Satu

1253 Words
Akhir tahun adalah waktu yang paling cocok untuk liburan, baik bersama keluarga, teman maupun kekasih. Sama seperti girls squad yang bekerja di sebuah perusahaan market place online bernama Blinkshop yang sangat terkenal di Indonesia dengan logo hitam pink tersebut. Terbentuklah empat orang berbeda karakter yang bertemu saat wawancara kerja besar-besaran tiga tahun lalu. Berawal dari jam istirahat interview, ramainya pelamar kerja membuat hampir seluruh bangku di kantin penuh. Hanya tersisa satu meja berisi empat kursi yang berada di pojokan kantin saja, mereka berjalan cepat menuju kursi itu dan dalam waktu bersamaan, hanya saling tatap dan merasakan perut yang lapar, akhirnya mereka pun memutuskan makan berempat dan berbincang singkat. Lalu entah bagaimana ceritanya, mereka terlibat dalam obrolan hangat seolah saling mengenal lama, lalu saling mengirim pesan, dan tibalah saat penyambutan karyawan baru, mereka bersama puluhan karyawan baru lainnya bertemu di aula gedung kantor dan memutuskan untuk berteman. Yang lambat laun, pertemanan mereka sudah terjalin seperti sahabat bahkan seperti saudara, meskipun baru tiga tahun saling mengenal. Hari ini, adalah tahun ketiga mereka menghabiskan akhir tahun untuk liburan. Memilih salah satu resort di Bali, dimana satu kamar terdapat empat bed dengan ukuran kamar yang luas sebagai pilihan mereka. Memakai masker berwarna hijau lumut dengan mata tertutup timun, serta kimono handuk membebat tubuh, mereka saling berbincang tak ada jeda. Ada saja hal yang dibicarakan oleh empat gadis berusia sama itu. Di bagian terpinggir ranjang, dihuni perempuan cantik bernama Pelangi, kulit putih dengan mata sipit juga tinggi badan 165 cm membuat dirinya menjadi pusat perhatian dimanapun dia berada. Rambutnya di keriting gantung dan diwarnai cokelat. Pelangi adalah anak yang lincah, terbukti dari dirinya yang sering mengikuti lomba dance saat di SMA, dan bahkan sampai kini wanita kelahiran 25 tahun lalu itu masih sering meng-cover dance terutama dari girl band asal Korea Selatan. Mempunyai ayah yang mengelola perusahaan esport peninggalan kakeknya tak membuat dia jadi tinggi hati, dia justru ingin memulai semuanya dari awal dan melepas embel-embel yang melekat padanya, karena itu dia memutuskan untuk mencari pekerjaan dengan jalur umum dan tak memanfaatkan privilege yang ada. Selain lincah dan ceria, Pelangi juga merupakan gadis yang pandai, wajar saja karena ayahnya yang seringkali memenangkan olimpiade dan berbahagai penghargaan di bidang matematika dan sain menurunkan kecerdasan kepada dirinya dan Angkasa, sang adik yang berbeda usia tiga tahun dibawahnya. “Malam ini mau jalan kemana kita girls?” tanya Pelangi kepada ketiga temannya. “Clubbing yuk,” ajak Dea. Hampir sama dengan Pelangi, Dea juga merupakan anak pengusaha papan atas, Radians Group adalah perusahaan supermarket terbesar yang tersebar di seluruh provinsi Indonesia, dan ayahnya lah yang mengelolanya. Dea tak mau hidup dalam bayang-bayang ayahnya, karena itu dia memutuskan untuk bekerja di luar perusahaan milik sang ayah, toh Ale, ayah dari Dea tak pernah mempermasalahkan itu, dia selalu membebaskan keinginan anaknya selama tidak melanggar norma dan adat. Tumbuh dalam keluarga yang penuh kasih sayang membuat Dea menjadi pribadi yang humoris dan cerewet, tak hanya itu, dia pun agak tomboy karena selalu ikut bermain dengan Justin, kakak laki-lakinya. Selama ini rambutnya selalu dipapas pendek, hanya tahun ini saja dia memutuskan memanjangkan rambutnya yang kini se- leher dan diberi warna agak pirang. Tinggi Dea sekitar 163 cm, kulitnya kuning langsat mewarisi kulit sang ibu, tubuhnya langsing, salah satu anugerah terindah dari Tuhan meskipun dia paling doyang ngemil. Dan satu lagi, dia selalu saja cekcok dengan Shakila. “Aku mau di kamar aja, tidur!” jawab Shakila dengan nada ketus. Dea membuka timun di matanya dan melirik sinis pada wanita yang berada di sampingnya itu. “Jauh-jauh liburan cuma mau tidur?” sungut Dea, Shakila tak menimpali sama sekali, ribut dengan Dea tak akan ada habisnya dan dia tak suka itu, setidaknya untuk hari ini. Sifat Shakila tentu hampir berbanding terbalik dengan Dea, dia yang dingin, pendiam dan agak jutek, lebih sering menghabiskan waktu dengan membaca n****+ atau tidur, seolah dunianya tak dapat dimasuki siapapun. Introvert mungkin julukan yang tepat untuknya, selama ini bahkan dia tak pernah mempunyai sahabat dekat, kecuali Shabila, saudara kembarnya. Namun entah mengapa tiga orang yang baru bertemu dengannya tiga tahun belakangan ini seolah mampu mendobrak dinding itu, memasuki kehidupannya dan hari-harinya. Membuat dia merasakan hal yang berbeda dari sebelumnya. Mungkin juga karena dia yang semakin jauh dengan Shabila yang telah menikah dua tahun lalu, membuatnya butuh sosok pengganti untuk menemaninya, dan bertemu dengan tiga orang gadis seusianya di waktu yang tepat, membuatnya membiarkan tiga orang itu ikut menjelajahi hidupnya. Shakila yang paling tinggi diantara mereka berempat, tingginya sekitar 170cm, dengan mata bulat besar dan rambut hitam lurus sepinggang yang sering dibiarkan menjuntai indah. Hidungnya mancung dan bibirnya kecil, namun dari bibir kecil itu sering terlontar kata-kata pedas yang membuat Dea ataupun Pelangi naik darah. Dia memang jarang berbicara, namun sekalinya berbicara, ucapannya tajam setajam silet. “Kalau Dea Clubbing, Shakila tidur, aku sama pelangi ngapain dong?” tutur gadis yang sedari tadi hanya mendengar ucapan ketiga temannya, dialah Allura, anak kedua dari penulis n****+ terkenal bernama Khaylila. n****+ yang sempat booming dengan cerita yang out of the box mengantarkan kesuksesan ibunya dalam dunia kepenulisan. Namun Allura sama sekali tak mewarisi sifat ibunya yang suka berpikir itu, dia justru sangat malas memanfaatkan otaknya, tepatnya lamban dalam menanggapi setiap peristiwa. Dia juga yang paling manja dengan ketiga temannya hanya karena dia yang lahir di bulan desember di tahun yang sama dengan kelahiran tiga temannya itu. Sang ayah sangat memanjakannya dan selalu menganggapnya gadis kecil, membuat dia terbawa sampai kini dengan sifatnya itu yang kadang dinilai menyebalkan oleh Shakila yang tak pernah mau repot apalagi direpoti siapapun. Allura yang paling pendek diantara ketiga temannya, padahal tingginya sekitar 160cm, namun karena tubuh teman-temannya yang memang cukup tinggi, membuatnya menjadi terlihat yang paling kecil, apalagi dia tak pernah bisa memakai heels dan selalu memakai flatshoes atau sepatu kets. Rambutnya lurus yang dipotong segi sebahu, dengan warna pirang di bagian bawah rambut, itupun hasil keisengan Dea yang sebal dengan rambut Allura yang selalu dipotong dengan gaya yang sama setiap ke salon. Meskipun begitu Allura punya satu hobi yang selalu dapat menghibur temannya, yaitu hobi bernyanyi, meski suaranya pas-pasan tak membuat dia malu menjalankan hobinya, jika iseng tiba, dia akan live i********: dan bernyanyi, entah tak peduli, entah tak membaca atau memang terlalu fokus menyanyi? Karena dia selalu mengabaikan komentar dari orang-orang yang menonton live ig nya dengan perkataan sadis seperti suara cempreng, fals, jelek, tapi nyanyi terus. Jika sudah seperti itu, biasanya Dea dan Shakila yang ikut membuka ig dan membalas komentar jahat dari netizen tersebut. Sementara Pink terus mensupport Allura dengan komentarnya. Beruntung Allura dihadiahi wajah cantik oleh Tuhan, sehingga lebih banyak yang memakluminya dibanding menghujatnya. Tak hanya Allura, karena ketiga teman lainnya pun mempunyai bakat wajah cantik meski dengan karakter masing-masing. Makanya tak jarang saat mereka berkumpul, orang-orang akan memanggilnya dengan sebutan secret angel. Orang - orang itu merasa melihat malaikat saat memandang wajah mereka yang bak artis. “Yang satu mau clubbing, yang satu mau tidur, ya udah aku sama Allura mau jalan di pantai aja deh, siapa tahu ketemu bule!” desis Pelangi. “Bukannya dari kemarin kita udah ketemu bule ya Pel? Apa kalau malam bulenya kelihatan beda gitu?” ujar Allura membuat Pelangi mendengus, Dea tertawa keras dan Shakila tersenyum. “Yah retak deh masker gue!” cebik Dea, merasa sebal karena tertawa kerasnya membuat maskernya retak, dia pun bangkit dan membilas masker itu. Pelangi dan Shakila membuka timun di mata mereka dan melihat ke arah Dea yang sudah berjalan ke walk in closet. “Semua gara-gara Allura!” teriak Dea, Allura pun membuka timun di matanya dan melirik ke arah kedua temannya yang sudah menahan tawa. “Lha aku salah apa?” tanya Allura lebih kepada dirinya sendiri. ***      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD