“Aku hanya mau kita bersama, itu cukup. Kita bisa jalani dan lihat hasilnya bagaimana, apa itu salah?” tanya Ibra membuat Arletta menghela napasnya panjang dan kembali duduk. Ibra tak benar-benar bisa menjawab pertanyaan yang diajukannya.
“Aku capek, apa kau bisa pulang?” tanya Arletta membuat Ibra tak suka.
“Apa kau sedang menghindar dariku?” tanya Ibra.
“Aku harus menghindar bagaimana? Mau sejauh apapun aku pergi atau menghindar tak akan bisa. Kau tahu datang ke sini, kita juga bekerja di tempat yang sama. Apakah aku bisa lari lagi kalau semua duniaku sudah kau ketahui?” tanya Arletta balik membuat Ibra terdiam.
“Tapi pembahasan kita belum selesai Baby, masih belum ada jalan keluar. Kau juga belum setuju dengan permintaanku,” kata Ibra memohon sambil berlutut dihadapan Arletta.
“Apakah semua keinginanmu harus dipenuhi?” tanya Arletta pelan sambil menatap Ibra dalam. “Pembahasan kita tak akan pernah bisa selesai karena memang tak ada jalan keluar, jadi ku mohon Ibra pulanglah. Istrimu sudah menunggumu dan khawatir padamu, kita sama-sama perlu waktu untuk memikirkan semuanya. Saat ini mungkin perasaanmu sedang membara setelah perpisahan kita, mungkin perasaan itu akan berubah setelah beriringnya waktu. Kita tidak tahu ke depannya bagaimana bukan?” tanya Arletta membuat Ibra tertawa.
“Perkataanmu benar, tapi juga tak akan ada yang tahu kalau ternyata setelah berjalannya waktu perasaan itu tetap sama benar bukan?” tanya Ibra membuat Arletta terdiam. “Baiklah aku akan pergi, tapi kau harus tahu bahwa ini tidak akan menjadi pertemuan terakhir kita. Aku akan mendatangimu dan meyakinkanmu bahwa kau masih mempunyai perasaan untukku, bukan untuk kekasihmu. Akan kupastikan bahwa aku layak untuk kembali padamu dan aku akan merebutmu darinya, aku akan melakukan itu,” tegas Ibra membuat Arletta menatap pria itu.
“Kau gila?” tanya Arletta.
“Ya! My Crazy Passion is You!” tegas Ibra.
Setelah mengatakan itu Ibra masuk ke dalam kamar Arletta untuk mengambil barangnya, sebelum pergi Ibra mencium puncak kepala Arletta yang masih duduk di tempatnya tadi. Arletta tak menolak, karena wanita itu tak memperpanjang masalah nantinya. Setelah Ibra pergi, Arletta berteriak dengan keras dan melempar semua bantal sofa yang ada didekatnya.
***
“Akhirnya kau pulang juga,” kata Greesa saat melihat suaminya sudah kembali. Pria itu tersenyum senang terlihat dari wajahnya yang begitu berbeda dari biasanya. “Apakah ada kabar baik? Kau terlihat sangat berbeda hari ini,” kata Greesa lagi menyampaikan yang dilihatnya.
“Benarkah? Aku merasa biasa saja,” jawab Ibra sambil melepaskan pakaiannya.
“Kau terlihat bahagia, aku pikir ada yang membuatmu senang,” kata Greesa lagi membuat Ibra tertawa.
“Aku mau mandi,” kata Ibra sambil menyerahkan pakaian kotornya pada istrinya itu.
Lalu Ibra masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Greesa yang masih terlihat bingung. Wanita itu masih merasa aneh dengan perubahan suaminya itu, lalu Greesa merasakan ada yang berbeda dengan pakaian kotor yang diberikan suaminya.
Ada bau yang tak biasa yang sebelumnya tak pernah dirasakannya, parfum Ibra jelas diketahuinya. Namun Greesa menemukan ada bau yang aneh, namun wanita itu tak mau ambil pusing dan segera membawanya ke mesin cuci.
“Apa kau mau kopi?” tanya Greesa saat Ibra sudah selesai mandi dan kini duduk di kursi belakang rumah mereka yang menuju kolam renang.
“Tidak,” jawab Ibra.
“Teh?” tanya Greesa lagi dan Ibra menggelengkan kepalanya. Lalu Greesa mendekati Ibra dan duduk di atas pangkuan pria itu membuat Ibra terkejut.
“Ada apa? Tak biasanya kau manja seperti ini,” kata Ibra bingung.
“Aku hanya merindukanmu saja, kau baru pulang bekerja. Lalu kau pergi meninggalkanku dengan temanmu, kau tak memberi waktu liburmu untukku. Sepertinya kau sedikit melupakanku, apakah aku salah?” Ibra tertawa ketika mendengar hal itu.
“Tidak, aku tak melupakanmu. Hanya saja aku sedang beradaptasi dengan lingkungan yang baru, jadi aku harus ikut beberapa pertemuan dengan mereka supaya bisa dekat. Aku harap kau bisa paham dengan kesibukanku yang baru, kau bisa mencari kesibukan lain jika kau mau. Supaya kau tak bosan di rumah saat aku tak ada di rumah,” usul Ibra.
“Aku akan memikirkannya nanti, saat itu apa kau lupa dengan janjiku yang ingin memberimu hadiah? Kau tak bertanya sama sekali tentang itu,” kata Greesa lagi membuat Ibra jadi mengingat hal itu.
“Oh ya, bagaimana dengan itu? Aku hampir saja melupakannya, hadiah apa yang ingin kau berikan padaku?” tanya Ibra membuat Greesa menghela napasnya panjang lalu turun dari pangkuan Ibra dan duduk di samping pria itu.
“Saat itu aku sudah menunjukkannya padamu, tapi kau tak sadar,” ungkap Greesa membuat Ibra mengernyitkan keningnya bingung.
“Apa? Maaf kalau aku tak sadar, kau bisa memberitahuku sekarang,” bujuk Ibra dan Greesa tersenyum sambil menggenggam tangan suaminya itu.
“Aku akan memberitahunya lain kali, kapan penerbanganmu selanjutnya?” tanya Greesa.
“Besok aku punya jadwal hanya dua hari, setelah itu libur karena aku harus mengikuti perayaan ulang tahun perusahaan. Setelah ulang tahun aku akan berangkat lagi satu minggu, apa aku belum memberitahumu?” Greesa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
“Kau sangat sibuk sampai tak punya waktu untukku,” sindir Greesa membuat Ibra tertawa.
“Kau harus menemaniku di acara ulang tahun perusahaan, mereka memintaku untuk mengajakmu. Mereka juga ingin mengenalmu, kau mau?” tanya Ibra dan Greesa menganggukkan kepalanya dengan cepat.
“Aku akan menyiapkan pakaian terbaik untuk kita,” kata Greesa semangat membuat Ibra tertawa.
“Ya lakukanlah yang membuatmu senang,” kata Ibra dan Greesa menganggukkan kepalanya dengan semangat lalu bersandar di bahu Ibra. Keduanya menikmati waktu bersama dengan saling bercerita dan menonton film bersama.
***
“Honey, kenapa pakaianku ada di keranjang pakaian kotor? Sepertinya aku tidak memakainya?” tanya Thomas pada Arletta yang sedang sibuk di dapur. Arletta yang mendengar itu terkejut dan memaksakan senyumnya.
“Aku yang memakainya,” jawab Arletta berbohong. Ibra yang memakai pakaian Thomas saat menginap di tempatnya.
“Benarkah? Tak biasanya kau memakai pakaianku, ada apa?” tanya Thomas sambil mendekat.
“Karena aku merindukanmu, maka itu aku memakai bajumu. Supaya aku merasa kau ada bersamaku,” jawab Arletta berbohong. Namun Thomas yang mendengar itu terharu dan memeluk Arletta dengan erat.
“Kau sangat menggemaskan Honey, aku semakin mencintaimu. Terima kasih karena selalu merindukanku dan menungguku, I love you,” ucap Thomas mesra membuat Arletta tersenyum. “Kau tak mau menjawabnya?” tanya Thomas.
“I love you too,” balas Arletta sambil tersenyum dan mencuri ciuman di bibir pria itu.
Thomas senang dengan hal itu, lalu Arletta menyiapkan makanan mereka supaya keduanya bisa makan bersama. Setelah makan keduanya memilih minum alcohol bersama sambil menonton film. Keduanya berbaring di sofa dengan Thomas yang berada di belakang dan memeluk Arletta dari belakang.
“Kau punya jadwal penerbangan setelah ulang tahun bukan?” tanya Thomas memastikan dan Arletta menganggukkan kepalanya.
“Ya, kenapa?” tanya Arletta.
“Aku ingin menghabiskan waktu denganmu, apa kau mau kita pergi berlibur?” tanya Thomas.
“Apa kau punya tempat yang ingin dikunjungi?” tanya Arletta balik dan Thomas menganggukkan kepalanya.
“Ya, aku tahu. Apa kau mau pergi?” Arletta terdiam untuk memikirkan hal itu, ada hal yang Arletta harus ketahui. Terutama tentang perasaannya pada Thomas, sepertinya dengan mereka pergi bersama membuat Arletta menemukan jawaban.
“Boleh, aku akan menyerahkan kepergian kita sepenuhnya padamu.” Thomas yang mendengar itu senang dan langsung saja memeluk Arletta dengan erat dan mencium puncak kepala Arletta bertubi-tubi membuat keduanya tertawa.
***
“Apa kau tak lelah?” tanya Arletta pada Thomas yang sedang mengupas kulit udang untuknya.
“Kenapa harus lelah? Mengupas kulit udang bukanlah pekerjaan yang sulit, aku akan mengupasnya seumur hidupku. Aku tak mau tanganmu terluka karena ini, aku juga tak mau tanganmu kotor. Kau bisa mengandalkanku seumur hidupmu untuk melakukan ini, aku akan terus melakukannya untukmu,” kata Thomas bersikap manis membuat Arletta tersenyum senang.
“Terima kasih karena sudah memanjakanku dan melayaniku selama tiga tahun ini, aku benar-benar bisa mengandalkanmu,” ucap Arletta tulus.
Wanita itu paham bahwa tak ada alasan untuk membuatnya berpaling dari Thomas. Arletta sadar bahwa Thomas terlalu sempurna untuknya, maka itu bagaimana bisa ia meninggalkan Thomas dan bersama dengan Ibra? Arletta tak mau menyakiti pria sebaik Thomas.
“Aku akan memanjakan dan melayanimu seumur hidupku, tidak hanya tiga tahun ini. Jadi jangan pernah meninggalkanku, karena aku akan sabar menunggumu. Semua itu kulakukan karena aku mencintaimu, jadi kau harus siap menerima semuanya oke?” Arletta tertawa mendengar hal itu.
Sudah dua hari ini mereka menghabiskan waktu bersama, Thomas benar-benar membawa Arletta untuk pergi liburan. Thomas memang selalu bisa memberikan kejutan-kejutan yang membuat Arletta sungguh kagum. Pria itu selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya.
“Apa kau senang dengan liburan kita kali ini?” tanya Thomas sambil mengupas udang untuk Arletta. Wanita itu menikmati setiap udang yang sudah dikupas oleh kekasihnya itu.
“Aku sangat senang, terima kasih sudah membawaku ke sini. Aku benar-benar bahagia, aku tak salah mengandalkanmu untuk ini. Terima kasih sudah mengajakku pergi, aku memang sedang sangat butuh liburan. Aku sedikit lelah dengan pekerjaanku dan sepertinya terakhir kali kita pergi liburan tiga bulan yang lalu?” tanya Arletta memastikan dan Thomas menganggukkan kepalanya.
“Ya, maafkan aku yang terlalu sibuk bekerja. Aku akan memikirkan lagi nanti waktu supaya kita bisa pergi bersama, aku senang karena kau suka dengan liburan ini. Terima kasih honey,” ucap Thomas mesra.
Ingin rasanya Thomas menyentuh kekasihnya, hanya saja tangannya masih kotor. Arletta yang paham akhirnya bangkit berdiri dan mendekati pria itu lalu mencium pipi Thomas. Hal itu membuat Thomas tertawa dan Arletta kembali ke tempat duduknya. Namun sebelum kembali ke tempat duduknya seorang wanita lewat sehingga membasahi pakaian yang digunakannya.
“Apa kau tak melihatku?” tanya Arletta marah.
“Maaf, aku minta maaf,” kata wanita tersebut sambil mengambil tisu dan mencoba membersihkan pakaian Arletta yang basah. Namun Arletta menepisnya dan menatap wanita itu dengan kesal. Wanita yang menabraknya itu memang sambil memainkan ponsel sehingga tidak melihat Arletta yang berdiri.
“Kau sudah membuat pakaianku basah, kau merusaknya,” kata Arletta lagi dengan marah.
“Aku benar-benar tak sengaja, maafkan aku,” mohon wanita itu. Thomas langsung saja bangkit berdiri dan membuka kemejanya lalu memakaikannya pada Arletta.
“Hey, honey sudah. Dia sudah meminta maaf, jangan marah seperti ini lagi. Jangan memperpanjangnya oke?” bujuk Thomas dengan lembut. Thomas menarik Arletta ke belakangnya dan menggenggam tangan wanita itu.
“Aku benar-benar minta maaf, aku yang salah. Aku tak sengaja melakukannya,” kata wanita itu lagi mencoba meminta maaf.
“Ya aku paham, lain kali saat berjalan fokuslah dan jangan bermain ponsel. Kau bisa melanjutkan kegiatanmu, aku yang akan menenangkan kekasihku. Berhati-hatilah,” kata Thomas dengan sopan.
“Aku tak mau seperti ini Thomas,” kata Arletta masih marah dan pria itu berbalik untuk memeluk Arletta lalu mencium puncak kepala wanita itu.
“Tenanglah, jangan marah lagi. Dia tak sengaja, aku sudah mengatasinya. Jangan biarkan dia mempengaruhimu sehingga merusak liburan kita, oke? I love you, calm down Honey,” ucap Thomas mesra. Wanita yang menabrak Arletta itu sungguh kagum dengan sikap dan pola pikir Thomas. Bagaimana pria itu yang berusaha menenangkan Arletta membuatnya kagum, ia tak pernah bertemu dengan seorang pria yang seperti itu.
“Terima kasih, aku pergi,” ucap wanita itu akhirnya. Arletta menghela napasnya panjang untuk mengontrol emosinya, Thomas memang tahu bagaimana cara menenangkannya.
“Masih mau makan?” tanya Thomas pelan.
“Aku sudah tidak nafsu,” jawab Arletta masih sedikit kesal.
“Kita sudah memesan banyak, sayang tak dihabiskan. Kita makan bersama oke?” bujuk Thomas lagi dan Arletta menghela napasnya panjang lalu menganggukkan kepalanya. Thomas tersenyum dan akhirnya mereka kembali menikmati makanan tersebut bersama.