B.17 Complicated

1532 Words
Arsen terdiam dengan ucapan Argus, saudara kembar yang mana kenapa diatak pernah tahu masalah ini, bagaimana mungkin kedua orang tuanya menyembunyikan hal sepenting ini darinya. “Jaga mulutmu, Argus!” teriak Arsen. Argus diam menunduk. “Saudara kembar apa! Kenapa atta dan matha tak pernah mengatakan hal ini kepadaku,” sentak Arsen tak terima membuatnya berdiri dan mencengkram kerah baju Argus. Gaston paham jika emosi tuannya sedang tak stabil berusaha melepaskan cengkraman itu tapi lelaki itu tak menghiraukannya dan mencengkram Argus semakin erat. “Yang Mulia tak tahu karena Ratu Rose memberikan Yang Mulia obat pereda sakit yang memberi efek samping kehilangan sebagian memori saat Pangeran Zeyran meninggal,” ungkap Argus. Arsen melepas cekalan itu perlahan dan tubuhnya lemas, mendadak muncul denyutan nyeri di kepalanya tapi entah karena apa membuat Gaston dan Recco siaga dan membantu Arsen untuk berbaring. “Saat Pangeran Zeyran meninggal, nyawa Yang Mulia juga di ujung tanduk, Anda mengalami panas tinggi dan kejang sampai berbusa. Saat itu dokter kerajaan sudah memberikan segala macam obat penurun panas tapi tka berhasil,” Argus mengambil napas. “Sampai Ratu Rose pergi keluar istana untuk mencari obat di toko obat langka yang ada di perbatasan Parsy dan pemilik toko itu menyarankan satu jenis obat dengan efek samping kehilangan sebagian memori,” Argus mulai tercekat. “Ratu Rose tak percaya dengan efek samping itu dan tetap memutuskan membeli obat itu agar nyawa Anda selamat. Namun, seminggu setelah Anda sembuh, tak ada satupun yang Anda ingat terutama kejadian dalam waktu dekat,” Argus mengusap kedua pelupuk matanya. “Bahagia dan sedih dalam waktu yang bersamaan,” komentar Recco dan Argus mengangguk. “Semenjak itu kondisi Parsy berubah dan semua pelayan istana diminta untuk tutup mulut mengenai kematian Pangeran Zeyran dan Raja Humeera meminta Sekretariat Kerajaan untuk mengubah sejarah dengan menghapus nama Pangeran Zeyran,” isak Argus pelan. “Ba-bagaimana saudaraku meninggal?” tanya Arsen terbata. Argus masih diam tak menjawab. “Kecelakaan tak disengaja atau disengaja,” desak Arsen. Argus masih diam dan Gaston menatap asisten Raja Humeera itu curiga. “Apa kamu tak punya mulut untuk menjawabnya Argus!” bentak Arsen tanpa perasaan. Argus menjatuhkan dirinya di lantai dan berlutu sambil menangis. Gaston semakin curiga dan mengangkat kepala Argus untuk memastikan Arsen mendengar jawaban Argus dengan jelas. “Cepat katakan Tuan Argus, tak ada yang perlu ditutupi lagi,” paksa Gaston. “Tenggelam di kolam belakang istana,” Argus menjawabnya terbata. “Dewi yang melakukannya dan dia tak tahu jika mendorong Zeyran bisa membuatnya tewas. Anakku hanya kesal karena aku menjaga Zeyran lebih sering daripada dirinya. Namun, Raja Humeera mendapati jika kolam itu berisi zat kimia beracun yang entah sejak kapan ada di sana menyebabkan Zeyran meninggal,” Argus tersedu. Arsen memejamkan matanya membayangkan hal itu. Selama dia hidup di istana, ayahnya memang melarang siapapun datang ke kolam belakang istana sampai akhirnya kolam itu ditutup dan diganti menjadi taman. Tapi dia tak menyangka ada peristiwa kelam di balik kolam itu. Suara tangisan Argus yang tak pernah dia dengar mengalun jelas di telinga Arsen. Dari yang dia tahu, Dewi anak pertama Argus meninggal karena bunuh diri tapi melihat cara Argus bercerita dia paham kenapa anaknya sampai melakukan hal itu. Dan dia yakin itu jadi luka tersendiri bagi asisten ayahnya ini. Arsen kembali duduk dan dia mengambil napas untuk meredakan kekesalannya karena kenyataan pahit dan bertubi-tubi ini. Dia menatap Argus yang bersimpuh tak memiliki harapan setelah menceritakan semua itu. “Membunuhmu juga tidak akan mengembalikan Dewi dan Zeyran dalam keadaan hidup. Hentikan tangisanmu dan tunjukkan kesetiaanmu jika kamu memang menyesalinya,” ucap Arsen sengit. “Saya akan menukar nyawa saya dengan kesetiaan yang Anda inginkan yang Mulia Raja Zeyda,” ucap Argus dengan yakin meskipun masih ada air mata di sana. Arsen berdiri menghadap jendela kaca yang ada di sana dan dia melihat pasukan yang sedang berlatih saat pertama kali dia masuk kemari. “Dewi tidak mungkin melakukan hal itu dengan sengaja pasti ada seseorang yang menghasutnya dan untuk anak kecil seusianya dia tidak mengerti dampak perbuatannya,” analisa Arsen. Argus menarik napas panjang untuk meredakan emosi dalam dirinya dan berusaha untuk tenang. “Jerico. Dia merencanakan semua ini sebagai peringatan jika Parsy tidak akan membantu Palaciada saat Adrien melakukan kudeta,” tegas Argus. “Jerico menjelaskan sendiri kepada Raja Humeera dan mengakui jika dia yang menghasut Dewi termasuk meracuni kolam istana sehingga Zeyran terbunuh tepat sehari sebelum Raja Kabarash kecelakaan,” kata Argus. “Dalam tempo yang singkat itulah Raja Humeera menyusun segala rencana untuk melindungi Yang Mulia dan Raja Kabarash sekaligus yang akhirnya beliau tahu kenapa Jerico memiliki dendam kepada Raja Palaciada,” urai Argus dengan gamblang. Arsen mengeraskan rahang dan mengepalkan tangannya mendengar hal itu. Lelaki tampan itu menyesali tindakan ayahnya yang pengecut hanya karena kekuasaan kerajaan. “Apakah menurut Yang Mulia ini masuk akal hanya untuk masalah sederhana itu?” komentar Gaston yang sedari tadi banyak diam namun sekarang membuat semuanya nampak aneh dengan ucapannya itu. Hening. Arsen memejamkan mata memikirkan ucapan Gaston. Memorinya kembali mengulang cerita Argus dengan buku harian ayahnya yang sebagian sudah dia baca. Logika orang biasa memang ini aneh, hanya balas dendam tapi kenapa Parsy mudah menyerah dengan ancaman Jerico. “Pasti ada rahasia yang lebih besar lagi daripada sekedar kematian saudaraku sehingga atta menuruti keinginan Jerico,” gumam Arsen tapi tak menemukan ide hal apa yang menyebabkan kerumitan ini. Argus menghembuskan napas kasar, pria tua itu perlahan berdiri dan menunjukkan satu gulungan peta yang membuat Recco memanggil Arsen untuk melihatnya. “Titik coklat ini persebaran sumber daya alam Parsy yang bisa diolah dan dikirim sebagai komoditi Sembian sampai hari ini,” ucap Argus. “Titik hijau ini bentang alam Parsy yang tidak pernah mengalami musim dingin dengan jumlah penduduk produktif paling banyak dan nantinya bekerja dalam pengolahan sumber daya ini,” kembali Argus menjelaskan. “And then?” desak Recco yang paham kondisi Parsy tapi tak menemukan keanehan di sana. Argus mengangkat peta itu dan terlihat ada bintik-bintik hitam. Ketiga pria itu mengerutkan dahi dengan tanda hitam itu dan Gaston spontan mengeluarkan celetukannya. “Bom waktu,” gumam Gaston membuat Arsen menoleh dan menatap Argus untuk memastikan ucapan pengawalnya itu. “Exactly. Kendali bom waktu ini dibawa oleh Jerico yang sampai sekarang belum ditemukan pemicunya.” Argus kembali meletakkan peta itu tapi Arsen menggeleng sebagai reaksinya. “Ga mungkin ini pasti gertakan Jerico,” cela Arsen tapi Argus berjalan ke arah lemari yang ada di sudut ruangan itu dan mengambil satu kotak berwarna coklat tua. “Salah satu pengawal istana menemukan ini di titik merah ini,” ungkap Argus sambil menunjukkan tanda merah di peta. “Sayangnya peta ini diberikan langsung oleh Jerico saat dia mngancam Raja Humeera. Beliau sama seperti Anda tak percaya bahkan meminta saya untuk membuang peta ini, tapi diam-diam saya meminta pengawal untuk memeriksa salah satu titik dan menemukan ini.” Argus menyodorkan kotak coklat tua itu. Gaston terkejut bukan main melihat isi kotak itu. Dia mengangkatnya dan melihat keseluruhan benda yang memang seperti bom tapi tanpa jam digital atau rangkaian kabel yang rumit. “Bolehkah aku meminta benda ini dan mempelajarinya?” pinta Gaston dan Argus mengangguk. “Sudah banyak yang menyelidikinya tapi tak ada yang tahu bagaimana mendapatkan bom itu. Tapi semua meyakini jika bom ini dikendalikan jarak jauh dan hanya aktif jika pemicu itu dinyalakan,” jelas Argus. “Sensorik dan thermal detection,” ucap Gaston. Argus mengerutkan dahinya tak mengerti. Gaston mengucapkan itu tanpa sadar jika ucapannya menjadi sorotan bagi pria yang ada di sana. “Sensor dan suhu apa maksudmu?” tanya Recco tak sabar. “Bom ini hanya aktif dengan dua kondisi, sensor motorik, cahaya atau panas dan bergantung pada suhu tertentu, bisa suhu rendah atau suhu tinggi,” urai Gaston. “Aku akan menyelidikinya lebih lanjut untuk tahu apa yang harus kita lakukan dengan ini. Tapi melihat benda ini memberi ide bagaimana melumpuhkan Adrien,” kata Gaston riang. “Hubungannya apa?” cela Recco. “Tanamkan saja empat atau enam bom ini di istana Palaciada, pasti membuat istana itu rata dengan tanah, bagaimana seorang raja bisa memerintah jika tempatnya bernaung musnah bak debu,” kekeh Gaston di luar dugaan semua orang yang bisa berpikiran segila itu. Arsen ingat jika Argus selesai menceritaka semua kejadian kudeta itu. Lelaki itu kembali mengambil peta yang berisi bom dan melemparnya kepada Gaston membuat Argus melongo. “Mulai sekaranng itu jadi hak milik Parsy, jadi semu urusan ancaman Parsy jadi tanggung jawab Gaston. Ini perintah kerajaan,” tegas Arsen yang tak bisa dibantah oleh Argus. “Dari semua ceritamu, apa tujuan atta menyelamatkan Paman Arash?” selidik Arsen membuat Recco dan Gaston ikut penasaran. “Sejujurnya sampai hari ini saya juga tidak mengerti apa tujuan Raja Humeera melakukan semua ini, tapi semuanya saya yakin karena keselamatan Parsy, tapi karena Raja Kabarash saudara Raja Humeera jadi beliau menyelamatkannya,” Argus terbata menjelaskannya karena memang dia tak memahami tujuan tuannya. Recco berdecak keras, “Potensi paling besar membuat Raja Kabarash menderita karena perbuatannya, jika saja dia tak membunuh anak Jerico maka semua ini tidak akan terjadi.” Arsen menggeleng yakin, "Atha pasti mengatakan semua itu secara terus terang tanpa membuat kehidupan mereka dalam kerumitan penuh tumpah darah seperti ini." “Atau Raja Kabarash yang menjadi pemicu semua ini.” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD