Part 13

1682 Words
“Gemintang kamu dari mana saja?” tanya Dina, Mami Gemintang yang baru saja datang, mendapati Gemintang menonton televisi bersama adiknya Rembulan. Nada menginterogasi, ditambah raut wajah yang terlihat emosi, seketika Gemintang menoleh mendengar suara Maminya. “Mami…mami baru pulang?” “Iya. Kamu dari luar tadi?” tanya Mami Gemintang lagi, “Iii…iya Mi. Tadi sore keluar. Baliknya cepet kok” “Mami liat kamu tadi di jalan. Kamu dengan siapa tadi” Mami Gemintang berjalan ke arah sofa berlawanan yang diduduki Gemintang. Duduk berhadapan dengan tangan bersedekap. Sedangkan adeknya Rembulan tetap asyik menonton dan tidak merasa harus ikut campur di dalam pembicaraan keduanya. “Maksud mami?” ada perasaan gelisah Gemintang, saat maminya berbicara seperti ini. Apalagi maminya yang begitu sibuk, hanya berbicara seperlunya saja. Mereka masuk dalam keluarga yang tidak ada kehangatan di dalamnya. “Kamu naik motor dengan siapa? Mami gak suka yah kamu bergaul dengan orang gak jelas kayak gitu. Mana dia bawa motornya ngebut lagi,” ucap Mami Gemintang menjelaskan, tetap terselip ada nada merendahkan di dalamnya. Tanpa Gemintang sadari saat berboncengan dengan Banyu tadi, mereka sempat berpapasan dengan mobil Mami Gemintang. Gemintang yang harus cepat balik ke rumah, membuat Banyu agak mempercepat laju kendaraannya, menyalip kendaraan di depannya, sehingga Gemintang harus memeluk erat Banyu sepanjang jalan. Hal ini mungkin terlihat oleh Mami Gemintang. “Dia jelas Mami, dia kakak kelas aku,” ucap Gemintang membela diri. “Oh…sekarang, kamu udah berani pacar-pacaran. Mami pastiin, kamu gak boleh keluar selain ke sekolah. Itu hukuman kamu.” “Mami…” kesal Gemintang, dan berjalan ke kamarnya di lantai dua. Meninggalkan Mami dan adiknya. “Kalau kamu membantah, mami pastiin Papi akan tahu kelakuan kamu.” Ancam Mami Gemintang setengah berteriak untuk memastikan ancamannya di dengar oleh Gemintang. Benar saja ancaman Dina ternyata berlaku buat Gemintang, seharian Gemintang hanya mengurung diri di rumah. Dia tidak sabar untuk masuk sekolah dan bertemu Banyu. *** Hari Senin yang cerah, disambut dengan senyum merekah Gemintang. Lupakan soal hukumannya toh nyatanya dia pasti akan bertemu Banyu di sekolah. “Gemintang, Rembulan gimana sekolah kalian?” Tanya Gunawan Sasongko, Papi Gemintang saat mereka sarapan. “Baik kok Pi” seru keduanya. “Iya, kalian harus fokus sekolah aja, gak usah mikir macem-macem.” Gemintang menebak bahwa kata-kata ini ada hubungannya dengan laporan Maminya. Gemintang menatap sekilas ke arah Dina Maminya seolah ingin mencari tahu, apakah perkataan papinya ada hubungannya dengan kejadian di hari sabtu lalu. Gunawan sasongko, pebisinis dalam industri makanan jadi. Usahanya berkembang pesat, dan hanya dia satu-satunya yang menjalankan bisnis ini. Membuat hubungan dengan kedua putrinya tidak terlalu dekat. Tetapi sebisa mungkin sarapan dan makan malam mereka lakukan bersama-sama. Hal ini tidak berlaku saat Papi Gemintang sedang berada di luar kota, melihat perkembangan cabang perusahaannya. “Pasti kok, Pi” ucap keduanya. Setelah keberangkatan Papinya, Gemintang kemudian menyusul menggunakan kendaraan lain di antar oleh Pak Asep, sedangkan Rembulan diantar maminya karena jarak sekolahnya yang hanya beberapa blok dari kediamannya. Sesampainya Gemintang di sekolah, suasana masih sunyi, hanya beberapa murid yang mulai berdatangan. Erika dan Aisyahrani juga belum tiba di sekolah. Setelah meletakkan tasnya, Gemintang duduk di bangkunya sembari mengeluarkan satu persatu alat tulisnya. “Gemintang, bisa ngomong?” tanya Ronald sesaat masuk ke kelas. “Apaan lagi sih. Aku rasa udah gak ada lagi yang perlu kita omongin” Gemintang menatap jengah ke arah Ronald. “Please, di luar aja bentar” ucap Ronald memohon. “Oke” Mereka pun berdua berjalan keluar kelas. “Iya sekarang ngomongnya” “Maafin aku Gem. Gak jujur sama kamu” “Hm…” Mereka menuju tempat duduk di pinggir lapangan, di bawah pohon rindang. Lapangan yang menjadi tempat pernyataan cinta Ronald, sekarang menjadi saksi mereka harus mengakhiri hubungan. “Aku tahu aku salah, dan aku cowok b******k disini. Tapi aku gak bisa milih. Aku sayang kalian berdua,” ucap Ronald membuka suara. “Kalau gitu, aku yang pilih. Kamu kembali sama Alexa, dan kita tetep jadi teman. Teman sekelas” “Tapi…Gem. Aku tuh sayang kamu” “Kamu mau aku gampar disini, aku masih bagus loh, bisa ngomong baik-baik sama kamu. Jangan ngelunjak” “Iya, sori-sori.” “Udah, kalo gitu aku kembali ke kelas.” Gemintang bergegas meninggalkan Ronald yang masih belum siap menerima keputusan Gemintang. “Hey, Gem dari mana lo?” tanya Erika curiga. “Dari lapangan abis ketemu Ronald,” jawab Gemintang. “Ya elahhh…kan pasti ketemu di kelas” sindir Erika. “Pengen cerita nih sama kalian berdua,” Gemintang menunggu reaksi kedua sahabatnya. “Ehm gue sama Ronald udah putus,” lanjut Gemintang lagi. “Apa!!!” “Santai dong, kuping gue langsung mendengung gini” “Kenapa Gem. Ronald nyakitin kamu?” Gemintang pun menceritakan kepada kedua sahabatnya, semua hal yang terjadi dengan Ronald. Aisyahrani dan Erika terlihat menyimak semua penjelasan Gemintang. Terlihat serius mendengarkan kisah percintaan seseorang dibandingkan menyimak pelajaran tentunya. “Sialan, apa perlu gue kasih pelajaran si Ronald Gem,” ucap Erika menggebu-gebu, seolah sudah ada Ronald dihadapannya bersiap mendapatkan bogem mentah dari Erika. “Gak usah, malu tahu gak. Kalo satu sekolah heboh. Apalagi tahu karena apa. Bisa jatuh pasaran gue.” “Iya, bener. Gemintang disukain satu sekolah, ujung-ujungnya di selingkuhin juga. Gue mikirnya tuh cowok nyari apaan lagi sih” tambah Aisyahrani. “Ehm terus…” ucapan Gemintang terpotong sesaat bel sekolah berbunyi, dan sudah ada guru bahasa Inggris yang telah masuk ke kelasnya, bersamaan dengan Ronald. Ronald melihat sekilas ke arah Gemintang kemudian tersenyum, tanpa dibalas oleh Gemintang. *** “Aduh, akhirnya. Tugas hari ini banyak banget yah,” keluh Erika sesaat bel istrihat berbunyi. Dua mata pelajaran hari ini memberikan banyak tugas. “Ke kantin yuk!?” ucap Erika menarik tangan Gemintang. “Iya bentar-bentar, pulpen aku simpan dulu,” cegah Gemintang. “Eh gue ke toilet dulu yah,” pamit Gemintang. “Gemintang, di kantin kan ada. Ngapain dekat gudang sih,” ucap Erika heran. “Biasanya jam istirahat banyak orang. Gue kebelet nih. Tunggu, bentar doang” “Iya-iya udah, jangan lama,” pesan Aisyahrani. Gemintang berjalan ke arah gudang sekolah berharap menemui Banyu di sana. Dia ingin menjelaskan hubungannya dengan Ronald telah berakhir. Namun alangkah kecewanya Gemintang sesampainya di gudang sosok Banyu tidak ada disana. *** Sudah sepekan Banyu menghilang tanpa kabar, hampir tiap hari Gemintang sengaja singgah dan mencari Banyu di gudang sekolah. Dia ingin mencari ke kelasn tetapi tak satupun teman sekelas Banyu yang dikenal oleh Gemintang. Akhirnya setelah mengumpulkan keberanian Gemintang dan juga rasa penasaran yang menumpuk, Gemintang berjalan ke arah kelas Banyu dan berharap bertemu disana. “Hai, Gemintang nyari siapa dek?” sapa seorang cowok dari arah belakang Gemintang, teman sekelas Banyu. Apalagi melihat Gemintang yang celingak-celinguk mencari sesuatu di dalam kelas. “Eh kak, maaf. Kakak kenal sama aku?” “Aduh siapa sih, cowok yang gak kenal sama kamu di sekolah ini. Perkenalkan nama aku Andre, pria baik hati, penyabar dan suka menabung” “Oh iya” sebaliknya Gemintang hanya menatap risih melihat cowok di depannya, tetapi memaksakan tersenyum. “Kak Banyu masuk gak?” Tanya Gemintang menghentikan basa basi Andre. “Banyu…Banyu Sadewa. Aduh dia udah gak masuk seminggu ini.” “Kenapa?” “Iya sakit katanya,” jawab Andre. “Terus kamu ngapain disini nanya Banyu?” tatap Andre curiga. “Hmm…kalo gitu aku permisi balik ke kelas kak,” Gemintang berbalik tanpa menjawab pertanyaan Andre. Astaga dasar cewek, untung cakep. Udah ditanyain, malah digantungin kayak gini, umpat Andre dalam hati. Ternyata kabar ini membuat Gemintang semakin resah, saat hari mereka memutuskan untuk berpacaran tetapi Banyu malahan tidak masuk sekolah. Apa Banyu tahu yang dinamakan kerinduan. Ternyata sekali lagi Gemintang harus bersabar, menanti kabar dari Banyu. *** “Hey lo kenapa sih. Udah seminggu uring-uringan gini?” tegur Erika. “Iya, bukan karena Ronald kan?” Tanya Aisyahrani memastikan. Gemintang masih menimbang-nimbang apakah ini saat tepat untuk menjelaskan hubungannya dengan Banyu kepada kedua sahabatnya. “Gak kok, lagi bad mood aja”  Gemintang sudah berjanji dalam hati, saat Banyu kembali sekolah. Dia akan meluapkan rasa kesalnnya. *** “Hey…hhh….kalian tahu gak, kak Banyu…hhhh….keluar dari sekolah ini” ucap Erika terengah-engah. Erika yang baru saja kembali dari ruangan guru. .“Apa? Kenapa?” cecar Gemintang yang tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. “Iya, pas gue anterin tugas tadi. Gue denger pembicaraan wali kelasnya dengan kerabat Kak Banyu” “Terus dia datang bareng Banyu gitu?” Gemintang terlihat penasaran. “Gak, sendiri aj…” tanpa sempat mendengar penjelasan Erika, Gemintang beranjak dari tempat duduknya. “Hey, Gem. Lo kemana?” teriak Erika. Tanpa mendengar suara dan tatapan aneh kedua sahabatnya, Gemintang berlari ke arah parkiran sekolah, berharap menemui orang yang membawakan surat Banyu. Setidaknya dia bisa mendapatkan informasi keberadaan Banyu sekarang, dan membuat segala tanda tanya yang bersarang di kepala Gemintang bisa terjawab. “Pak. Permisi” cegah Gemintang yang melihat seorang pria paruh baya hendak mengendarai motornya. “Iya dek, kenapa?” pria itu berbalik menatap ke arah Gemintang. “Maaf, bapak ayahnya kak Banyu” Tanya Gemintang sopan. “Oh bukan, saya hanya pegawai bapaknya Mas Banyu. Tadi suruh nganter surat aja mba, sekalian ngurus pindahnya Mas Banyu.” “Banyu kenapa harus pindah pak?” “Ehm,,.anu mba. Mas Banyu harus pindah ke kampung. Soalnya ada masalah pribadi. Saya juga gak tahu jelas” “Gitu yah pak. Terus dimana saya bisa ketemu Banyu pak. Bapak pasti tahu kan rumahnya?” “Aduh mas Banyu udah berangkat, udah 3 hari yang lalu. Rumahnya yang di Jakarta kosong mba. Gak ada orang” “Kalau gitu, tolong kasih tahu Banyu yah. Kalau saya Gemintang nyariin dia” “Iya mba nanti saya sampaikan.” “Terima kasih pak.” Sepeninggal bapak itu, tanpa terasa airmata Gemintang menetes tanpa bisa dicegahnya. Sehari, iya hanya sehari dirinya dibuat berbunga-bunga, tetapi Banyu meninggalkannya tanpa sempat berpamitan. Apakah Gemintang tidak cukup berharga bagi Banyu untuk sekedar mengucapkan pamit. Ditinggalkan seperti ini, lebih perih dan menyesakkan. Flashback off 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD