Bab 17. Pengusaha Tambang Emas

1001 Words
"Ish! Malah bengong lagi," decak Bella seraya berdiri tegak. "Mau sampai kapan kita ngumpet di sini, Ryan? Udah malam, kamu juga harus istirahat." "Benar juga," sahut Ryan tersenyum kecil. "Tapi, Nyonya. Saya tidur di mana? Nyonya belum kasih tau kamar saya di mana lho." "O iya aku lupa," jawab Bella. "Ayo, aku anterin kamu ke kamar. Eu ... bukan kamar sih, lebih tepatnya paviliun yang ada di belakang rumah ini, udah lama banget tempat itu gak di tinggali sama siapapun." Ryan menganggukkan kepala lalu melakukan hal yang sama seperti Isabella. Keduanya berjalan secara beriringan keluar dari dalam ruangan tersebut. *** Bella memutar kunci lalu membuka pintu paviliun yang berada di area belakang kediamannya. Paviliun tersebut mengarah ke jendela kamar pribadinya bersama Antoni yang berada di lantai dua. Tepat di depan tempat tersebut terdapat kolam ikan kecil yang sudah lama kosong, bahkan tidak ada setetes air pun di sana. Sepertinya, tempat itu benar-benar sudah lama dibiarkan terbengkalai dan berada tepat di belakang rumah mewah dua lantai yang terlihat megah milik pengusaha tambang emas bernama Antonio. "Kamu tinggal di sini, ya," ucap Bella berdiri tepat di depan pintu. "Tempatnya agak kotor soalnya udah lama dibiarin kosong dan gak ke urus." Ryan melangkah memasuki ruangan depan seraya menatap sekeliling. "Saya pikir saya cuma dapat kamar pembantu biasa, Nyonya. Eu ... tapi ternyata, ini sama aja seperti kamar hotel, makasih." Bella seketika menunjuk ke arah jendela yang berada di bangunan mewah tepat di depan paviliun tersebut. "Kamu liat jendela yang ada di sana itu?" Ryan menganggukkan kepala seraya berjalan mendekati Bella lalu menatap ke arah yang sama seperti wanita itu. "Itu kamarku, aku sengaja menyuruh kamu tinggal di sini agar kamu bisa terus memantau aku dari sini," ujar Bella. "Setidaknya, aku bisa tidur dengan tenang karena kalau ada apa-apa, aku tinggal teriak aja dari atas, oke?" "Hmm! Baiklah saya paham," jawab Ryan. "Sebaiknya Anda istirahat, Nyonya. Anda kelihatan lelah banget. Banyak sekali masalah yang Anda lewati selama beberapa hari ini." Bella tersenyum ringan seraya menghela panjang. "Ya, aku emang lelah. Lelaaaah banget, mana besok ada syuting pagi-pagi lagi." "Good night, Nyonya Bella," lirih Ryan dengan wajah datar juga sedikit membungkukkan tubuhnya memberi hormat. Bella tersenyum ringan. "Good night juga, my bodyguard," balas Bella hendak melangkah, tapi wanita itu seketika menahan gerakan kakinya lalu kembali memutar badan. "Ngomong-ngomong kamu belum jawab pertanyaan aku, Ryan." Ryan seketika mengerutkan kening. "Pertanyaan yang mana, Nyonya?" "Jangan tinggalin aku sebelum aku mendapatkan apa yang aku inginkan, Ryan. Aku mohon, saat ini aku benar-benar lagi ngebutuhin kamu," lirih Bella, tatapan matanya kian sayu dalam menatap wajah sang bodyguard. "Aku gak tau apa jadinya aku jika aku gak ketemu sama kamu, Ryan." Ryan menghela napas panjang seraya meraih lalu menggegam telapak tangan sang majikan. "Saya gak akan meninggalkan Anda, Nyonya. Sampai Anda benar-benar membalas rasa sakit hati Anda dan mendapatkan apa yang Anda inginkan, saya akan selalu ada di sini untuk melindungi Anda." "Terima kasih, Ryan," jawab Isabella balas menggegam telapak tangan sang bodyguard. Wanita itu tiba-tiba saja mendekat lalu memeluk tubuh kekar seorang Ryan. Kedua matanya pun nampak terpejam seolah tengah merasakan betapa nyamannya bersandar di d**a bidang seorang Ryan Prayogo. Ryan yang awalnya selalu merasa tidak nyaman ketika majikannya ini melakukan hal tersebut kini merasakan hal sebaliknya. Kedua tangan pria itu perlahan mulai bergerak naik balas memeluk tubuh ramping seorang Isabella. "Izinkan aku memeluk kamu seperti ini, Ryan. Sebentar aja," lirih Bella. "Banyak orang berpikir, hidup aku sempurna karena punya suami kaya raya dan karirku juga gemilang, tapi ternyata kehidupan rumah tanggaku tak ada bedanya dengan neraka. Cuma kamu yang tau hal ini, Ryan. Aku percaya sama kamu." Ryan hanya menganggukkan kepala seraya tersenyum ringan. Semenjak ia bertemu dengan wanita bernama Isabella, bibirnya yang semula terasa kaku bahkan jarang sekali menyunggingkan senyuman, kini mulai melentur bahkan tidak segan melayangkan senyuman manisnya yang jarang sekali ia perlihatkan kepada orang lain. Isabella benar-benar telah merubah sisi dingin seorang Ryan bak matahari yang berhasil melelehkan bongkahan es yang sudah sekian lama membeku. "Aku istirahat dulu," ujar Bella seraya mengurai pelukan. Wanita itu berbalik dan hendak melangkah. "Tunggu, Nyonya," pinta Ryan membuat Bella seketika kembali memutar badan. "Tidurlah yang nyenyak, Nyonya. Jangan menghawatirkan apapun karena saya akan selalu menjaga Anda dari sini." Bella menganggukkan kepala seraya tersenyum ringan lalu melanjutkan langkah kakinya dengan perasaan tenang. *** Sementara itu, Antoni tengah berada di pesawat bersama Joni asisten pribadinya. Rencananya, ia akan menghabiskan waktu selama beberapa hari untuk memantau proyek barunya. Seperti diketahui, Antoni memiliki perusahaan tambang emas. Banyak hal yang harus diurus ketika ia membuka tambang baru, seperti membuat surat izin penambangan dan lain sebagainya. Ia bahkan tidak segan menggelontorkan uang dalam jumlah yang tidak sedikit agar aparat yang berkerja di sana memuluskan langkahnya. "Gimana, kau udah dapat informasi tentang si b******k itu?" tanya Antoni seraya menyandarkan punggung berikut kepalanya di sandaran kursi pesawat bisnis tersebut. Joni menyerahkan selembar dokumen berisi informasi tentang orang yang sedang dia cari. Di sana tertera jelas indentitas orang tersebut. Antoni membacanya dengan seksama. Nama : Prayoga Usia : 35 tahun Terakhir terlihat di kota Jakarta, memiliki wajah tampan dan tubuh kekar. Seperti itulah isi berkas berisi informasi pribadi orang yang sedang Antoni cari. Namun, pria itu seketika murka seraya melemparkan berkas tersebut tepat mengenai wajah Joni. "Kau bilang ini informasi penting, hah?" bentak Antoni murka. "Informasi macam apa ini? Kalau cuma ini, saya pun sanggup cari sendiri. Dasar bodoh!" "Maaf, Tuan. Saya akan cari informasi yang lebih detail lagi," jawab Joni datar seraya meraih secarik kertas tersebut. "Poto! Saya butuh Poto orang itu, bodoh! Percuma dapat informasi tentang dia, tapi tak tau wajahnya seperti apa!" bentak Antonio dengan kedua mata membulat. Joni menganggukkan kepala patuh. "Baik, Tuan Bos." "Pokoknya saya gak mau tau, saya mau kamu dapat poto si b******k itu secepatnya. Saya gak mau usaha saya gulung tikar gara-gara dia. Paham?" ''Bukan hanya gulung tikar, saya pun akan mendekap di penjara kalau sampai si b******k itu mendapatkan bukti dan melaporkan hal ini sama pihak polisi, pokoknya si b******k itu harus dihabisi secepatnya,'' batin Antonio mulai merasa khawatir. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD