When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Iya...iya...Bu. Alya baik-baik saja. Sekarang yang terpenting Ibu harus menjaga Ayah dengan baik. Jangan sampai asam lambungnya naik lagi," kata Alya mengingatkan bu Sarah. Ia menghubungi lewat telepon kabel yang ada di Villa. "Iya, Al. Syukurlah kalau kau baik-baik saja. Ini ayahmu sedang makan malam. Kau sudah makan belum?" Bu Sarah nampak lega mendengar kabar bila putrinya dalam keadaan baik. Pun dengan Alya. Masalah ini tidak boleh sampai terdengar ke telinga kedua orangtuanya, bukan hanya rasa malu yang akan Alya dapat, tetapi ia juga akan membuat kecewa hati kedua orang tuanya. Alya tidak ingin melihat mereka bersedih atas kegagalan rumah tangganya. Alya tersenyum miris, beruntung bu Sarah tidak ada di hadapannya saat ini. "Alya belum lapar, Bu. Alya juga belum mandi. Nan