagi membuat Arletta merasa bingung. “Kau harus kembali ke penginapan, istrimu datang. Apa kau tak tahu?” tanya pria itu membuat Ibra terkejut dan langsung saja bangkit berdiri. “Istriku datang?” tanya Ibra memastikan membuat Arletta sama terkejutnya. “Ya, segera datang aku akan menemani istrimu,” kata pria itu sebelum mengakhiri panggilannya. Ibra menghela napasnya panjang dan mengusap wajahnya dengan kasar. “Istrimu datang?” tanya Arletta memastikan. “Sepertinya begitu, tak biasanya dia datang seperti ini. Aku harus kembali ke penginapan, maaf tak bisa menemanimu lagi. Aku janji akan menemanimu dilain waktu, maafkan aku Baby,” kata Ibra tak enak hati. Arletta memaksakan senyumnya lalu menganggukkan kepalanya, sebelum pergi Ibra memeluk Arletta dengan erat. Setelah itu Ibra pergi meninggalkan Arletta sendirian, wanita itu merasa tak suka. Namun akhirnya Arletta masuk ke dalam salah satu minimarket dan mengambil sebungkus rokok dan menyesapnya. Saat ini Arletta membutuhkan pelarian, wanita itu tak tahu apa yang sedang dirasakannya saat ini. Paling penting baginya saat ini bahwa Arletta membutuhkan suatu hal sebagai pelampiasan. Arletta mengambil handphonenya dan tak mendapatkan pesan apa-apa di sana. Biasanya Thomas akan menghubungi atau mengirimkannya pesan. Namun kini pria itu tak mengirimkan apapun, biasanya Thomas akan mengalah ketika mereka bertengkar. Tapi kali ini pria itu bersikap dingin sehingga membuat hubungan mereka semakin tak baik. Arletta hanya bisa menghela napasnya kasar lalu kembali menyesap rokok tersebut. *** “Kenapa kau datang?” tanya Ibra begitu sampai di penginapan. “Aku ingin memberimu kejutan,” kata Greesa dengan semangat. Namun Ibra tak suka dengan kedatangan Greesa. “Kau seharusnya senang karena istrimu datang, aku akan meminta kamar yang lain untuk kalian. Aku pikir kalian akan satu kamar, aku akan mengurusnya. Nikmati waktumu,” kata rekan kerja Ibra itu lalu pergi meninggalkan mereka berdua. “Kau tak suka dengan kedatanganku?” tanya Greesa yang sadar jika Ibra tak suka. “Kau tak memberitahuku tentang ini, kau jelas tahu disaat bekerja aku tak suka diganggu,” kata Ibra mencari alasan. “Aku hanya ingin memberimu kejutan, aku pikir kau akan senang dengan kehadiranku. Kita sudah lama tak punya waktu berdua, saat kau libur kau pergi dan meninggalkanku sendirian. Aku merindukanmu Ibra, aku janji tak akan mengganggumu bekerja. Aku hanya mau ikut kemana saja kau pergi, apa tak boleh?” tanya Greesa dengan sedih dan Ibra mengusap wajahnya kasar. “Sebaiknya kau pulang saja besok, bukannya aku tak senang dengan kehadiranmu. Aku tak mau rekanku merasa tak nyaman, aku juga tak suka saat bekerja seperti ini. Aku harap kau bisa paham dengan yang kukatakan,” kata Ibra sambil membawa koper milik Greesa. Wanita itu melihat Ibra yang berjalan lebih dahulu, Greesa menghela napasnya panjang dan mengikuti Ibra dari belakang dengan sedih. Wanita itu pikir Ibra akan senang melihatnya, ternyata ia salah. “Beristirahatlah, aku akan keluar sebentar,” kata Ibra begitu mereka sampai di kamar. “Kau mau kemana?” tanya Greesa sambil menahan lengan Ibra. “Aku ingin keluar, aku ingin berjalan-jalan sebentar,” jawab Ibra. “Apa aku tak bisa ikut?” tanya Greesa lembut, Ibra menghela napasnya panjang. “Kau istirahat saja, aku ingin sendiri,” kata Ibra lagi membuat Greesa menggelengkan kepalanya. Wanita itu memeluk Ibra dari belakang dan menyandarkan wajahnya di bahu belakang pria itu. “Maaf membuatmu marah, aku janji tak akan melakukannya lagi. Aku berpikir kau akan senang, maafkan aku Ibra jangan mendiamkanku seperti ini. Aku akan pulang besok, aku janji. Aku tak akan menganggumu, tapi ku mohon malam ini jangan pergi dan tinggalkan aku sendirian. Aku minta maaf Ibra, jangan marah lagi padaku,” mohon Greesa membuat Ibra kembali mengusap wajahnya kasar. Di satu sisi Ibra merasa kasihan dengan Greesa, tapi disatu sisi lagi ia kesal karena kehadiran Greesa pria itu harus meninggalkan Arletta. Ibra saat ini khawatir dengan Arletta dan ingin mencari wanita itu. “Apa maumu saat ini?” tanya Ibra. “Di sini bersamaku, jangan pergi. Jangan tinggalkan aku, aku sangat merindukanmu. Maka itu aku datang menemuimu, karena aku sangat merindukanmu. Aku membutuhkanmu Ibra,” mohon Greesa membuat Ibra menghela napasnya. Pria itu akhirnya memilih tinggal di sana bersama dengan Greesa. Wanita itu langsung saja membalikkan tubuh Ibra dan memeluk pria itu dengan erat. Senyum bahagia menghiasi wajah wanita itu karena Ibra akhirnya tak pergi. *** “Apa kau tadi malam langsung pulang?” tanya Ibra pada Arletta yang sedang mengantri mengambil sarapan. “Bukan urusanmu,” jawab Arletta ketus saat Ibra bertanya. “Jangan seperti itu Baby, aku khawatir padamu,” kata Ibra pelan dan semakin mendekat. Namun Arletta bergerak menjauh agar menjaga jarak supaya orang tak berpikir yang tak baik tentangnya. “Kalau khawatir kau tak akan meninggalkanku sendirian, bukan begitu?” tanya Arletta tak suka. “Maafkan aku Baby, aku ingin menyusulmu tapi aku tak bisa. Hari ini Greesa akan pulang, kita bisa kembali bersama. Maaf sudah membiarkanmu sendiri, aku janji akan menemanimu lagi,” bujuk Ibra sambil memegang lengan Arletta. Wanita itu menarik tangannya dan melihat sekitar untuk memastikan tak ada yang memperhatikan mereka. “Jangan seperti ini Ibra, ini tempat umum. Aku tak mau orang salah paham dengan sikapmu seperti ini, tolong jaga sikapmu. Kau suami orang, jangan bersikap seperti ini,” kata Arletta dengan sarkas membuat Ibra terdiam. Wanita itu meninggalkan Ibra yang masih terdiam, Arletta bergabung dengan rekan-rekannya yang lain. Lalu istri Ibra datang dan bergabung dengan mereka, lalu duduk di depan Arletta membuat wanita itu tak suka. “Hai,” sapa Greesa pada Arletta. Wanita itu hanya tersenyum saja sambil menikmati makanannya. “Aku tak menyangka jika kau dan kekasihmu adalah rekan kerja suamiku, sekali lagi aku minta maaf atas kejadian waktu itu,” kata Greesa sambil tersenyum. “It’s okay,” balas Arletta yang memang tak mau memperpanjang. Ibra datang dan melihat Arletta serta Greesa ada di meja yang sama, mau tak mau Ibra ikut bergabung dan kini duduk di antara keduanya. Di samping kiri Ibra ada Arletta dan samping kana nada Greesa semakin membuat Arletta tak suka. Wanita itu sudah mengirimkan pesan tak suka itu melalui pandangan matanya pada Ibra. “Selamat atas rencana pernikahanmu dengan kekasihmu, semoga segala persiapan dipermudah. Kau sangat serasi dengannya, kau sangat beruntung mendapatkan pria sepertinya,” puji Greesa membuat Arletta tertawa. Rekan-rekan Arletta melihat Arletta karena hal itu. “Ya, aku sangat beruntung mendapatkan pria sepertinya,” tegas Arletta sambil menatap Ibra tajam ingin membuat pria itu kesal. “Aku tak pernah menemukan pria sepertinya, kekasihku sebelumnya tak seperti itu. Aku memang sangat beruntung memilikinya, terima kasih atas doanya. Aku pikir aku akan menjadi wanita yang paling bahagia saat bersamanya,” kata Arletta lagi dengan bangga. “Ya, Arletta memang sangat beruntung bisa menjadi kekasih Pak Thomas. Dia pria yang sangat baik dan sopan, aku harap kalian bisa segera menikah dan hidup bahagia,” kata rekan kerja Arletta penuh harap membuat wanita itu tertawa. Arletta menatap Ibra dengan senang, sedangkan pria itu hanya bisa diam saja mendengarkan semuanya. Namun di dalam hatinya pria itu sangat kesal. *** Arletta dikejutkan oleh Ibra yang tiba-tiba menariknya saat ingin ke kamar mandi. Pria itu membawa Arletta ke ruangan tangga darurat dan menutup pintu tersebut. Ibra mendorong Arletta ke dinding sehingga wanita itu tak bisa pergi dari sisinya. “Kau mau apa?” tanya Arletta tak suka. “Kau sengaja melakukannya?” tanya Ibra dengan berdesis. “Melakukan apa maksudmu?” tanya Arletta. “Kau sengaja mengatakan itu tadi saat sarapan karena ingin membalasku dan melihat reaksiku bukan? Kenapa kau sangat membanggakan kekasihmu itu di depanku?” tanya Ibra tak suka. Arletta yang mendengar itu tertawa. “Kenapa? Kau cemburu? Dia kekasihku, wajar jika aku memujinya. Lagi pula apa yang kukatakan benar, bukankah seharusnya aku beruntung memilikinya? Dia pria yang baik, dia tak pernah menyakitiku seperti yang kau lakukan. Dia selalu berusaha membuatku bahagia, lalu dimana letak kesalahannya? Apa aku tak boleh mengatakan hal itu tentangnya?” tanya Arletta dengan berani membuat Ibra semakin marah. “Kau hanya bisa memujiku Arletta tidak dengan pria lain, kau hanya milikku. Kau bukan milik pria itu, jadi jangan pernah mengatakan hal itu lagi tentangnya. Aku sudah mengatakannya padamu, kalau aku akan membuktikannya padamu,” desis Ibra membuat Arletta tertawa. “Omong kosong! Belum apa-apa saja kau sudah meninggalkanku sendiri, apakah itu yang dikatakan ingin berjuang? Kau mengatakan hal yang gila Ibra, jadi bagaimana bisa aku percaya padamu?” tanya Arletta dengan berani membuat Ibra kesal. Pria itu mencium bibir Arletta dengan kasar hal itu membuat Arletta tak suka. Arletta berusaha menolak dan mendorong Ibra namun tenaga pria itu jauh lebih kuat. “Lepaskan aku Ibra, jangan seperti ini! Lepass!” desis Arletta minta untuk dilepaskan. “Aku tak akan melepaskanmu sebelum kau berjanji padaku untuk tidak melakukan hal itu lagi. Aku benar-benar tak suka, aku mau setelah bekerja kita pergi liburan bersama. Aku akan membuktikannya padamu jika aku bisa membahagiakanmu, aku mau kita bersama. Bagaimana? Apa kau bisa melakukan itu untukku? Aku sudah melihat jadwal kita setelah penerbangan panjang ini kita akan libur,” kata Ibra masih menempelkan kening keduanya. “Aku tak bisa, Thomas bisa curiga padaku. Dia jelas tahu jadwal penerbanganku, aku tak pernah seperti itu sebelumnya.” Ibra kembali mencium bibir Arletta kasar membuat wanita itu memukul d**a Ibra. “Ibra lepas kau menyakitiku!” desis Arletta. “Aku tak mau mendengar alasan apapun Arletta, aku tahu kau cukup pintar untuk mencari alasan. Kau juga sedang bertengkar dengannya, kau bisa memakai alasan itu bukan? Aku akan membuktikannya padamu, jadi kau harus pergi denganku,” kata Ibra sambil mengedipkan matanya. Terdengar suara langkah kaki yang mendekat membuat Arletta seketika panic ketika mendengar hal itu. “Lepaskan aku Ibra, ada orang yang mendekat. Bagaimana jika dia orang yang kita kenal?” tanya Arletta panik. “Aku tak peduli, sebelum kau menjawabku aku tak akan melepaskanmu. Jadi kalau kau ingin dilepaskan jawab dan berjanjilah padaku,” ancam Ibra membuat Arletta menghela napasnya panjang. “Kau benar-benar gila Ibra,” desis Arletta membuat pria itu tertawa dan langsung saja menutup mulut Ibra agar tidak bersuara. “Baiklah aku akan mengikuti keinginanmu, lepaskan aku,” mohon Arletta. “Berjanjilah padaku,” kata Ibra lagi. “Iya aku janji akan pergi denganmu, cepat lepaskan aku sekarang,” desis Arletta lagi membuat Ibra tersenyum senang. Lalu Ibra mencuri ciuman di bibir wanita itu, setelah melakukan hal itu Ibra segera pergi dari sana meninggalkan Arletta. Wanita itu menghela napasnya panjang dan ternyata benar rekan kerjanya yang sedang turun dari atas sehingga mereka bertemu di tangga darurat, “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya wanita yang menjadi rekan kerja Arletta itu. “Aku baru saja melakukan panggilan video,” kata Arletta sambil mengangkat handphonenya untuk berbohong. “Bagaimana denganmu?” tanya Arletta membuat wanita itu tersenyum. “Sedang melakukan hal yang mengasyikkan,” kata wanita itu sambil mengedipkan matanya lalu membuka pintu dan Arletta menyusul rekannya itu. “Apa hal mengasyikkan yang kau maksud?” tanya Arletta bingung membuat wanita itu tertawa. “Sebaiknya kau tak perlu tahu,” jawab wanita itu sambil tertawa. Arletta tak bertanya lagi, wanita itu tak benar-benar peduli dengan apa yang dilakukan rekannya itu. Arletta hanya peduli bahwa ia sudah terlepas dari Ibra dan tak ada yang tahu tentang apa yang terjadi barusan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD