Kehidupan Yang Baru

1189 Words
Aku hanya tersenyum mendengar perkataan Mom, mengapa rasanya Mom seperti menceritakan kisah seseorang yang telah tiada. Setelah makan malam, aku kembali ke kamarku. Merenungkan semua yang terjadi padaku, Mom menangis di meja makan, Dad sedang menenangkannya sekarang. Berawal dari mereka menceritakan kisahku, saat lahir aku divonis menderita sirosis hati, Mom sangat shock dan selalu menangis mendengar kabar tersebut, Untungnya Dad memiliki golongan darah yang sama denganku, Hati Dad juga terbilang sehat dan dinyatakan layak untuk donor hati, pada saat usiaku 1 tahun, Donor hati dilaksanakan. Aku terharu dengan kasih sayang yang ku dapatkan dari kedua orang tuaku. Walaupun proses transplantasi berjalan lancar tanpa hambatan, namun tubuhku tetap lemah. Aku tidak bisa bersekolah seperti anak-anak yang lainnya karena imunku sangat lemah, sampai sekolah tinggi aku menjalani homeschooling dan tidak memiliki teman. Ayahku adalah seorang pengusaha sukses, masyarakat luas hanya mengetahui beliau memiliki satu orang putri, namun tidak ada yang pernah melihat langsung putri Tuan Alex calon pewaris Raja Bisnis tersebut, selain untuk keamanan, tuan Alex khawatir dengan kesehatan Putrinya apabila dikenal oleh khalayak ramai. Mom mengatakan selama ini aku dengan kondisi tubuhnya yang lemah banyak mendapatkan larangan. Tidak boleh melakukan ini, tidak boleh melakukan itu, sepertinya lebih banyak hal yang tidak boleh dilakukannya daripada yang bisa dilakukan. Sampai suatu saat aku merasa jengah dan marah saat permintaannya sekolah di Universitas ditolak mentah-mentah oleh mom dan dad. Aku mengambil kunci mobil dan mengemudikannya dengan kecepatan tinggi. Padahal aku belum mahir mengendarai mobil, Dad bilang aku belajar mengendarai mobil dengan cara sembunyi-sembunyi diajari oleh supir pribadinya. Saat itulah kecelakaan terjadi, yang menyebabkan aku koma selama 1 bulan, setelah aku sadar, Mom dan Dad berjanji akan memperbolehkanku melakukan apapun dengan syarat aku harus menjaga kesehatan nya. Memikirkan itu semua membuat aku mengantuk dan terlelap dalam tidur. ** Di kelas Satu minggu telah berlalu, kini saatnya aku masuk kelas di universitas, aku tidak mengikuti Orientasi sehingga belum memiliki teman. Lalu seseorang menepuk bahunya, “Kamu pasti tidak ikut Orientasi, kulihat kamu bingung saat masuk kelas dan aku tidak pernah melihatmu saat Orientasi” Tanya gadis manis berpenampilan modis. “Stefany” Gadis itu mengulurkan tangannya mengajakku berkenalan. “Jenny” Jawabku menyambut uluran tangannya, Lalu kami duduk bersama di bangku belakang. Di pojok kelas ada seorang gadis dengan tampilan sangat sederhana sedang memakan roti, lalu 3 orang perempuan dengan sinis mengobrol dengan suara dikeraskan. “Sayang sekali, kampus elit seperti ini harus dirusak dengan adanya gembel seperti dia” Gadis berpenampilan menor bernama Cecilia mengeluh dengan suara yang dibuat-buat. “Apa dia tidak malu pergi ke universitas memakai sepeda bututnya? Aku harap dia tidak pernah duduk disampingku, karena sudah dipastikan aku tidak bisa konsentrasi karena bau keringatnya” Timpal gadis lainnya. “Sepertinya dia sedang sarapan dengan makanan sisa di kantin” ejek Gadis nomor 3 bernama Sophia. Siswi lain hanya menoleh kepada 3 siswi tadi lalu melihat ke arah gadis yang ada di pojok dengan berbagai tatapan, ada yang kasihan, ada yang jijik, ada yang acuh. “Huft, dimana-mana selalu saja ada gadis-gadis yang sombong dan antagonis” Keluhku melihat 3 gadis yang sombong itu. “Namanya Anastasia, dia mahasiswa yang masuk ke universitas ini dengan jalur beasiswa, selama orientasi dia banyak mendapatkan hinaan dari mahasiswa lain karena keadaannya yang kurang mampu. Saat makan siang, dia tidak makan di kantin karena tidak sanggup membayar iuran makan siang dan hanya memakan bekal atau roti saja, entah apa salahnya, namun mahasiswa lain banyak yang tidak menyukainya karena status sosialnya” Stefany menjelaskan keadaan gadis yang sedang memakan roti nya. “Jenny, apakah boleh kita berteman?” Tanya Stefany tiba-tiba. “Tentu saja” Jawabku. “Bolehkan Anastasia menjadi teman kita?” Selorohnya lagi. “Kenapa tidak?” Jawabku. Lalu Stefany mengajakku pindah kursi. “Hai, Boleh kami duduk disini?” Tanya Stefany sopan. Anastasia hanya mengangguk ringan, mungkin tidak percaya ada orang yang memperlakukannya dengan baik. “Bolehkah kita berteman? “ Tanya Stefany kepada Anastasia. Suara stefany sangat nyaring cenderung melengking, aku yang duduk di sisinya sampai terperanjat kaget dan meniup-niup telinga dengan tangan, ada apa dengan gadis ini batinku. Anastasia tidak kalah kagetnya dengan ku, hanya mengangguk dengan senyuman kikuk. “Fany apakah kau tidak salah? Berteman dengan gembel itu?” Tanya Cecilia gadis menor yang tadi mengejek Anastasia. “Kau tidak boleh berteman dengan sembarang orang, nanti kalau dia memanfaatkanmu atau mencuri darimu bagaimana?” Tambah Sophia. “Siapa kau mengatur dengan siapa aku berteman?” balas Stefany dengan suara sinis. Cecil dan Sophia langsung bungkam seribu bahasa. Stefany adalah gadis cantik, dengan kontur wajah V, mata besar dan bibir tipisnya membuat semua orang akan melihat minimal dua kali ke arahnya. berpenampilan modis dan yang paling penting adalah, dia anak salah satu donatur tetap di universitas, kakaknya adalah ketua organisasi kampus bernama Arsen yang bisa dibilang most wanted kampus Valley of Art. 9 dari 10 mahasiswi Valley of Art tergila gila kepada Arsen. Semua mahasiswi berebut mencari perhatian Stefany, berakting agar terlihat baik dan ujung-ujungnya selalu menanyakan informasi tentang kakak nya. Stefany sudah lelah dengan itu semua, entah sejak SMP mungkin, hingga saat ini selalu saja seperti itu, gadis-gadis selalu mengejarnya hanya untuk menggali informasi mengenai kakaknya. Tidak ada yang berani menyinggung Stefany di universitas ini, namun dengan privilege yang sedemikian powerfull-nya , Stefany tidak lantas sombong dan arogan, sebaliknya dia sangat tidak suka melihat orang yang sombong dan memandang orang lain dengan status sosial. Dia sangat berhati-hati dalam memilih teman, dia sangat tidak suka kepada orang yang tidak tulus, berteman hanya untuk kepentingan semata. * Di kantin “Sepertinya aku akan mati kelaparan” gerutu Stefany. “Fanny, apa benar aku mendapatkan jatah makan siang secara gratis?” Tanya Anastasia ragu. “Ya tentu saja, ada program baru di kampus yang menanggung makan siang peserta beasiswa, aku telah menanyakannya kepada kakakku” Stefany menjelaskan. Terpancar kebahagiaan dan ungkapan terima kasih dari sorot mata Anastasia, yang ku tahu tidak ada program seperti itu di kampus, aku yakin Stefany membayarkan iuran makan siang untuk Anastasia, aku bersyukur mendapatkan teman-teman yang baik di hari pertamaku. Kami saling mengobrol dan berkenalan lebih jauh, sampai bunyi bel terdengar tanda kelas selanjutnya akan dimulai. ** Di rumah “Moms apa benar aku menyukai fashion?” Tanyaku. “Tentu saja, kenapa sayang?” Tanya Mom. “Hari pertamaku di kelas, tidak ada satu katapun pelajaran yang dosen ajarkan masuk ke dalam kepalaku” Keluhku. “ha ha ha, jadi kamu akan menyerah dengan universitas, Sayang?” Goda Mom. “Tentu tidak Mom” Jawabku. Lalu aku menceritakan semua pengalaman hari pertama ku dan teman baruku, Mom menyimak dengan penuh perhatian, aku begitu bahagia dengan kehidupanku, hatiku hangat bahkan dengan hal hal kecil yang Mom berikan padaku. Aku sangat bahagia memiliki orang tua yang penyayang, kehidupan kampusku, ditambah teman-teman yang baru. Aku sama sekali tidak mengingat masalakuku, saat aku hidup sebagain Jenny. Jenny masa lalu biarlah berlalu, lagipula aku tak mengingatnya. akan kujalani hidupku dengan penuh kebahagiaan mulai sekarang, akan kulakukan apapun yang membuatku bahagia. Akan kulakukan apapun yang dulu tidak bisa kau lakukan. Batinku sambil memeluk diary pink milik Jenny. Dalam diary pink tersebut tertulis kehidupan dan kesedihan Jenny, membuatku berjanji dalam hati akan selalu menjadi sehat dan bahagia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD