B.9 Starting

1743 Words
Ketiga pria sudah kembali dari basement dan duduk berhadapan di sofa ruang tengah. Mereka masih memahami apa yang baru saja mereka alami di ruang basement. Arsen berpikir sejenak sebelum memutuskan apa yang harus mereka lakukan. "Setidaknya kita sudah tahu ada satu jalan untuk masuk istana tanpa diketahui, tinggal mencari jalan yang lain," ucap Arsen. Recco dan Gaston menghela napas tapi tak lama mereka mengangguk pelan. Arsen yang melihat ini menatap keduanya. "Kalian ada ide?" tanya Arsen cepat. Recco berdehem, "Akan lebih cepat kalo kita punya peta istana, jadi kita tahu titik dimana potensi jalan rahasia itu ditemukan. Sekarang ini kita kaya meraba hal-hal yang gaa pasti gitu. Meskipun kita punya banyak waktu seperti yang kamu bilang," jelas Recco. Arsen memikirkan apa yang Recco katakan, cukup masuk akal. "Kita bener-bener ga bisa kerja sendiri kalo begini," keluh Arsen menghempaskan tubuhnya ke sofa. "Betul dokter, terutama kita butuh orang di dalam istana, seperti yang kita ketahui, dinding istana saja seperti telinga bagi masyarakat. Itu yang kita cari celahnya untuk bisa mendengar apa yang terjadi dalam istana,” kata Gaston pertama. “Di luar itu kita harus cari orang di pemerintahan juga, siapa yang mendukung Adrien dan siapa yang kontra dengannya, sisanya kita bisa cari sambil jalan," kata Gaston. Arsen mengangguk, setuju dengan apa yang Gaston katakan. "Kalian istirahat dulu aja, aku mau ketemu Paman Lukman bahas masalah ini juga," kata Arsen sambil berdiri tapi tindakannya diikuti oleh dua orang kepercayaannya. Arsen mengerutkan dahi, "Kenapa kalian ikut berdiri?" celetuk Arsen. "Kita ga mungkin meninggalkan Anda sendiri menyelidiki semuanya," kata Gaston sopan. Arsen menghembuskan napas pelan. "Simpan tenaga kalian, belum saatnya muncul, tunggu saja di sini," perintah Arsen dan dia meninggalkan rumahnya. Kedua pria itu saling pandang, Recco mengajak Gaston untuk diskusi. Keduanya mengambil laptop dan tablet yang masih mereka simpan di kamar. "Kita bantu Arsen untuk menyusun rencana, dimulai dengan peta wilayah Palaciada," usul Recco yang mulai membuka akses untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Bukan hal yang mustahil bagi Recco mendapatkan data di jaman serba canggih seperti sekarang. Meskipun aturan ketat kerajaan seperti akses terbatas hanya untuk kalangan istana, apalagi ini di Palaciada dimana semua arganya adalah orang-orang unggulan dan pilihan, tentu mengakses data kerajaan bukan hal mudah. Tapi Recco sudah dipersiapkan oleh Arsen sejak sepuluh tahun lalu untuk menjadi hacker handal yang bisa menguasai ilmu komputer dan jaringan seluruh daratan Sembian. Jadi dia memang ditugaskan untuk menembus aksess terbatas yang dimiliki keamanan Palaciada dengan kondisi tidak terlacak. Demi misinya ini Arsen rela tidak memiliki asisten untuk pemerintahannya dan memimpin Parsy sendiri sampai Recco menjadi orang yang berhasil menguasai ilmu dan teknologi terutama teknologi mata-mata. Sedangkan Gaston sendiri, diberi pelatihan fisik mulai dari berkuda, pedang, tongkat, bela diri tangan kosong, strategi perang dan semua hal soal pertempuran. Sama seperti Recco, semua ilmu yang disiapkan oleh Arsen tidak ditempuh dalam waktu sebentar. Arsen yang memang tahu misi ini penuh resiko butuh aktu tak sebentar untuk mempelajari Palaciada hingga dia bisa tiba di tanah itu seperti sekarang tanpa dicurigai. Prinsipnya yang totalitas tanpa batas membuatnya rela meninggalkan kerajaan Parsy kepada Argus, orang kepercayaan ayahnya demi menjalankan semua misi ini. Dia sudah bertekad untuk melumpuhkan Palaciada dalam sekali tepuk dan membuat terror yang mengerikan untuk istana terutama Raja Adrien dan pengikutnya. Tiga puluh menit perjalan yang Arsen tempuh untuk sampai di kantor Lukman. Dia menemui resepsionis dan mengatakan tujuannya. Karena kedatangannya tanpa membuat janji terlebih dulu dia diminta untuk menunggu. "Arsen, kita ngobrol sekalian makan siang aja gimana?" ajak Lukman saat melihat Arsen di lobby. Arsen tak menolak dan mengangguk setuju. Keduanya berjalan ke tempat parkir dan menggunakan mobil Arsen untuk pergi makan siang. Perjalanan ke restoran membutuhkan waktu lima belas menit. Keduanya memesan makanan dan minuman untuk menemani pembicaraan mereka. Keduanya mengobrol santai sampai makanan datang. Arsen dan Lukman menikmati makanan itu perlahan sambil menceritakan soal Palaciada. "Tapi Paman jika tak keberatan, apa yang membawa Paman kemari?" tanya Arsen membuat Lukman menghentikan kunyahannya dan menatap Arsen. "Aku kira kamu sudah tahu alasannya," balas Lukman dan Arsen hanya menggeleng pelan. Lukman menghela napas, meletakkan alat makannya, dia kembali menatap Arsen. "Semua ini karena Reymind," ucap Lukman. Arsen mengerutkan dahinya tak mengerti tapi dia tak bertanya menunggu Lukman menjelaskan kembali. “Saya juga tidak tahu apa yang dia kerjakan sampai dia meninggalkan Parsy, dia hanya berpesan jika enam bulan dia tak kembali itu artinya dia tak pernah kembali lagi ke Parsy,” kata Lukman berubah sendu. Arsen menaikkan alisnya mengetahui hal itu, tugas apa yang Reymind lakukan sampai mengorbankan nyawa seperti itu. “Apa tugas itu ada kaitannya dengan tugas kerajaan?” tanya Arsen mulai khawatir. Lukman berpikir sejenak tapi kemudian dia menggeleng pelan, “Aku rasa tidak karena dia tak membawa lencana kerajaan dalam hal ini,” kata Lukman yakin. Arsen ikut berpikir, apa yang membuat Reymind melakukan tugas yang bahaya untuk dirinya. Jika bukan urusan kerajaan itu artinya ini urusan pribadinya, tapi pribadi yang seperti apa, dia masih tak mengerti. “Dan ucapan itu terjadi?” tanya Arsen pelan dan Lukman mengangguk lemah, raut wajah pria paruh baya itu nampak semakin sendu. “Apa ada petunjuk lain yang Paman ingat selain pesan itu, maksudnya sesuatu yang tersirat yang diucapkan Reymind waktu dia berpamitan,” selidik Arsen. Lukman berpikir sejenak tapi tak lama dia menggeleng pelan. “Entahlah aku tak begitu yakin karena kejadiannya sudah lama sekali, sekitar empat tahun lalu Yang Mulia,” jawab Lukman. Arsen berdehem, “Tolong panggil aku Arsen saja sekarang, jangan sampai penyamaranku terbongkar,” pinta Arsen dan Lukman tersenyum. “Jika ini bukan urusan kerajaan karena dia meninggalkan lencana kerajaan berarti ini ada kaitannya sama urusan pribadinya, apa mungkin ini soal orang yang dia cintai atau ada masalah keluarga sebelumnya,” Arsen masih menyelidiki dan Lukman menggeleng cepat mendengar asumsi Arsen. “Saya yakin tidak ada orang yang dia cintai dokter, karena setiap hari dia hanya bekerja di istana dan melatih prajurit di sana. Dan dia semakin giat setelah Yang Mulia Humeera tiada,” jawab Lukman. Memori Arsen kembali pada sosok Reymind yang sedikit dia lupakan wajahnya. Tapi dia kemudian ingat satu cerita dari Gaston tapi dia lupa detilnya. Dia mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Gaston menanyakan soal Reymind. “Tapi aku juga cukup terkejut sekaligus penasaran kenapa dokter sampai melakukan hal ini,” Lukman mengeluarkan uneg-uneg setelah Arsen tak bertanya lagi. “Iya, maksudku menjadi warga Palaciada sedangkan Parsy sudah jadi milikmu sejak Yang Mulia Humeera tiada,” tanya Lukman penasaran. Arsen menampilkan senyum santai, “Alasan yang sama sepertimu Paman, jika kamu melakukan semua ini karena Reymind maka aku melakukan ini karena pesan mendiang ayahku dan Kailash,” balas Arsen. Lukman langsung tersedak begitu mendengar nama Kailash disebutkan, dia hampir lupa jika sebelumnya Palaciada dipimpin oleh Raja Kailash yang terkenal bijaksana dan masih ada hubungan sepupu dengan Arsen. “Maafkan saya Yang-, maksudku dokter Arsen, saya baru menyadari jika Raja Kailash adalah sepupu Anda, jadi pertanyaan saya itu seharusnya tak perlu,” kata Lukman menyesal. Arsen menggeleng, “Tak apa Paman, aku yang minta maaf jadi melibatkanmu dalam urusan pribadiku. Tapi jujur saja, kali ini aku memang butuh bantuanmu dan mungkin saja ini ada kaitannya juga dengan menghilangnya Reymind,” kata Arsen. Lukman terdiam dengan ucapan Arsen, dia tak bisa memungkiri jika kepindahannya ke sini karena petunjuk terakhir pencariannya ada di sini, tapi dua tahun tinggal di sini justru membuatnya terjebak dengan urusan sumber daya Palaciada bukan mencari anaknya, sampai dia kehilangan sosok istrinya yang meninggal karena sakit. “Apa maksudnya dokter? Saya tidak mengerti,” ucap Lukman terbata. Arsen mengamati reaksi Lukman yang terlihat tak percaya dengan ucapan Arsen tapi ada sekilas raut ekspresi yang tak bisa diartikan oleh Arsen. Arsen berdehem, "Aku tahu ini mungkin terdengar klise dan berlebihan atau terlihat tidak mungkin, tapi apa salahnya dicoba," ucap Arsen penuh keyakinan. Lukman masih diam karena dia memang tak mengerti apa yang Arsen maksud. "Apa yang harus aku lakukan dokter?" tanya Lukman cepat. Dia sudah mengira jika Arsen akan meminta bantuannya. Arsen mendekatkan tubuhnya, "Sebelum aku memperjelas semuanya, ada baiknya aku tahu apa yang membuat Paman pada akhirnya melupakan tujuan awal yaitu mencari Reymind," ucap Arsen. Lukman langsung menegang dan pucat. Arsen mencurigai reaksi itu jadi dia semakin penasaran untuk tahu motif di balik kepindahannya ke Palaciada. “Bukan seperti itu dokter, tapi tugaskku di bagian sumber daya yang membuatku lupa dengan tujuan awal. Kebetulan yang tak saya inginkan petunjuk menghilangnya Reymind ada di Palaciada ini,” jelas Lukman. Arsen ingat masuk kemari bukan hal mudah membuatnya ingin tahu satu hal. "Lalu, apa yang kamu ajukan kepada Raja saat pertama kali masuk kemari?" tanya Arsen cepat. Lukman menghela napas, "Pastinya aku tidak mengatakan jika aku dari Parsy, semua orang tahu Parsy tidak diterima di sini dengan alasan apapun dokter," kata Lukman membuat Arsen terkejut. Dia mengetahui satu fakta jika Palaciada dan Parsy tidak berada dalam hubungan yang baik. Itu artinya keberadaannya memang harus tertutupi dengan sempurna. “Karena apa?” tanya Arsen penasaran. “Dari informasi yang aku dapatkan, Raja Adrien tidak menyukai Parsy karena mendiang Raja Humeera satu-satunya orang yang tak mengakui kedaulatannya, bahkan beliau berani mengambil semua sekutu Palaciada kala itu dan memihak Parsy,” jelas Lukman. Arsen mengerutkan dahinya dalam, dia lupa apakah ayahnya menulis soal kejadian ini di buku diary ayahnya. Jika catatan harian itu berisi kejadian penting maka harusnya peristiwa ini tertulis dengan jelas. “Lalu,” selidik Arsen. Lukman menggeleng, “Banyak versi dokter, tapi yang jelas sejak itulah Raja Adrien menerapkan aturan ketat untuk masuk Palaciada. Dalam bahasa sederhana, kamu bisa masuk sini bukan hanya pintar tapi harus memihak pada Raja Adrien. Sekali saja kamu kontra maka keesokan harinya namamu sudah tidak ada dalam catatan kependudukan Palaciada dan siap-siap diusir atau kehilangan nyawa,” kata Lukman. Arsen sama sekali tak mengetahui ada informasi semacam ini. Dia kembali menatap Lukman. “Jadi itu artinya semua orang di sini pro dengan Raja Adrien,” tanya Arsen memastikan tapi pernyataan itu malah membuat Lukman curiga. “Kenapa dokter mengatakan hal seperti itu, apa menurut dokter ada orang yang kontra dengan Raja Adrien tapi berpura-pura pro, begitu?” tanya Lukman. Arsen hanya mengangkat bahunya santai sambil minum air mineral yang ada di hadapannya. “Hanya asumsi,” jawabnya santai. “Dua tahun di sini saya tidak mengetahui ada kondisi semacam itu, karena semua yang ada di sini berjalan damai, tentram, lancar dan serba mudah, sungguh sempurna untuk sebuah kerajaan,” urai Lukman dengan penuh keyakinan. Arsen terkekeh mendengar uraian itu. "Jika ada kerajaan yang nampak sempurna apa itu tidak terlihat mencurigakan, Paman Lukman.” *******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD