Bab 2. Guru Homeschooling

1081 Words
Hari ini, seperti biasa Zello berangkat ke sekolah menggunakan mobil. Ya, tentu saja Zello membeli mobil dengan hasil kerjanya sendiri. Saat sampai di sekolah, ia selalu dihadapkan oleh para penggemarnya. Namun ia tidak seperti Alka yang bersikap dingin, Zello malah menghadapi mereka semua dengan senyuman khas miliknya.   “Hai!” sapa Zello pada Alka saat ia masuk ke dalam kelas. Bukannya mendapat balasan ucapan, Zello hanya mendapat lirikan cuek dari sang teman.   “Pagi-pagi tidak boleh dingin Ka,” ucap Zello setelah duduk di tempatnya yang tak lain adalah samping Alka.   “Hm,” balas sang teman yang membuat Zello terkekeh.   “Ngomong-ngomong, nanti rencananya gue mau nembak Viola Ka,” ucap Zello memberitahu.   “Oh.”   “Oh doang?!” tanya Zello menatap Alka jengah.   “Terus apa?”   “Ya apa gitu, yang jelas panjangin dikit.”   “Oh, gitu….”   “Duh, gigit nih lama-lama,” kesal Zello yang mendapat lirikan tajam dari Alka.   “Gue cabut semua gigi lo lebih dulu,” balas Alka yang membuat Zello bergidik ngeri.   “Santai bos, tapi tunggu… si Viola-nya nanti mau tidak ya? Kalo di tolak nanti wajah gue mau taruh dimana?” ucap Zello mendramatisir.   “Dengkul,” balas Alka enteng.   “Serius loh ini Ka.”   “Ck, lo punya otak kan? Biasanya dia kan godain lo juga.”   “Iya sih, tapi dia kan lebih terobsesi sama lo.”   “Coba aja dulu.”   “Hahh… yasudah lah dan maaf nanti istirahat gue tidak bisa temani lo.”   “Siapa juga yang mau, gue ke perpustakaan nanti.”   “Ooo, mau ngumpet ya?”   “Tidak perlu berisik!”   “Yaampun sensian banget si bapak.”   “….”   “Ngomong-ngomong Keyra sudah sadar?” tanya Zello.   “Belum,” jawab Alka dengan raut wajah yang berbeda dari sebelumnya.   “Yang sabar ya, gue yakin bentar lagi Keyra sadar.”   “Terima kasih.”   “Sama-sama, nanti gue ikut nemenin deh,” ucap Zello. Lalu tak lama, guru pengajar pun masuk ke dalam kelas mereka dan langsung memulai pelajaran pertama pada hari ini.   ***   Seperti yang ia rencanakan sebelumnya, saat belum istirahat berbunyi Zello langsung bergegas menuju belakang sekolah untuk menembak Viola. Tentunya, ia sudah mengirim pesan pada wanita itu untuk datang ke sana sendirian tanpa ditemani oleh Bella.   “Hai, nunggu lama ya?” tanya Zello pada Viola setelah sampai di lokasi.   “Ah, enggak kok… aku juga baru dateng,” jawab Viola yang  tampak malu-malu.   “Em… gue mau to the point aja ya, soalnya sudah tidak sabar nih.” ucap Zello yang membuat Viola mengernyit bingung.   “Tidak sabar apa sih?” tanya Viola penasaran.   “Tidak sabar jadi pacar lo,” gombal Zello yang membuat Viola sontak salah tingkah mendengarnya.   “Apa sih kamu tuh tidak jelas.”   “Hehehe, jadi gini… gue mau nembak lo nih ceritanya. Lo mau jadi pacar gue tidak?” tanya Zello yang membuat Viola semakin menjadi-jadi.   “A-apa? Apa aku tidak salah dengar nih?” tanya balik Viola yang membuat Zello ingin mengumpat dalam hati.   “Enggak dong… jadi gimana, mau tidak?”   “Ya jelas mau dong, dengan senang hati aku mau jadi pacar kamu,” jawab Viola sok malu-malu yang ingin sekali Zello memuntahkan semua isi perutnya di depan wanita itu.   “Wah, yaudah kalo gitu berarti hari ini kita resmi jadian ya.”   “Iya, love you.”   “Ya….”   “Ish, jawabanya love you too dong.”   “Heheh, iya… love you too….”   'Hate you too,’ batin Zello berkata.   “Hm, yaudah kalo gitu aku mau balik ke kelas dulu ya… soalnya udah bell,” ucap Viola.   “Eh iya, gue juga mau ke kelas kok,” balas Zello dengan cengiran khas nya.   “Sampai jumpa…,” ucap Viola kemudian berlalu menuju kelasnya, meninggalkan Zello yang masih di tempat.   “Huh, kalo bukan karena Alka mah malas banget gue jadi pacarnya dia,” gumam Zello kesal.   ***   Setelah pulang sekolah, Zello ikut ke rumah sakit untuk menemani sang teman di sana. Namun saat keduanya baru saja sampai, tiba-tiba saja ponselnya berdering dan menampilkan nama sang mama. Langsung saja, ia pun izin keluar ruangan untuk mengangkat telepon pada Alka.   “Gue angkat telepon dulu ya,” ucap Zello sebelum keluar ruangan.   “Ya,” balas Alka lalu Zello pun bergegas keluar dan mengangkat panggilan dari sang mama.   “Assalamu’alaikum ma… kenapa?” tanya Zello saat panggilan terhubung.   “Waalaikumsalam Zello, kamu ada dimana sekarang?” balas dan tanya balik sang mama, Zellin.   “Aku di rumah sakit ma, nemenin Alka…,” Jawab Zello jujur.   “Kamu bisa pulang duluan tidak Zel?” tanya Zellin pada sang putra.   “Oh, memangnya ada apa ma?”   “Mama ingin bicara.”   “Oke ma, Zello pulang sekarang.”   “Hati-hati ya….”   “Siap mamaku sayang,” balas Zello lalu panggilan pun terputus. Setelah itu, barulah Zello masuk dan izin untuk pulang.   “Ka, maaf nih… nyokap nyuruh pulang,” ucap Zello tak enak hati.   “Yaudah sana,” balas Alka cuek.   “Thanks bro, gue cabut dulu ya,” ucap Zello kemudian berlalu pergi begitu saja menuju parkiran mobil.   ***   Saat sampai di rumah, Zello pun langsung memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Setelah itu, barulah ia masuk ke dalam rumahnya dan mendapati sang mama yang tengah menunggu di ruang tamu.   “Assalamu’alaikum, Zello pulang,” ucap Zello yang membuat Zellin pun menoleh.   “Selamat datang, bagaimana hari ini?” balas dan tanya sang mama padanya.   “Alhamdulillah baik, ngomong-ngomong apa yang mau mama bicarakan sama Zello? Sepertinya penting sekali,”   “Em… iya nih, mama boleh minta tolong tidak sama kamu?” tanya sang mama hati-hati.   “Apa sih yang enggak buat mamaku tersayang, tapi minta tolong apa nih?”   “Otak kamu kan bener-bener encer nih… mau tidak kamu jadi guru homeschooling buat anaknya temen mama?”   “A-apa? Guru homeschooling? Yang benar aja mah… Zello kan masih SMA, mana bisa….”   “Meskipun masih SMA tapi otakmu itu kan setara kuliah S2.”   “Si mama bisa aja, lagian aku kapan ada waktu mah… aku itu kan harus kerja di kantor sekaligus sekolah.”   “Kamu ngajarnya setiap sabtu dan minggu aja Zel,” balas Zellin berharap agar sang putra mau.   “Tapi ma—” Bersambung~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD