Jangan tanyakan betapa kesal Bella pagi ini. Karena ulah kejahilan William semalam dia menjadi pingsan dan bangun dengan keadaan pusing. Bagaimana tidak William membiarkannya pingsan di ranjang dengan posisi terlentang tanpa bantal. Juga dia tidak memberinya selimut sehingga tubuhnya penuh dengan bintik bintik merah akibat makhluk penghisab darah itu menjadikannya pesta makan malam. Ketika dia terbangun si muka tembok itu malah bersikap seperti tidak memiliki dosa. Sialan sekali bukan?
Morena merasa tertarik dengan bintik merah yang berada di beberapa tubuh bagian Bella. Bibirnya melengkung menyadari bekas bintik merah apa itu. Bibirnya melengkung membentuk kurva yang indah.
'Rupanya kau telah tertarik dengan istrimu Willy?'
Bella menyapa Morena yang mendatanginya ketika memasak. Dia memberitahu jika makanan kesukaan William adalah tomat dan membenci hal yang berbau manis. Bella tersenyum mendengar penuturan Morena.
"Baiklah, Bu. Aku akan memasakkan hal yang sangat di sukai Willy."
"Kau memang istri yang baik"
Sayangnya Morena yang pergi meninggalkan Bella tidak melihat seringai kejam tersungging dari bibir gadis cantik itu. Sebuah rencana jahat tercetak di otak gadis yang memendam dendam kusumat pada sang suami. Benar sekali, Bella berencana memasak hal yang akan membuat William tersiksa sebagai balasan karena mengerjainya.
Padahal Bella sama sekali tidak tau apapun yang terjadi malam itu.Hanya William dan nyamuk yang tau.
Masakan pun telah siap. Sebuah sup tomat hangat bercita rasa asam dan gurih tersaji. Sayangnya kuah tomat itu hanyalah tipu daya saja. Tidak ada seorang pun yang tau manisnya tomat yang utuh dan hanya di rendam air gula saat merebusnya sampai mengkaramel. Bella menyuruh para maid hanya menata makanan yang dia sajikan. Masakan khas yang bernuasa cita rasa gurih seperti ayam masala, pie daging, telur gulung isi daging kepiting, sup asparagus tersaji dengan cantik dan jangan lupakan makanan penutupnya, sup tomat.
Bella menyambut semua penghuni mansion dengan senyum lebar. Terutama pada William. William merasa ada yang tidak beres dengan senyum manis, mungkin teramat manis dari Bella.
"Apa kau merencanakan sesuatu istriku yang cantik?"
"Memangnya apa yang aku rencanakan suami gelap um maksudku suamiku yang tampan?"
Morena dan Julian tampak tersenyum dengan kemesraan mereka berdua.Mereka sama sekali tidak menyadari jika ada perang tersembunyi pada mata kedua pengantin baru itu.
"Baiklah, kita mulai sarapannya.''
Selama sarapan William memakan semua yang di masak Bella. Dia tidak menyangka jika Bella pandai memasak. William melihat jika Julian dan Morena juga setuju menikmati masakan sang istri. Mereka nampak menikmati makanannya hingga sampai pada hidangan terakhir.
"Silakan di nikmati hidangan penutupnya, Willy. Bolehkah aku menyuapimu?"
William mengernyit dengan permintaan dari Bella. Dia merasa jika senyum sang istri sangat mencurigakan. Andai Morena tidak tersenyum dan mendukung permintaan Bella, mungkin William akan menolaknya.
"Cobalah Willy, rasanya sangat berbeda __jika di suapi istri rasanya akan berlipat nikmatnya.''
William mengangguk, dia semakin merasakan firasat buruk yang akan menghampirinya sesaat lagi.
Nyam.
Benar saja, sendokan pertama yang mampir ke mulutnya memang sangat enak dan gurih. Sayangnya setelah makan tomat, rasa manis tiba-tiba menjalar di mulutnya. Bella tersenyum melihat reaksi dari William sedangkan Morena dan Julian tidak memperdulikan siksaan di lidah William yang sensitif.
"Ada apa Willy, sop tomat ini sangat enak. Cepat habiskan.''
William terpaksa memakan tomat yang luar biasa manis itu. Terlihat air menggenang di pelupuk matanya karena menahan rasa manis. Di saat itulah Bella mendekatkan wajahnya membisikkan sesuatu.
"ini hukumanmu karena membuatku pingsan, Willy-ayam.''
Ternyata benar dugaan William. Bella ingin membalas ulah kejahilannya tadi malam. Karena egonya yang tidak mau kalah dengan cepat William menyambar bibir Bella dan melumatnya. Morena dan Julian hampir tersedak dengan ulah William. Begitu pula Bella yang shock karena di cium dengan tiba-tiba oleh William.
Ehem.
''Baiklah pasangan pengantin baru, aku rasa kalian perlu kamar saat ini,'' ucap Morena.
William kemudian melepaskan ciumannya. Dia menyeringai melihat wajah Bella yang memerah. Skor kemenangan masih di tangannya.
''Aku sangat senang dengan perhatian istriku, Ibu. Aku jadi tidak sabar memberinya ciuman.''
''Yah, baiklah aku mengerti.''
William langsung menarik Bella ke luar ruang makan menuju kamar. Dia ingin segera berbaikan dengan Bella agar bisa melakukan rencananya kembali. Tanpa pertengkaran yang memang dia sendiri yang memulai. Tetapi ego Silversky tidak mengijinkan dia mengakui kesalahannya.
"Sudah, lepaskan tanganku Willy. "
"Hn."
William mengangkat tangannya sebagai tanda menyetujui permintaan Bella. Itu juga menandakan jika dia tidak ingin mencari ribut pada istrinya.
"Aku hanya ingin kita tidak melupakan rencana kita rencana kita Bella. "
"Tentu tidak Willy, aku juga ingin segera terlepas dari semua ini"
Ada rasa sesak di d**a William ketika Bella mengatakan itu. Tapi perasaan nyeri tersebut, dia sendiri tidak bisa mengartikannya.
William kembali mengabaikan perasaan yang akhir-akhir ini mengganggunya. Dia mencintai Lilian dan yakin akan perasaannya itu.
Tetapi kenapa dia tidak merindukan wanita itu ketika berada di dekat Bella. Ketika bersama Bella, segala emosi yang timbul sangat bervarisasi. William menyukai beragam perasaan yang ada ketika berdekatan dengan Bella. Gadis itu mampu menciptakan kehangatan di dadanya, Bella memang mudah membuat orang mencintainya.
Perasaan tersebut sangat berbeda ketika berdekatan dengan Lilian. Entah apa yang yang di rasakan ketika itu. Saat berada dekat dengan Lilian, William hanya memperhatikan wajah Lilian. Kelembutannya dan juga tingkahnya yang pendiam. Yah, hanya itu. Sebagai seorang pria normal dia jelas mengagumi kecantikan Lilian dan dadanya yang besar. Sangat menyenangkan ketika mereka berada di tangannya.
Sayangnya hanya itu yang ia rasakan, semuanya akan menghilang ketika mereka selesai bercinta. William tidak lagi merasakan perasaan menyenangkan. Bahkan ia lelah karena harus berpikir cara menyenangkan Lilian yang pendiam. Ketika dia berada dalam kondisi buruk tak jarang muncul pemikiran ingin mengusirnya dari sampingnya.
Apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa sekarang dia mempertayakan perasaannya pada Lilian. Bukankah William sendiri yang menyatakan cinta terlebih dahulu pada Lilian. Tetapi mengapa dia merasakan penyesalan. Bahkan dia ingin sekali mengakhiri semua ini. William yakin jika dirinya tidak berada di tempat yang tepat ketika berada di samping Lilian. Sangat berbeda dengan sekarang.
Sekali lagi dia melirik Bella yang tengah memandang telepon genggamnya. Ekspresi wajahnya yang berubah-ubah menjadi hiburan tersediri bagi William. Terutama bibir yang mengerucut karena cemberut itu.
'Huh konyol,' batin William.
Di sisi lain Bella sangat terkejut dengan pesan yang di dapatnya dari Julian.
'Astaga bagaimana ini...' batin Bella panik. Kemudian gadis itu mendatangi William yang sedang termangu memandangnya. Dia masih terbengong sampai tepukan Bella yang menyadarkannya.
''A-Ada ehem Ada apa?" Willian merutuki mulutnya yang gagap. Entah sejak kapan ia merasa tegang ketika berdekatan dengan Bella.
Bella menunjukkan pesan dari Julian, mata William membola melihat kata-kata yang terpampang di telepon genggam Bella.
''Ibu paling benci dengan wanita yang menari seksi di depan suaminya, dia merasa jika kelakuan itu tidak pantas di lakukan oleh menantu Silversky. "
Astaga ini bearti Bella harus menggoda William sambil menari.
'Iniii gilaaaa!!!' batin Bella.
'Sepertinya menarik.' William menyeringai m***m. 'Aku harus mempersiapkan diri untuk menikmati pertunjukan istimewa istriku. Siapa tau aku bisa pegang-pegang, ' lanjut isi hatinya.
Diam-diam William mengucapkan syukur pada kakaknya yang memberi saran sehebat itu. Dia tidak mungkin melewatkan pemandangan pinggul Bella yang bergoyang.
Yes ini hebat.
TBC.