When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Sekarang Miss yakin kalau aku bisa melukis?" tanya Marcello masih dalam posisi yang sama. Bola mata Alya bergerak-gerak, ia seakan enggan berkedip barang sedetik saja. Tanpa bersuara Alya menjawab pertanyaan Marcello dengan sebuah anggukan. Dalam hati, mereka tengah mengagumi keindahan masing-masing. Alya yang diam-diam mengagumi keindahan mata Marcello yang berwarna biru ibarat lautan yang luas hingga Alya ingin sekali tenggelam di dalamnya. Sedang Marcello yang sejak awal memang mengagumi keindahan yang terdapat dalam diri Alya semakin dibuat kacau dan menggila ketika wajah cantik itu berada tepat di depan matanya tanpa ia bisa menyentuhnya sedikit pun. Semilir angin di senja itu kian menambah kesyahduan yang tercipta antara keduanya. Helai rambut Alya yang menutupi sebagian