Kafka pamit jam tiga sore, setelah sedikit drama dan berjanji kalau besok dia masih akan datang ke kantor dan mungkin pamit-pamit kece dengan yang lain juga, secara dua bulan dia akan berada di luar Negeri terus. Enak banget sih kerjaannya Kafka, jalan-jalan teroossss. Ayah pulang kerja lebih cepat, khawatir denganku, katanya. "Tadi Kafka temenin di sini kok Yah." Aku memberi laporan, mengusir kekhawatiran ayah. "Iya tetap aja Ayah enggak tenang, anak gadis Ayah lagi sakit sendirian di rumah. Jomblo pula, ngenes aja." "Idih Ayah." Aku cemberut, ayah tertawa dan menarik bahuku. Mendekapnya. "Kalau aku enggak jomblo lagi, Ayah aku tinggal-tinggal pacaran lho nanti." "Siapa yang mau bawa kamu pacaran terus? Si Kafka - Kafka itu?" "Yeee... Enak aja. Dia mah temen." "Temen atau temen?"