When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Selesai mengajar di rumah Rachel, Alya bergegas menuju rumah Sinta. Pukul 11.30 ia sampai di rumah muridnya yang ke dua. Alya tampak enjoy dan santai, sungguh tak ada yang mengira jika wanita itu baru saja diterjang badai rumah tangga yang dahsyat, yang hampir sepekan berhasil meluluh lantakkan kewarasannya. Beruntung Alya bukanlah tipe wanita yang suka berlarut-larut dalam menghadapi masalah yang tengah ia hadapi. Tegar dan kuat itulah sifat Alya yang sesungguhnya, buktinya ia hanya memerlukan waktu satu Minggu guna membangun kembali kepercayaan diri yang sempat runtuh, kendati masih ada sisa puing-puing luka yang pelan-pelan harus ia obati. Bekasnya pasti masih ada, sebab luka yang tak kasat mata sangatlah sulit mencari obatnya. Hanya waktu— obat yang paling mujarab menyembuhkan