Di rumah, Galih nampak seperti manusia yang kehilangan semangat hidup. Sifat arogan yang selama ini dibanggakan seakan memudar kala rasa penyesalan terus menghinggapi relung hati.
Bayang-bayang Alya kala masih berada di rumah terkadang tiba-tiba hadir berkelebat di pelupuk mata. Sehingga membuat kerinduannya terhadap sang mantan istri makin menyiksa diri.
Galih tersenyum miris menyadari bahwa Alya bukanlah lagi istrinya, sebab sudah sejak empat bulan yang lalu mereka berpisah lantaran kesalahannya sendiri.
"Andai saja waktu bisa kuputar kembali. Mungkin hari ini aku masih dapat menatapmu Alya. Aku terlalu angkuh untuk mengakui bahwa kehadiranmu sangatlah berarti selama ini. Aku juga terlalu serakah dan tidak tahu diri. Menghianati cintamu hanya demi mendapatkan kepuasan semata."
