Setelah mengantar Zevia ke kantor Kehakiman, dia melajukan mobilnya ke rumah sakit. Dia memarkir mobilnya di tempat khusus yang memang disiapkan untuknya.
Tubuh tegapnya berjalan ringan di koridor rumah sakit dan tak lupa dia tersenyum kepada semua orang yang berpapasan dengannya.
“Selamat pagi Suster Sandra dan Suster Firza,” sapa Arsen begitu dia melewati meja suster yang ada di dekat ruangannya.
“Selamat pagi Dokter Arsen,” balas keduanya dengan senyum ceria. Suster Sandra mengambil tumpukan map dalam keranjang dan menyerahkannya kepada Arsen.
“Ini laporan dari istana selama satu hari Dok, dan perawat di sana meminta Dokter untuk berkunjung ke istana hari ini,” ucap Suster Sandra.
Arsen mengangguk dan mengambil keranjang itu dan membawa ke ruangannya. Dia meletakkan keranjang itu di meja, menggantung jas dokternya dan duduk di kursi kerjanya untuk memeriksa laporan dari istana.
Map pertama berisi catatan Raja Adrien dari pagi hari sampai malam hari sebelum beliau tidur, mulai dari makanan yang dia makan, tekanan darahnya yang diukur setiap pagi dan setiap malam menjelang tidur.
“Sepertinya kondisi Palaciada lebih ketat dari yang aku kira, parsy saja tidak melakukan pemeriksaan sampai sedetail ini, meskipun mereka memiliki catatannya,” gumam Arsen.
Dia melanjutkan membacanya dan dia melihat suplemen apa saja yang sudah diminum oleh Raja Adrien. Sejauh ini dia tak melihat ada yang aneh dari semua catatan itu.
Arsen beralih ke map kedua yang berisi kesehatan Ratu Zara, dia melihat makannya tidak teratur meskipun gizi seimbang tercukupi. Tapi dia melihat menunya dominan makanan yang banyak mengandung zat penambah darah.
“Apa Ratu Zara menderita anemia?” kata Arsen penasaran dan mencari tahu sooal itu melalui system informasi yang ada di database rumah sakit. Tapi, sayangnya dia tak memiliki akses untuk itu.
Arsen menghubungi Sandra dan menanyakan keberadaan Direktur Sandy. Dia mendapatkan informasi jika dokter Sandy ada kunjungan ke istana hari ini dan bertemu Raja Adrien.
Arsen berpikir sejenak setelah mendapatkan informasi itu dan dia bersiap untuk pergi ke istana. Pria muda itu keluar ruangan dan pamit kepada kedua suster itu dan menuju istana.
“Selamat pagi Dokter, apa ada yang bisa kami bantu,” sapa seorang penjaga karena melihat jubahnya yang berarna putih.
Arsen tersenyum, “Saya kira dokter kerajaan bebas keluar masuk istana ini tanpa membuat laporan,” sindir Arsen membuat penjaga itu kaget dan segera memeriksa file melalui komputernya.
“Maafkan kami Dokter Arsen, silahkan masuk,” sesal penjaga itu dan membuka pintu istana untuknya. Sekali lagi dia melihat halaman utama istana yang luas dengan kolam air mancur di tengah halaman yang dihiasi patung dewa dewi mitologi kuno.
Jika sebelumnya dia datang ke istana ini dengan jalan kaki dan mendapat cibiran dari orang-orang yang melihatnya. Hari ini dia datang dengan keyakinan yang sama dan kekuatan lebih dari sebelumnya meskipun dalam hatinya ada bongkahan kekesalan yang membuatnya ingin menghancurkan istana ini dalam sekejap.
Dia melihat ada satu sisi area parkir di samping istana yang bisa dia tempati. Dia melihat banyak mobil bagus berjejer di sana, termasuk dua unit ambulance dengan lambang kerajaan dan mobil high clearance warna hitam nampak seperti mobil pengawal kerajaan.
“Selamat pagi Dokter Arsen,” sapa penjaga pintu utama istana membuat Arsen sedikit takjub karena dia sudah dikenal di dalam istana.
“Dimana saya bisa menemui Raja Adrien, hari ini jadwal kunjunganku untuk memeriksa kesehatan beliau,” tanya Arsen.
Penjaga itu melihat melalui ponselnya, “Raja Adrien sedang ada di taman utama istana, silahkan lurus saja mengikuti koridor ini, lokasi taman ada di sisi kanan,” urai penjaga itu dan Arsen mengucap terima kasih untuk itu.
Kesempatan ini tentu saja tak disia-siakan Arsen untuk memeriksa kondisi istana. Sebelumnya dia ada di aula utama yang ada di sisi lain koridor ini. Dia melihat sepanjang koridor hanya ada pot bunga besar di kanan dan kiri, sekitar tiga meter awal koridor ini masih memiliki tembok di kanan kirinya, tapi setelahnya hanya ada hamparan kolam dan taman bunga.
Total penjaga ada sekitar empat orang sepanjang koridor yang panjangnya kurang lebih delapan meter itu. Dan dia mengedarkan pandangan sekilas untuk melihat apa ada cctv yang terpasang dan memang ada sekitar empat bbuah cctv dengan sudut yang berbeda.
Arsen melihat ke kanan koridor dan dia melihat ada sebuah gazebo besar lengkap dengan fasilitas meja teh dan hiasan mewah khas kerajaan. Dua penjaga di ujung gazebo dan sepuluh penjaga tersebar di sekitar gazebo. Di sana dia melihat Rasja Adrien dan Direktur Sandy menunjukkan wajah serius.
“Salam kesejahteraan dan kemakkmmuran kepada Yang Mulia Raja Adrien di pagi yang cerah ini,” sapa Arsen dari ujung gazebo membuat keduanya menoleh.
Arsen sempat melirik dan pandangannya bertemu dengan Direktur Sandy yang nampak tak suka dengan dirinya. Sedangkan dia bisa melihat senyum di wajah Raja Adrien.
“Kemarilah Dokter Arsen, aku kira kamu tidak akan datang kemari karena Sandy sudah ada di sini,” sambut Raja Adrien dan Arsen mendekati keduanya lalu menunduk hormat.
“Tentu saja saya akan tetap kemari karena saya tidak mungkin meninggalkan tanggung jawab saya sebagai dokter istana, kesehatan Yang Mulia yang lebih penting,” ucap Arsen diplomatis dengan tatapan ramah kepada Raja Adrien tapi secepat kilat dia berubah dan menatap Sandy dengan tatapan mengejek.
Direktur Sandy membulatkan matanya melihat perubahan ekspresi yang cepat itu dan dia membalas ucapan Arsen sebelum Raja Adrien mengatakan pujiannya kepada dokter muda itu.
“Lain kali kamu tidak perlu datang jika aku sudah ada di sini, cukup salah satu saja,” balas Direktur Sandy membuat Arsen memasang ekspresi datar.
Raja Adrien bingung dengan sikap Sandy yang nampak tak suka dengan kehadiran Arsen. “Sedari awal aku merasa kamu tak menyukai Arsen, apa benar seperti itu Sandy?” tanya Raja Adrien terus terang membuat Sandy kaget dan meminta maaf.
“Saya yakin Direktur Sandy tidak bermaksud seperti itu Yang Mulia, dia hanya ingin saya belajar terlebih dulu kepada beliau,” bela Arsen.
Sandy mengeraskan rahangnya mendengar pembelaan Arsen. Direktur yang umurnya sebaya dengan Raja Adrien itu semakin menatapnya tak suka.
“Lihatlah, dia masih baik menghormatimu kenapa kamu harus terintimidasi dengan kehadirannya. Bukankah kamu sendiri yang meminta ada asisten untuk membantumu dan aku melihat portofolionya tidak buruk,” jelas Raja Adrien.
“Saya mengerti Yang Mulia, maafkan kelancangan saya soal hal ini,” sesal Direktur Sandy, bagaimana pun di hadapan raja dia tidak bisa berdebat dengan Arsen seenaknya jika dia masih ingin selamat dan tenang di jabatannya yang sekarang.
“Untuk itu saya kemari selain untuk memeriksa kelurga kerajaan, saya juga ingin meminta ijin kepada Direktur untuk membuka akses informasi mengenai keluarga kerajaan,” kata Arsen lembut dengan ekspresi memelas.
“Di rumah sakit saya tak bisa menerima pasien umum seperti Anda Direktur, karena memang sedari awal pasien saya adalah keluarga kerajaan, akan sangat tidak pantas jika saya menerima pasien lain sedangkan saya seorang dokter kerajaan,” jeda Arsen.
“Bukankah kita tidak tahu bagaimana kita akan terkontaminasi dengan pasien terutama jika pasien itu menderita sakit yang berbahaya. Lalu, kita datang ke istana untuk memeriksa keluarga kerajaan, menurut saya itu sangat berisiko tinggi terhadap keselamatan Yang Mulia dan keluarga,” jelas Arsen.
Direktur Sandy terhenyak dengan ucapan Arsen, dia mengepalkan tangannya sampai memutih dan menahan amarahnya karena ucapan dokter muda itu. Sedangkan Raja Adrien yang mendengarnya merasa ucapan itu masuk akal.
“Sandy, bukan aku tak percaya lagi kepadamu, tapi biarkan Arsen menjalankan tugasnya sebagai dokter kerajaan. Biarkan dia bebas memeriksa semua anggota keluarga kerajaan terutama di istana ini,” perintah Raja Adrien.
Sandy tak bisa berbuat apapun selain menuruti keinginan Raja Adrien, dia sudah mengabdikan hidupnya puluhan tahun sebagai dokter kerajaan dan kini dia juga menjabat sebagai direktur rumah sakit sebagai penghargaannya setia kepada Raja Adrien. Tentu saja, masalah permintaan Arsen itu tidak bisa dia tolak jika dia masih ingin menjabat di posisinya sekarang.
Arsen menyimpan interaksi kali ini dalam memorinya dengan baik. Dia paham satu hal, jika Sandy adalah sekutu Raja Adrien. Tentu saja kondisi ini membuatnya lebih waspada lagi kepada Sandy.
“Berkat Yang Mulia tidak terbatas, semoga kesehatan dan umur panjang selalu menyertai Anda,” ucap Arsen sebagai rasa terima kasihnya.
“Temui Ratu Zara terlebih dulu, semalam aku mendengar dia tidak bisa tidur dengan nyenyak, jika memungkinkan berikan obat tidur yang aman untuknya. Aku tak ingin kesehatannya bermasalah hanya karena kurang tidur,” perintah Raja Adrien dan Arsen mematuhinya.
Arsen pamit dari sana dan sekilas dia melihat pengawal pribadi Raja Adrien meliriknya seakan mencurigai sesuatu. Tapi dia tersenyum ramah untuk menutupi kecurigaan itu.
Arsen menyusuri koridor untuk pergi ke istana Ratu Zara. Sebenarnya tanpa dia tanya kepada siapapun dia tahu dimana letak istana itu karena memang sebelumnya dia dan Kailash, Raja sebelum Adrien yang memerintah sering bermain di istana ini.
Tapi misinya untuk menyelidiki keadaan istana setelah dua puluh tahun tak pernah dia kunjungi lagi setelah perebutan kekuasaan itu terjadi. Arsen melewatkan satu lorong yang menuju istana Ratu Zara dan memilih beralih ke tempat lain yaitu ruang kerja Raja Adrien.
Dia membuka ruang kerja itu dan melihat jika ruangan itu banyak berubah terutama soal warna dan beberapa perabotan yang berganti ornamen. Sepanjang dinding juga tidak ada foto raja sebelumnya yang identik ada di ruang kerja seorang raja.
“Kemana perginya semua foto raja terdahulu, bahkan foto Kakek tidak ada,” lirih Arsen penasaran dan dia berjalan untuk memeriksa ruangan ini.
“Apa yang kamu lakukan di sini?”
******