Begitu Raka tiba di rumah, Cantika langsung memeluknya erat.
"Cantika kangen Abba hiks...hikss..." airmata Cantika mengaliri pipinya.
"Abba juga kangen Cantika, Cantika puasa tidak?" Raka mengecup pipi putrinya.
"Puasa dong Abba"
"Kalau puasa tidak boleh nangis, nanti batal puasanya"
Cepat Cantika menghapus air matanya.
"Cantika nggak nangis Abba, cuma kelual ail mata, ail matanya ke lual sendili" celotehnya.
"Iya, Cantika sama Amma dulu ya sayang, Abba mau mandi dulu. Hari ini Abba harus di rumah kakek Subhan, untuk bantu-bantu di sana, oke" Raka menyerahkan Cantika pada Tari.
"Oke Abba!"
"Anaknya sudah ada yang datang Aa?"
"Belum Yank, tapi mereka pasti datang hari ini"
"Jadi siapa yang ada di rumah almarhum"
"Warga sudah banyak yang di sana, ibu-ibu juga sudah mulai menyiapkan semuanya, nanti kamu sama ibu giliran saja melayatnya ya, biar Arka ada yang jaga"
"Iya Aa"
"Cantika boleh ikut ke lumah kakek Subhan nggak Abba?"
"Boleh, Abba mandi dulu ya"
"Ya Aa"
Selesai mandi, Raka kembali ke rumah Pak Subhan bersama Tari dan Cantika, juga Soleh. Sedang Arka ditinggal dengan ibu Soleh.
Tiba di sana sudah banyak warga yang datang untuk melayat. Bendera hijau sudah terpasang di halaman rumah. Tenda dan kursi untuk pelayat sendiri sudah di siapkan warga sejak usai sholat subuh tadi.
Raka datang dengan naik motor bersama Tari dan Cantika. Tari membawa minyak, gula, juga teh di dalam plastik besar yang dibawanya.
Sementara Soleh diminta Raka membawakan satu karung beras dan 10 kg telur, untuk diserahkan pada ibu-ibu yang akan memasak di dapur Pak Subhan.
Cantika memperhatikan ibu-ibu yang datang melayat dengan membawa beras di dalam baskom-baskom kecil. Yang kemudian beras-beras pemberian warga itu dikumpulkan dalam karung.
"Amma"
"Hmmm"
"Ibu-ibu kasih belasnya cuma sebaskom kecil, kenapa Abba kasih belasnya sekalung?" Bisiknya pada Tari yang tengah mengiris tipis daun pandan untuk bunga rampai.
"Abbakan punya banyak beras sayang, tidak beli, jadi Abba kasihnya juga banyak"
"Oooh" Cantika menganggukan kepalanya.
"Amma"
"Hmm"
"Anak kakek Subhan kan kata Abba belum datang, telus siapa yang siapin ini semua?"
"Warga kampung kita"
"Kenapa mau Amma, kan bukan kelualga"
"Tetangga itu sama dengan keluarga kita, disaat kesulitan pasti tetangga terdekat yang memberi kita bantuan, contohnya Amma dan Abba, keluarga Amma dan Abbakan di Jakarta, kalau Abba lagi perlu bantuan, pasti warga kampungkan yang bantuin"
"Ooh.."
Cantika mengangguk-anggukan kepalanya.
Cantika dan Tari diantar Soleh pulang, lalu Soleh membawa ibunya untuk melayat. Cantika kembali ikut dengan ibu Soleh ke rumah duka.
--
"Amma" panggil Cantika yang masuk ke kamar Tari. Tari tengah menyusui Arka.
"Ya sayang, ada apa?"
"Cantika ikut Acil Soleha, sama Paman Salim sholat dzuhul di musholla ya"
"Iya"
Cantika segera masuk ke kamarnya. Ia mengambil mukena bergambar strawberry miliknya. Mukena itu pemberian Mia, neneknya. Ia paling sering memakai mukena itu, karena itu mukena kesayangannya. Lalu ia balik lagi ke kamar Tari, menyalami dan mencium tangan Tari.
"Cantika pelgi, assalamuallaikum"
"Walaikum salam, di musholla jangan ribut ya"
"Oke Amma!"
Tiba di musholla, mereka mengambil air wudhu sebelum masuk ke musholla.
Saat sholat dzuhur begini, musholla memang terlihat sepi.
Di samping Cantika ada seorang ibu dan anaknya yang lebih kecil sedikit dari Cantika.
Anak itu sholat tidak memakai mukena, ia sholat hanya memakai sarung yang kedua ujungnya diikat ibunya di belakang kepalanya, lalu sarung itu dibalik hingga menyerupai sebuah mukena.
"Kenap adeknya solat tidak pakai mukena?" Tanya Cantika.
"Acil belum bisa membelikan adeknya mukena" jawab si ibu.
"Belum bisa membelikan itu apa Acil?"
Si ibu tersenyum mendengar pertanyaan Cantika.
"Acil belum punya uang untuk membelikan mukena"
"Acil kelja apa?"
"Cari barang bekas"
"Cali balang bekas itu apa?"
"Acil mengumpulkan kardus dan botol plastik kosong"
"Oooh"
Setelah Sholat dzuhur, Cantika melihat kalau ibu itu meninggalkan halaman musholla dengan mendorong gerobak kecil yang berisi tumpukan kardus dan botol bekas, dengan si anak duduk di atasnya. Cantika menatap mukena bergambar strawberry kesayangan yang ada di tangannya.
Tiba-tiba Cantika berlari mengejar ibu dan anak itu.
Soleha dan Salim berlari mengejarnya.
"Cantika!" Panggil Soleha dan Salim bersamaan.
"Acil tunggu!" Panggilnya. Si ibu menghentikan langkahnya, ditolehkan kepalanya pada Cantika.
"Ada apa nak?"
"Ini mukenanya buat adik aja" Cantika mengangsurkan mukena kesayangannya pada si ibu.
"Jangan sayang, nanti kamu dimarah orang tuamu kalau mukenanya diberikan untuk anak Acil" tolak ibu itu.
"Tidak Acil, Cantika masih punya mukena kok di lumah"
"Tidak sayang, Acil takut nanti kamu dimarahi orang tuamu"
"Tidak Acil, kata Abba kita halus bantu olang semampu kita, dan halus ikhlas, Cantika mampu dan ikhlas kok, Cantika masih punya mukena lain di lumah, ini ambil buat adeknya" Cantika mengangsurkan mukena di tangannya pada si ibu.
"Ambil saja Cil, tidak apa-apa, orang tua Cantika tidak akan marah, orang tuanya baik" ujar Soleha.
"Alhamdulillah, terimakasih banyak ya nak" si ibu menerima mukena itu dari tangan Cantika, tanpa sadar air mata mengaliri pipinya. Ia menurunkan anaknya dari atas gerobak.
"Nur, bilang terimakasih sama kakak, siapa namamu nak?"
"Cantika"
"Cantika, cantik wajahmu, cantik juga hatimu, semoga Allah senantiasa melimpahkan berkahNYA untukmu, aamiin"
"Aamiin" sahut Soleha dan Salim.
Nur memeluk Cantika dengan erat.
"Makacih ya kakak, Nul cudah lama pengen punya mukena, tapi ibu belum punya uang buat beliin Nul mukena"
"Mukenanya halus dipakai ya dek, jangan tidak solat ya" ujar Cantika seakan ia sedang menasehati adiknya.
"Heum, pasti Nul pakai"
"Nul lumahnya di mana?" Tanya Cantika.
"Lumah Nul...lumah kita di mana Bu?"
"Ehmm dikampung sebelah, kami tinggal di rumah petak" jawab si ibu.
"Oooh, nanti lebalan, Nul sama Acil main ke lumah Cantika ya"
"Rumah Cantika yang mana?" Tanya ibu Nur.
"Itu" Cantika menunjuk ke arah rumahnya, satu-satunya rumah berlantai dua di kampungnya. Ibu Nur terlongo melihat rumah yang ditunjukan Cantika.
"Apa orang tuamu tidak akan marah kalau kami datang ke rumahmu nak?"
"Kenapa malah, kata Abba, saat lebalan, siapa saja boleh kok datang, dan ikut makan di lumah Cantika"
"Orang tuamu pasti sangat bangga, karena mempunyai anak sebaik kamu" puji ibunya Nur.
"Kata Abba, kita halus baik sama olang"
"Cantika kita pulang yuk, nanti dicari Ammamu" ujar Soleha.
"Cantika pulang dulu ya, assalamuallaikum"
"Walaikum salam"
Nur memeluk mukena pemberian Cantika dengan mata berbinar bahagia. Sedang si ibu menatap Cantika dengan mata berkaca-kaca, dan seuntai doa yang ia panjatkan untuk Cantika.
***BERSAMBUNG***