Apa yang dilakukan Adnan tidak lantas membuat Hira tunduk ataupun berubah. Ia melepaskan cincin yang pakaikan Adnan dan menyimpannya ke dalam laci. Ia tetap saja menghindar dan menghiraukan lelaki tersebut.
Hari itu Adnan menemuinya di rumah sakit.
Melihat Adnan datang sorot mata Hira sinis, “ada apa datang ke sini? Aku sedang bekerja Adnan. Apa tidak bisa berhenti menggangguku?”
Adnan melirik jari-jari Hira tidak memakai cincin pemberiannya, lelaki itu hanya tersenyum kecil, ia jadi ragu dengan kata-kata sesumbar yang pernah diucapkan. Ia pernah berkata kalau Hira akan mengejarnya sama seperti dulu, tetapi sekarang ia mulai meragukan kata-katanya sendiri.
“Aku ingin bicara hal yang penting denganmu, tapi jangan di sini.”
Tidak ingin membuat masalah di dalam rumah sakit Hira membawa Adnan bicara di taman rumah sakit.
“Tadi mau bicara apa?” tanya Hira.
“Waktu itu aku sudah memperingatkanmu supaya jangan ikut acara sosial yang diadakan rumah sakit. Ada bahaya di sana Hira, kamu tidak boleh ikut.” Adnan memperingatkan Hira untuk ke dua kalinya.
“Sebenarnya kamu tahu darimana?” Hira balik bertanya.
“Itu tidak penting dari mana aku tahu. Aku hanya memperingatkanmu supaya jangan ikut.” Adnan menatapnya serius.
“Lagian apa urusanmu.”
“Hira, jangan libatkan dirimu, polisi sedang menyelidiki yayasan tersebut, kamu tidak boleh terlibat.”
“Aku sudah katakan kita jangan saling mengurusi satu sama lain. Apa kamu juga bagian dari mereka? Apa benar kamu juga bos mafia?”
“Kita bukan membahas diriku, tapi kamu.”
“Kami para dokter hanya peduli pada anak-anak malang seperti mereka. Hanya orang arogan sepertimu yang tidak peduli pada anak-anak terlantar seperti itu. Jadi ini tidak ada hubungannya dengan mafia maupun gangster.” Hira tidak menghiraukan nasehat Adnan.
“Terserah, jika suatu saat kamu dapat masalah jangan menyesal,” ujar Adnan memperingatkan lagi.
*
Beberapa hari kemudian.
Rumah sakit tempat Hira bekerja mengadakan kerja sama acara bakti sosial.
Hira dan beberapa rekannya akan berangkat ke suatu tempat yang akan diadakan pengobatan gratis pada anak-anak kurang mampu . Ia tidak tahu bahaya yang menunggunya, terkadang niat baik dan tulus yang kita lakukan belum tentu mendapatkan balasan yang baik juga. Hira salah satu dokter yang ikut terlibat dalam sebuah organisasi peduli anak-anak yang memberikan bantuan obat-obatan pada anak-anak yang kurang beruntung yang dinaungi sebuah yayasan yang mengatasnamakan peduli anak-anak.
Sebelum berangkat Hira sudah terlebih dulu izin pada keluarganya, awalnya Pak Zafar dan Bu Rena kurang setuju Hira ikut acara sosial tersebut, selain tempatnya jauh, Hira juga belum pernah mengikuti acara seperti itu.
Setelah Hira menyakinkan keluarganya, akhirnya mereka mengijinkan pergi.
Di sisi lain.
Polisi yang selama ini mengawasi organisasi tersebut mendapat kabar kalau mereka akan mengadakan cara pengobatan di sebuah villa di daerah puncak. Adnan juga baru saja tiba di ruang sidang ingin mendampingi kliennya, ia mendengar pembicaraan beberapa polisi yang akan berangkat melakukan pengintai ke puncak. Adnan menemui Leo.
“Apa Hira hari ini kerja?”
Mendengar nama adiknya disebut Leo menatap wajah Adnan, ia sudah memperingatkan pria itu agar jangan mendekati adiknya lagi. Lalu ia menatap Sean yang berdiri tidak jauh dari mereka.
“Ada perlu apa?” Leo menatap dengan sinis.
“Aku hanya ingin menanyakan sesuatu, tentang suatu penyakit.” Adnan berbohong.
“Hira ikut acara sosial di Puncak.”
Mendengar hal itu, wajah Adnan tiba-tiba menegang.
“Ada apa?” tanya Leo.
“Tidak ada aku ingin ijin pulang kurang enak badan.” Adnan membuat alasan. Leo dan Sean tidak curiga.
‘Bodoh! Sudah diingatkan masih tetap pergi’ Adnan membatin.
Adnan buru-buru keluar dari kantor melajukan ke arah puncak, “gadis ceroboh, aku sudah memperingatkan beberapa kali jangan ikut, tetap saja pergi,” ucapnya mendumal. Ia meminta alamat Villa tersebut pada temannya seorang Polisi yang bertugas menyelidiki.
Jalanan ke arah puncak macet, ia terpaksa meminjam motor ke sebuah penyewa motor. Adnan melajukan laju motor dengan cepat dan tiba di sana lebih awal.
Tidak berapa lama mobil rombongan para dokter akhirnya tiba. Adnan menyelinap ke dalam mobil dokter menarik sebuah jubah putih, ia berpura-pura jadi salah satu team dokter yang bertugas membawa beberapa peralatan ke dalam ruangan. Saat para dokter itu dibawah ke sebuah ruangan. Adnan menyelinap keluar dari rombongan .
Saat i menyelinap masuk, Adnan akhirnya menemukan sebuah ruangan yang berbau amis mirip tempat penjagalan, ada banyak bercak darah di sana, melihat tempat tersebut membuatnya bergidik. Dengan hati-hati ia merekam dan mengirimnya pada teman polisinya.
Setelah berhasil masuk ke sebuah ruangan Adnan menemukan ruangan yang mencurigakan, ia merekam dengan ponsel lalu mengirim semuanya pada polisi temannya.
[Cepatlah kemari ini seperti tempat penjagalan manusia] polisi yang bertugas semakin yakin dengan kejahatan dokter tersebut.
[Apa kamu bisa merekam tempat yang lain? Aku ingin bukti yang lain] tulis Gio temannya.
[Sedang aku usahakan]
[Hati-hati Adnan, mereka para mafia yang biasa melakukan kejahatan kemanusian, kami akan datang segera, tetaplah hati-hat]
Adnan mengendap-endap menuju sebuah ruangan, ia mendengar suara seseorang , lalu menemukan para dokter dikurung , mereka sedang diberi pengarahan tentang tugas mereka hanya melakukan operasi dan mengeluarkan organ tubuh mereka secara hati-hati, sebagian dokter protes dan tidak mau melakukan pekerjaan yang tidak manusiawi tersebut.
“Kami datang kesini untuk mengobati orang sakit, bukan untuk mengambil organ mereka,” ujar seorang dokter.
Dor!
“Saya tidak ingin mendengar bantahan,” ujar seorang pria tua.
Satu peluru menembus perut seorang dokter dan tumbang, “tugasnya dimulai dari dokter pembangkang ini, ambil hati dan jantungnya,” ucap pria tua yang mengenakan topi koboi tersebut.
Mata semua dokter tampak ngeri melihat dan mendengar hal tersebut, Hira terdiam, ia teringat dengan peringatan yang diberikan Adnan beberapa hari yang lalu. Semua orang ketakutan. Tidak lama kemudian mereka dibawa ke ruang bawah tanah di sana ada ruangan seperti sebuah ruangan pembuatan film.
“Aku butuh hiburan juga, aku akan membagi tugas, dokter laki-laki akan melakukan tugas yang aku perintahkan dan dokter perempuan akan menghiburku.”
Lalu dua orang pria berbadan besar menarik dua orang dokter perempuan , lalu mereka diminta menari erotis di bawah lampu sorot, salah satu dokter menolak . Dengan kejam dia diseret dan dicambuk. Bos penjahat itu menikmati peyiksaan tersebut, ia tertawa terbahak-bahak saat melihat dokter muda itu kesakitan Hira hampir mual melihat pemandangan di depannya.
“Aku butuh hiburan yang menarik, kamu lakukan pertunjukan dengan wanita itu.” Ia meminta bawahannya melakukan pertunjukan bersama seorang dokter. Hira tidak mau dipilih ia mengoleskan cairan hitam ke wajahnya agar ia tidak dipilih. Wajah cantiknya terselamatkan dengan tinta pulpen yang didapatkan dari saku jas dokternya. Para dokter muda itu dijadikan mainan sama laki-laki tua pisikopat tersebut.
Bersambung
Bantu Vote, like dan berikan hadiah juga ya kakak