Part 18. Bully

1742 Words
Mayleen sampai dirumah sambil membawa kantong plastik, tentu saja wanita itu terpaksa membeli makanan di luar, karena untuk pertama kalinya dia pulang lewat, dan pasti anaknya belum pada makan. Dia membuka pintu dengan perlahan, dari dalam sama sekali tidak ada bising. Ketika wanita itu membuka pintu, dia melihat anaknya sudah tertidur nyenyak. " Miki.." Mayleen menggerakkan tubuh Miki dengan perlahan, karena biasanya Miki yang paling mudah di bangunkan. " Mommy?" Miki membuka mata lalu melihat kearah Mommynya. " Mommy baru pulang.." " Iya sayang.. ayo makan, Mommy beli ayam panggang kesukaan kamu.." Miki beranjak sambil melihat kearah kantong plastik yang di bawa Mommynya. " Pasti kamu lapar kan.." Mayleen menyapu rambut Miki yang menutupi matanya. " Aku tidak lapar, Mommy.. aku mau tidur saja.." jawab Miki sambil kembali merabakan tubuhnya di samping Miko. Mayleen Tampak kehairanan tapi kemudian dia memilih membiarkan. Mungkin anaknya sangat lelah karena itu tak mau makan. *** " Miko! Hey Miko.. bangun kamu harus sekolah.." kata Mayleen sambil menggoyangkan tubuh Miko perlahan. " Mommy akan marah kalau kamu seperti ini terus.." Miko menggerutu sambil menghentakkan kaki, lalu dia bangun. " Aku tidak mau ke sekolah lagi.." " Bangun mandi lihat kakak kamu sudah siap.." kata Mayleen tanpa pedulikan Miko yang mengomel tidak mau sekolah lagi. " Ayo, Mommy bantu kamu mandi.." Mayleen mengangkat tubuh Miko sambil mencium pipi anaknya itu. " Kamu harus sekolah, Miko.." " Mommy aku tidak mau sekolah lagi, aku mau kerja saja.." Dari luar, Miki sudah memakai sepatu dan menunggu depan rumah, begitu juga kedua kembarnya. Tak berselang lama Miko keluar dari kamar mandi, Mayleen membantu Miko untuk memakai seragam sekolah. " Mommy, aku tidak mau pergi sekolah.. aku terlalu malas menghadapi teman teman di sekolah yang sombong sombong.." " Miko.. kamu tidak perlu layani kata kata mereka, biarkan saja.." " Tapi aku mendengar, dan aku sudah tidak bisa bersabar lebih lama.." Mayleen menghela nafas berat. " Baiklah, nanti Mommy coba ke sekolah dan bicarakan dengan dosen kalian.." " Benar ya.." tanya Miko seperti menagih janji sang Mommy. " Ya sudah aku berangkat sekolah dulu.." Miko mencium pipi Mommynya, lalu berlari mengambil sepatunya. " Ayo jalan.." teriak Miko sambil berlari menghampiri kembarnya yang sudah berjalan pelan di depan. Mayleen juga bersiap siap untuk pergi apartment bosnya, dia sudah menandatangani kontrak, jadi mulai saat ini dia harus berkerja untuk menjaga pria dewasa itu. Dia sudah sampai di depan apartment itu, dan harapannya adalah tidak bertemu dengan mafia yang ingin sekali di hindarinya itu. Wanita itu membuka pintu apartment menggunakan card yang di berikan asisten bossnya. Ketika dia masuk, Mayleen terus menyadari ada orang lain dalam apartment itu. Dia buru buru menyiapkan sarapan, dia tidak mau di hari pertama dia kerja ada masalah. Aron yang berada di dalam kamar terbangun mencium aroma yang sangat wangi. Dia beranjak dan hanya memakai boxer pria itu berjalan keluar dari kamarnya. Aron sudah tahu, pasti yang masak di dapurnya adalah penjaga barunya. Dari kejauhan Aron sudah melihat seorang wanita bertubuh mungil berdiri membelakang sedang menyiapkan sarapan di atas meja.. Aron tersenyum jail,, dia menghampiri wanita itu. " Jadi kamu penjaga baruku.." Mayleen memekik keras karena kaget mendengar seseorang berbisik di telinganya. " Sebentar.. kamu.." Aron memutar tubuh wanita itu. " Benarkan kamu.." Mayleen terdiam, darahnya seakan berhenti mengalir melihat wajah pria itu. Jangan bilang dia bossnya?! " Kamu pekerja baru ya.." tanya Aron sambil merendahkan tubuhnya agar dia melihat lebih jelas wajah wanita itu. " Menyingkir dari hadapanku!" Mayleen ingin menolak d**a pria itu, tapi karena pria itu tak memakai kaos, Mayleen tak jadi menyentuhnya. " Sentuh saja, tidak apa apa.." Aron tersenyum jail. " Ternyata kamu memang cantik ya.." " Aku mau lewat.." " Seperti ini saja dulu.." Aron menumpukan kedua tangan di meja. " Kenapa wajah kamu terlihat familiar ya.." " Familiar?" Gumam Mayleen. " Tapi aku tidak mengenalimu.." " Kalau begitu ayo kenalan.." kata Aron tapi kemudian menarik wanita itu dan duduk di pangkuannya. Mayleen memberontak, sekarang dia faham kenapa asisten Antonio menyuruhnya hati hati, Ternyata bosnya maniak! " Kamu jangan terlalu banyak bergerak, nanti kamu membangunkan yang sedang tertidur." Mata Mayleen membulat, kemudian memberontak lagi sambil berteriak histeris. " Tuan?" Aron memandang kearah Antonio yang baru sampai, lalu kembali fokus pada Mayleen. " Silakan duduk!" Mayleen berusaha turun dari pangkuan Aron ketika Antonio duduk di depan mereka. " Kamu harus duduk disini dan suapi aku, ingat kamu di bayar untuk melayani ku dengan baik, mau gaji kamu, aku potong.." Mayleen menggelengkan kepala, dia sangat memerlukan duit untuk anak anak, untuk biayai hidup mereka. " Bagus... Jadi sekarang suapi aku.." kata Aron sambil memperbaiki posisi Mayleen di atas pangkuannya. *** Saat rehat anak anak yang lain berlainan keluar dari kelas karena ingin ke kantin untuk makan siang.n Namun si kembar tetap di kelas, semua berkumpul satu satu meja untuk makan, karena mereka membawa bekalan makanan dari rumah. " Ayo cepat makan sebelum mereka kembali.." kata Niki yang merupakan paling kakak. Semua mengangguk kepala, mereka membuka bekal masing masing. Di saat mereka sedang menikmati makan siang tiba tiba ada sekumpulan anak orang kaya masuk ke dalam kelas itu. " Sayur, nasi.." kata anak kecil, yang merupakan ketua dari lima berteman. " Kasihan sekali.." Miki yang kebetulan sudah siap menutup bekalan makanannya, lalu di masukkan dalam tas sekolah. " Anak miskin saja sombong.." dia melirik kearah sepatu yang di pakai Niko. " Aku masih banyak sepatu di rumah yang lebih bagus dari ini, nanti aku kasih ya.." " Kata Mommyku, Mommy kalian adalah wanita panggilan terus katanya dalam satu malam pendapatannya banyak, tapi kenapa sepatunya kalian tetap seperti ini." kata bocah yang lainnya. Miko yang paling tak tahan dengan situasi ini, Dia tak suka Mommynya di kaitkan. " Mungkin Mommy mereka malu hasil dari kerja enak enakan di kasih sama anaknya, begitu kata Mommy.." kata yang lain pula di support oleh yang lain. " Sialan!" Miko yang sudah tak tahan, tanpa memikirkan apa yang terjadi nanti, dia memukul wajah yang mengatai Mommynya. " Miko! Miko jangan Miko.." Niki dan Niko berusaha menghalangi Miko. " Aku tidak terima Mommy di katai seperti itu!" Miko dan kembarnya yang memang lebih tinggi dan besar dari teman kelas mereka yang lain, memudahkan dia memukul dan menendang yang sudah mengatai Mommynya. " Hey! Apa apaan ini!" Guru yang mengajar di kelas itu masuk, dia langsung menarik tubuh Miko yang menindih tubuh temannya, lalu dia banting ke belakang. " Miko kamu tidak apa apa.." Niko dan Miki membantu Miko untuk berdiri. " Hey kamu kenapa kamu memukuli teman kamu.." tanya dosen itu dengan bibir merahnya. " Dia yang terdulu mengatai Mommyku!" Jawab Miko dengan berani. " Kalau tidak benar kenapa kamu harus marah, atau mungkin teman kamu hanya bercanda .." kata dosen lagi dengan tenang. Miko masih ingin menjawab tapi Niki terus mengelus bahunya sambil menggelengkan kepala. Sekolah di sana kesabaran harus mereka utamakan apalagi mereka tidak punya apa apa untuk membela diri. Mereka bisa masuk di sekolah itu juga karena Uncle Alvin mengenal pemilik sekolah. " Hapus air mata kamu itu.. jangan sampai Mommy melihat.." kata Miki sambil mengelus belakang Miko yang sedang menangis. " Aku tidak mau sekolah lagi! Aku membenci mereka..." Kata Miko sambil menghentakkan kakinya. " Kita harus tetap sekolah, kita harus jadi anak yang berguna di masa depan.. jangan pedulikan apa yang mereka katakan.." kata Niki, walaupun sebenarnya dia juga sakit hati setiap ada yang mengatai Mommynya. " Hapus air mata kamu.. kita sudah dekat di rumah.. ingat jangan sampai Mommy melihat kamu menangis.." kata Niko. Miko terhenti seketika lalu mengusap air mata di kedua pipinya. " Lihat matamu merah seperti di rasuk toyol.." kata Niki yang membantu Miko mengusap air mata di pipinya. Miko tertawa pelan. " Biarkan.. tapi aku tetap tampankan.." " Iya kau tampan.." kata Miki sambil merangkul Miko. " Apalagi kalau kau berhenti menangis, sekilas kau terlihat mirip aku.." Miko menatap sinis kearah Miki, Niko dan Niki tertawa melihat pandangan mata Miko. " Ayo.." Mereka berjalan beriringan menuju ke rumah sederhana itu. *** Mayleen masuk dengan takut ke dalam kamar Aron, pria itu menyuruh seterika kemejanya. Wanita itu melihat Aron sedang membersihkan pistolnya dengan kain putih. " Tuan?" Aron mendongak dan melihat Mayleen yang berdiri tak jauh dari pintu. " Kemari.." " Tapi —" " Aku tidak suka penolakan.." Mayleen meneguk salivanya, dengan langkah pelan dia mendekati pria itu. Tiba tiba Aron beranjak membuat Mayleen mundur beberapa langkah ke belakang. " Kamu kenapa.." tanya Aron sambil tersenyum jail. " Takut?" " Tidak.." Aron mendekatkan wajahnya ke wajah wanita itu. " Benar?" Mayleen terdiam, dia menatap kedua mata pria itu, benar benar mirip mata anaknya, Miki! Tapi kemudian wanita itu tersadar ketika rambut pria itu yang masih basah menitis ke wajahnya. Dia terus membuang kemeja Aron ke atas ranjang dan berlari keluar dari kamar itu, dia tak peduli sekalipun dia di pecat nanti. Aron tertawa melihat wanita itu yang berlari bagaikan orang melihat hantu. " Seru juga mengerjainya.." Setelah berpakaian pria itu keluar dari kamarnya, dia melihat Mayleen sedang mengepel lantai. Namun wanita itu tak menyadari dia sedang di perhatian. " Hem!" Aron berdeham pelan agar wanita itu melihat kearahnya. Mayleen menoleh dan saat yang sama Aron menjatuhkan piring kotor di atas lantai. Aron melirik kearah wanita itu sekilas, lalu tanpa merasa bersalah dia berjalan keluar dari apartment itu. " Dasar pria sialan!" Umpat Mayleen, kemudian dia mengelus dadanya. " Kau jangan harap bisa melihatku lagi besok!" Padahal tanpa Mayleen sadar, sebenarnya tujuan Aron terus mengerjainya agar dia tak bertahan lama berkerja disana. Aron melajukan mobilnya menuju ke markas, di dalam perjalanannya menuju ke markas, di tepian jalan dia melihat seorang bocah yang sangat dia kenal. Dia berhentikan mobilnya. " Anak siapa sebenarnya dia? Kurang ajar sekali orang tuanya membiarkan anak sekecil itu mencari uang sendiri.." " Miko!" Miki menoleh dan melihat Uncle tuan sedang menghampirinya. " Kamu dari mana?" " Oh.. aku baru habis menjual kue tapi sudah habis Uncle tuan terlambat.." " Uncle hantar kamu ya.." " Tidak perlu... Bos aku sudah tidak jauh dari sini.." " Uncle akan tetap menemani kamu, tapi Uncle ambil handphone dulu ya di mobil.." Miko mengangguk sambil melangkah duluan menuju ke pasar. " Uncle.. kuehnya sudah habis.. " kata Miko dengan semangat. " Kamu terlambat, aku sudah mau tutup.." " Tapi kata Uncle yang penting kuenya habis.. lihat sudah habis.. sekarang aku boleh minta upah ya.." " Enak saja.. sudah kau terlambat sekarang meminta upah, sana kamu!" Pria paruh baya itu menolak tubuh Miko dengan kasar, untung saja ada seseorang yang menahan tubuh anak itu agar tidak terjatuh.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD