BAB 22

875 Words

Tibra menghirup aroma mawar putih dari rambut Hanum. Ia tidak percaya bahwa dirinya bisa bersama wanita ini. Rasanya begitu nyaman bisa sedekat ini bersama Hanum. Ia bisa merasakan hembusan nafas teratur wanita ini. Hanum memainkan jemari Tibra, yang melingkar di perutnya, ia elus permukaan tangan itu, tangan itu begitu hangat dan sedikit kasar. "Kenapa mobil kamu di jual, hemm" gumam Tibra, ia mengeratkan pelukkanya, sambil menatap pemandangan kota Jakarta di waktu senja. Langit biru sebentar lagi akan berubah warna menjadi gelap, matahari menutupi diri dengan malu-malu dan menghilang. Hanum merasa nyaman di pelukan Tibra. Jujur ini bukan pertama kalinya ia di peluk oleh laki-laki, Tibra adalah laki-laki yang kesekian yang memeluknya. Tapi entahlah, pelukan inilah yang paling nyaman. Wa

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD