"Kenapa kamu harus menanyakan hal itu, Tiara? Jika kamu mendengar jawaban saya, kamu pasti akan terluka," jawab Bagus seraya berbaring di atas kursi, "Saya sudah terlalu banyak melukai hati kamu. Kalau Ibu sampai tahu--" "Cukup, Mas. Jangan bawa-bawa Ibu terus," sela Tiara bahkan sebelum Bagus menyelesaikan ucapannya. Bagus menjadikan pergelangan tangannya sebagai bantalan di bawah kepalanya, berbaring terlentang seraya menatap langit-langit kamar, "Baiklah, saya tidak akan membawa-bawa nama Ibu lagi, tapi apa kamu yakin ingin mendengar jawaban saya?" "Katakan saja. Aku ingin sekali mendengarnya, lagi pula aku sudah terbiasa menahan rasa sakit karena kamu, Mas. Padahal, Daddy dan Mommy-ku sendiri tidak pernah menyakitiku atau melukai perasaan aku, sedangkan kamu--" Tiara menahan ucapann