Iyel POV. Apa aku kesal karena Sarah bicara soal siapa aku, hanya karena aku mengkhawatirkannya terus?. Tentu saja aku kesal. Pakai banget malahan. Tapi lalu aku berpikir, Sarah ada benarnya juga. Siapa aku ya untuk Sarah??. Hanya teman. Dan harusnya tidak segitu perlunya Sarah harus mencariku, apalagi kangen aku. Aku pun harusnya begitu. Aneh memang, sebelumnya aku tidak begitu. Sekalipun aku menghubungi Sarah untuk mengetahui kabarnya, setelah kami sibuk masing masing. Lalu saat Sarah tidak menjawab telpon atau pesanku, aku ya biasa aja. Tapi sekarang, kenapa aneh kalo aku mesti kesal. “Udah jawab mba Sarah pak?” tegur asistenku begitu aku kembali duduk di kursi resto yang kami pilih untuk tempat makan malam. Aku mengangguk. Pasti dia tanya, karena aku sebelumnya sibuk berusaha mengh