When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
prang!! Tubuh Alya luruh ke lantai bersamaan dengan cangkir yang ia genggam. Pecahan-pecahan cangkir tersebut berserakan dimana-mana serupa dengan hati Alya yang kembali patah bahkan kembali terluka. Padahal luka yang kemarin saja belum sepenuhnya pulih namun kenyataan pahit ini bak air cuka yang sengaja disiramkan ke luka yang masih menganga sehingga menciptakan rasa perih yang tak terkira. Netra Alya menatap nanar anting yang kini ada di genggaman. Rasanya ia ingin sekali tidak mempercayai semua ini dan berharap ini hanyalah mimpi buruk. Lusi segera berlari menghampiri ke sumber suara, ia terperangah ketika melihat keadaan Alya yang terduduk di lantai dengan pecahan cangkir yang berserakan. "Alya!" Refleks Lusi menutup mulutnya dengan tangan. Kakinya ditekuk ke lantai me