Part 10. Akan Sekolah

720 Words
Darren berjalan menuju ke ruang kerjanya, pria itu baru selesai meeting. Dia membuka kaca mata, lalu di taruh atas meja kerjanya. Pria itu mengambil ponselnya di atas meja yang sengaja di tinggalkan. Dia membaca pesan dari kekasihnya Jenny, gadis itu sudah masak dan menyuruhnya segera pulang. Berapa tahun lalu, awalnya Darren sampai di Itali, dia memang tak terbiasa. Apa lagi untuk pertama kalinya, dia berjauhan dari keluarga dan teman temannya. Tapi seiring berjalannya waktu, Darren mulai terbiasa, apa lagi setelah mengenal Jenny. Walaupun awalnya tak di restu Daddynya karena Jenny hanyalah anak sebarang kara. " Maaf.." Darren melirik sekilas pada gadis yang baru berapa hari berkerja di perusahaan miliknya. Dia tak mengatakan apapun, pria itu terus masuk ke dalam lift, tapi siapa sangka gadis itu ikut masuk. " Tuan Darren, mau pulang.." Pria itu mengalihkan perhatian sekilas pada gadis itu, lalu kembali fokus pada ponselnya. Gadis itu tersenyum ketus, tuan Darren memang tak pernah bicara padanya apa lagi kalau hanya pertanyaan tak penting. " Aku sudah on the way, sayang.." pria itu keluar ketika pintu lift terbuka. Darren sama sekali tak melirik pada gadis itu, dia terus saja berjalan keluar kantor. " Dia memang tampan, tapi kenapa sombong sekali.." gerutu gadis itu. Darren sampai di apartment yang di belikan khusus untuk kekasihnya Jenny. " Sayang.." pria itu memanggil Jenny, dia terus berjalan ke ruang makan. " Kamu sudah sampai.." Jenny berlari memeluk pria itu. " Aku merinduimu.." Jenny berulang kali mencium pipi Darren. " Aku juga.." jawab Darren, dia melihat ke layar ponselnya.. " Sebentar sayang.. Aron menghubungiku.." kata Darren sambil menjauhi Jenny. " Jangan lama sayang.." kata Jenny. Darren mengangguk, dia sempat mengecup bibir gadis itu, lalu sedikit menjauh. " Ada apa?" " Ya ampun.. kau jangan marah marah dong tuan Darren.." kata Aron, wajahnya muncul di layar ponsel. " Aku merinduimu.." Aron mencium layar ponselnya. Darren meringis, dia membalikkan ponselnya, sialan Aron.. masih belum berubah padahal sudah berusia dua puluh empat tahun. " Ren.." " Apa yang kau inginkan.." tanya Darren mencoba mengontrol emosi. " Di cium.." " Aron.." geram Darren, Jenny yang sedang menyiapkan makan siang melihat kearah kekasihnya. " Sayang, kamu tidak apa apa.." tanya Jenny. " Aku baik baik saja, Sayang.." jawab Darren sambil tersenyum pada gadis itu. " Aku akan pulang dalam masa terdekat ini, apa kau tidak ingin bertemu denganku.." Darren menatap Aron dengan jengkel apa lagi melihat senyuman menyebalkan di bibirnya. " Kapan?" " Surprise dong.." jawab Aron, dia mengerlingkan mata. " Baiklah.. nanti kau info saja.. aku juga mungkin akan ke New York nanti ." " Pasti karena merinduiku.." Aron tertawa di hujung talian. " Sudah dulu Aron.. aku ingin makan siang dulu.." Darren mencari alasan. " Jangan dulu dong.. kita video call saja.." Aron masih sibuk menggoda Darren dengan lirikan mata nakal. " Nanti saja.." Darren memastikan video call sebelum Aron sempat bicara apa apa. " Kamu terlihat kesal.." tanya Jenny pada kekasihnya. " Hanya ada satu manusia di dunia ini yang sering membuatku kesal.." Jenny tertawa mendengar jawaban Darren, pria itu memang mudah sekali kesal kalau berhubungan dengan Aron. *** Mayleen menyiapkan makan malam untuk anak anaknya, ke empat bocah itu sudah menunggunya sambil duduk bersila di atas lantai karena tidak ada meja makan. " Woohoo.." pekik Miko ketika melihat ada daging di dalam sup karena biasanya mereka hanya makan sup sayur dan nasi putih. Tapi sekarang seperti lebih special karena ada daging dalam sup. " Mommy baru gaji ya.." tanya Miki yang duduk di sebelah Mommynya. " Iya, sayang.. Mommy dapat bonus dari bos Mommy.." jawab Mayleen. " Makan ya.." " Bagus dong.. berarti boss Mommy orangnya baik ya.. " tanya Miko dengan wajah belepotan nasi. " Tentu, oh ya mulai minggu depan kalian akan sekolah, nanti Uncle Alvin yang akan membantu kita.." " Tidak apa apa ya, Mommy.. kita selalu merepotkan Uncle Alvin, apalagi keluarga Uncle Alvin tidak suka sama Mommy dekat dekat sama Uncle Alvin.." tanya Niki panjang lebar. " Ini yang terakhir kali, tanpa Daddy kalian tidak akan bisa masuk sekolah.." " Memangnya Daddy kami yang sebenarnya ke mana, Mommy.." tanya Miko dengan wajah polos. " Nanti lagi ceritanya.. Ayo makan.." kata Mayleen mengalihkan pembicaraan. " Selalu saja Mommy menghindar kalau di tanya soal Daddy.." kata Miko sedikit kesal. Niki, Niko dan Miki hanya diam walaupun sebenarnya mereka juga sangat penasaran dengan sosok Daddy mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD