15.Memberikan Akses Masuk

3335 Words
Iyel POV. Cewek kenapa sih?. Kalo akhirnya di abaikan oleh laki, pasti tidak akan berhenti kejar kejar. Sarah aja gitu. Kemarin kemarin, waktu aku chat dan menelponnya lalu dia abaikan, aku akhirnya berhenti mengganggunya dengan telpon atau chatku. Kenapa dia tidak melakukan hal yang sama. Lama lama aku jadi kesal. Masih anteng saat pagi datang dan siang hari begitu aku akhirnya menemani adikku Mikha jalan jalan, sesuai janjiku semalam. Dan kami berencana nonton juga. Jadi ribetkan?. Mau aku silent handphoneku tidak mungkin, kalo nanti ada telpon atau pesan penting masuk, nanti aku tidak dengar atau tidak tau. Sampai Mikha yang tadinya anteng makan popcorn yang dia minta sambil menunggu theater yang kami mau tonton siap, jadi terganggu juga. “Angkat bang, dari tadi bunyi terus. Kalo soal kerjaan abang, nanti abang gak tau” tegur Mikha. Mau tidak mau, aku keluarkan juga handphoneku dari saku celana jeansku. Benarkan?, Sarah yang menelponku, saat aku tatap layar handphoneku. “Kak Sarah?, kok gak di angkat?. Abang berantem sama kak Sarah?” tegur Mikha karena ikutan melongok melihat layar handphoneku. “Gak” jawabku berdusta. “Ya angkat dong. Gak sopan banget abang sama teman abang” kata Mikha lagi. Tidak bawel sih adikku tuh, tipe yang anteng malahan dan tidak resek. Cukup turuti aja apa yang dia mau, lalu lakukan apa yang sudah aku janjikan, selesai. Bukan tipe anak anak yang moody juga, sekalipun di manjakan papa mamaku. Aku juga ikutan memanjakan adikku. Walaupun aku sempat protes saat mama hamil lagi di saat aku remaja. Masa aku punya adik di usia remaja, telat amatkan ya?. Tapi saat Mikha lahir, malah aku yang gemes sendiri dan jadi ikutan sayang. Cantik adikku tuh, imut imut juga. Gemesin pokoknya. “Angkat bang, kalo abang mau kak Sarah berhenti telpon abang” katanya lagi memaksa. Mau tidak mau, aku angkat juga panggilan Sarah. “Finally, nyahut juga” katanya setelah aku angkat. “Mau ngapain?” tanyaku dan mengabaikan Mikha padaku. Sudah pasti Sarah tertawa menanggapi. “Galak amat?. Masih ngantuk ya?, apa laper?” ejeknya. Aku menanggapi dengan helaan nafasku. “Apa masih hangover karena elo habis drinking air neraka?” ledeknya lagi. “Buruan ada apa?” jawabku mengabaikan ejekannya. Lagi lagi Sarah tertawa. “Gak apa apa, cuma mau ngecek aja, elo masih idup atau gak” ledeknya lagi. Aku diam kali ini. “Gue ganggu ya?. Di mana sih lo?” katanya menjeda diamku. “BANGET!!!” cetusku spontan. Malah ngakak. Nyebelin bangetkan??. “Di mana sih lo?” tanyanya mengulang. “Gak usah kepo urusan gue, dengan tanya gue dimana. Gue aja gak perduli elo dimana dan sama siapa” omelku. “Emang elo lagi sama siapa?” tanyanya mengabaikan omelanku. “Gue bilang bukan urusan elo” jawabku. Lagi lagi dia tertawa. “Gue lagi kencan, jadi berhenti telpon sama kirim chat ke gue. Ganggu tau gak?” omelku lagi. “Abang….yang sopan” tegur Mikha. “Mikha?, itu Mikha kan??. Jadi elo kencan sama Mikha?. Wah…gue baru tau, kalo jalan sama ade sendiri, itu di sebut kencan” ejeknya di sebrang sana semakin menyebalkan. Mikha juga sih, kenapa bersuara?. Jadi taukan kebohonganku. “Halo apa kabar dengan elo yang selalu gampang banget dapat teman kencan?. Pasaran elo udah turun?. Apa malah gak laku lagi sama cewek?. Mending di badrol sale kali ya?. Dari pada gak ada yang minat lagi sama elo, Yel” ledeknya lagi. Astaga…mulut nih macan betina, rasanya mau aku kuncir. “Mau gue referensiin teman gue yang masih jomblo gak?. Tenang aja jomblo berkwalitas kok. Jadi elo gak akan kecewa deh. Gak mungkin jugakan, kalo gue saranin elo pasang aplikasi dating, cuma buat cari teman kencan?. Atau mau coba download tinder, apa bumble kalo gak. Kalo Tinder elo udah tau isinya. Kaya elo bilang ke gue, kalo Tinder itu, isinya babeh babeh jompo, terus cewek ceweknya fake semua. Yang kalo di foto keceh, pas di temuin langsung ternyata gak banget. Yakan namanya juga tuh cewek cewek foto pakai filter Paris atau 360, jadi bening banget pas di foto. Jadi mending dowlod bumble aja. Aplikasi dating yang lagi havening, karena ada artis komika yang main sitcom itu, akhirnya dapat jodoh laki kaya raya” ledeknya lagi. Mentang mentang punya pacar, belagu banget nih macan betina. “Udah rapi belum elo ngomongnya?” jedaku semakin kesal. Tertawa lagi pasti. “Ngapa sih?, emosian amat sekarang” ejeknya lagi. “Dah ah, gue mau nonton. Dan stop ganggu gue. BYE” tutupku dan masih aku dengar tawa terbahaknya saat aku tutup telpon. Dan ternyata ganti menghubungi Mikha. Dia pasti tau nomor Mikha, karena handphone yang Mikha punya, hadiah ulang tahun Mikha tahun lalu. Aku sedang di Jepang waktu itu, dan sebenarnya berniat membelikan Mikha handphone tapi keduluan oleh Sarah. Masa iya Mikha pakai handphone dua. “Okey kak Sarah” tutup Mikha akhirnya aku tau, dia bicara dengan siapa. Aku pikir bicara dengan siapa gitu, ternyata dengan Sarah. “Yang telpon kamu, Sarah?” tegurku. “Iya” jawab Mikha lalu memaksukan handphonenya ke tas kecil yang dia bawa. “Ngomong apa?” tanyaku jadi penasaran. “Aku harus ajak makan abang kalo selesai nonton. Soalnya abang jadi marah marah ke kak Sarah, karena pasti abang laper” jawab Mikha. Tertawalah aku. “Kak Sarah kok tau ya abang belum makan?. Tadikan abang ngopi doang sebelum kita pergi. Mama suruh abang makan siang aja, abang gak mau” kata Mikha lagi. Sarah pasti tau kebiasaanku, yang tidak bisa langsung makan berat kalo aku baru bangun tidur. Mau selapar apa pun aku. Paling bisa masuk ke perutku itu kalo gak kopi ya teh. Ya namannya lama bergaul, pasti tau kebiasaan masing masing. “Nanti abis nonton kita makan ya bang” ajak Mikha. “Okey” jawabku setuju. Aku pikir selesai laporan Mikha soal Sarah. “Trus kak Sarah suruh aku jagain abang, jangan sampai abang godain mba tukang sobek tiket bioskop” kata Mikha lagi. Astaga…mesti banget berpesan begitu pada Mikha. Dan Mikha turuti lagi, kalo lalu dia tarik tanganku setelah mba tukang sobek tiket bioskop kami, selesai menyobek tiket kami. Ajak aku makan juga setelah kami selesai nonton. Dan bagusnya Sarah berhenti menghubungiku, kalo akhirnya Mikha jadi memata matai aku, karena menuruti permintaan Sarah. Aku jelas tau, karena Mikha sibuk trus dengan handphonenya dan diam diam memotoku. Kenapa jadi kepo banget dengan urusanku sih??. Sampai aku pamit pulang ke aparteman setelah selesai mengajak Mikha jalan jalan. Gak deh, yang ada, aku ngapain aja di rumah, nanti MIkha foto lalu dia kirim ke Sarah. Yang ada aku di ledek lagi, karena kelihatan banget gabut. Tapi lalu aku merasa kehilangan juga, setelah aku kembali ke apartemanku, lalu tidak ada lagi telpon dan pesannya padaku. Mau aku yang mencarinya duluan, yang ada dia akan semakin senang karena aku sendirian dan gabut tentunya. Jadi lebih baik gak usah. Aku habiskan saja waktuku dengan nonton film dan rebahan. Gak aku banget sebenarnya. Tapi mau gimana lagi. Aku tidak punya teman lagi. Teman yang seru macam Sarah dan Ello tentunya. Mama benar, harusnya aku nikah ya, macam Ello yang akhirnya aku telpon, ternyata sedang bersama Naya dan putra mereka yang bawel tapi lucu. Jadi tidak enak aku ganggunya. Sedang family time, setelah Ello pastinya sibuk selama hari kerja. Baru saat aku masuk kantor, selepas makan siang, atau malah menjelang sore, Sarah datang juga menyusulku ke kantor. “Hai ganteng, yuk bantuin kerjaan gue” ajaknya seperti tidak terjadi apa apa. Ya memang tidak terjadi apa apa sebenarnya, aku aja yang suntuk sendiri. “Hei, kan kemarin gak jadi, yuk sekarang aja bantuin kerjaan gue. Kan buat perusahaan babeh elo juga” katanya lagi karena aku diam saja dan tetap sibuk dengan pekerjaanku, walaupun aku dalam mode malas sekali. “Males gue, elo aja kerjain sendiri. Gak dapat apa apa juga kalo gue bantuin elo” jawabku. Sudah pasti tertawa nih macan betina. Mana mesti banget pakai rok pendek banget dan tentu ketat juga. Gak mikir apa tempat kerjanya lebih banyak lelaki?. Mau di kobok kali tuh. “Jangan ngambek dong ganteng….” ledeknya masih tertawa sambil mendekat padaku. Hadeh…aku gak bisa kabur lagi dari ruang kerjaku di kantor. Gak ada alasan juga untuk kabur pada Sarah. “Tolong dong ganteng. Kan kalo udah rapi, nanti gue ajak elo dugem deh” rayunya bisa banget. “Halo apa kabar dengan si anak monyet??” omelku walaupun aku bangkit juga dari kursi kerjaku untuk duduk di sofa ruanganku. Percuma aku hindari apalagi aku menolak membantunya, kalo ujungnya malah buat aku repot. Soalnya papaku sudah tanya juga konsep acara yang di buat Sarah. “BURUAN!!!. Jangan ketawa aja loh!!!. Kalo kerja yang serius, elo tuh gak cuma pegang mimpi dan harapan elo doang. Tapi ada mimpi dan harapan orang lain juga yang di titipin di elo. Profesional dong kalo emang elo niat kerja” omel dan jedaku pada tawanya lagi. “Iya…galak amat sih?!!” lagi lagi mengejekku. Bagusnya dia buru buru ikutan duduk di sebelahku. “Buruan!!, apa yang mau gue bantu?” tanyaku tanpa basa basi supaya berhenti ledek aku. Nurut lagi dengan membuka berkas yang dia bawa. “Elo….” “KERJA!!!, mau cepat kelar gak sih lo?” potongku dan mengabaikan tatapan bertanyanya. Paling ujungnya ledek aku lagi. Jadi lebih baik aku abaikan. “Iya…” jawabnya menyerah juga dengan mulai apa yang di perlukan dari aku. Selalu begitu sih kalo terkait pekerjan dari perusahaan papaku. Selalu minta pendapatku dulu. Bukan Sarah tidak pede, hanya mungkin segan kalo harus ngobrol atau diskusi dengan papaku, jadi lebih nyaman denganku. Dan biasanya juga, udah rapi dia persiapkan semua, paling ada koreksi sedikit atau tambahan sedikit juga, untuk jadi sempurna. Kalo eksekusi di lapangan, akan ada tim lagi, dan Sarah akan seperti papanya dulu yang hanya akan memantau, dan memastikan semua berjalan sebagaimana mestinya. “Udah okey kok ini” kataku setelah mendengarkan apa yang dia jelaskan. “Design brosur sama poster, dan kebutuhan promosi lagi juga?” tanyanya. Aku mengangguk. “Serius?, gak ada koreksian dan menurut elo babeh elo bakalan ACC?” tanyanya lagi. Aku berdecak. “Gue serius, bawel banget sih lo” protesku. Dia tertawa lalu membereskan berkas berkas yang tadi dia buka dan jelaskan padaku. “Benar bokap gue, dan gak salah rekomendasi ade gue soal Aris. Ini semua ide dia, kerenkan?” pujinya pada lelaki yang dia bawa untuk menemuiku kemarin. Aku mengangguk saja. Malas banget dengar Sarah memuji…siapa tadi??. Malas aku sebut lagi. “Kerjaan beres, sekarang waktunya bahas soal elo” katanya setelah beres membereskan berkas pekerjaan. “Soal gue?. Ngapa?” protesku. “Ngambekkan lo?. Gara gara gue cuekin telpon sama chat elo sebelumnya ya?” katanya lagi menatapku. Aku langsung menghela nafas. Tapi lalu aku diam. Gak masalah untukku bagian itu, toh akhirnya dia mencariku, walaupun untuk urusan pekerjaan seperti sebelumnya. “Maaf….” desisnya kemudian plus usapan tangannya di rambutku, seperti gerakan memperbaiki rambutku yang potongannya memang agak berantakan, apalagi sudah mulai gondrong dan aku abaikan. Aku bukan Ello yang suka rambutnya kelihatan rapid an klimis. “Apaan sih Sar!!!” protesku berusaha menyingkirkan tangannya dengan gerakan kepalaku. Dia tidak tertawa kali ini, tapi hanya tersenyum dan tangannya kembali mengusap rambutku. “Hargain dong usaha gue buat rayu elo, supaya gak ngambek lagi” katanya. Ya udah, terserah dia aja. Malas juga aku tanggapi. “Kenapa?, kok awalnya elo happy gue ajak makan malam, trus tiba tiba elo pergi gitu aja. Cemberut pula. Gak elo banget sih, jadi gue tau ada yang salah” katanya lagi. Aku bertahan diam, apalagi dia berhenti mengusap rambutku. “Coba kemarin elo gak gitu aja pulang. Pasti kerjaan gue cepat selesai trus besoknya kita bisa senang senang. Suntuk juga gue sebenarnya, tapi gak enak sama babeh gue, juga babeh elo yang pastinya nunggu. Sampai gue bawa si Aris buat jelasin ke elo, sekalian elo tes mental dia deh sebelum maju presentasi di depan babeh elo sama timnya…”. “Tes mental?, maksud elo?” tanyaku tidak faham. Kok ya mesti di tes mental sama aku?. Kalo pacarnya Sarah, ngapain aku yang mesti tes mental soal kerjaan?. “Aris tuh siapa sih?” tanyaku akhirnya. “Tuhkan, kemarin gue kenalin, malah elo gak mau. Sok banget ganteng lo!!!” jawabnya. Aku berdecak. Malas lagi jadinya bahas soal tuh laki. Sarah sih udah pasti tertawa kalo berhasil ledek aku. “Gak penting juga gue mesti kenal siapa pun yang jadi teman elo” omelku. Tertawa lagi nih macan betina. “Ngambek lagi…Kurang belaian ya, jadi emosian mulu. Gak punya pacar sih ya?. Gue cipok ya?. Biar hasrat elo tersalurkan” ledeknya lagi. Aku putar mataku saat menoleh menatapnya. Dan pasti dia tertawa lalu bangkit berdiri sampai aku mengadah menatapnya. “Udah rapi urusan elo sama gue?. Mau cabut lo?” tanyaku. “Belum….” jawabnya dengan senyumnya yang menggodaku. Ampun nih macan betina. Gak tau apa kalo dirinya nafsuin banget?, dan aku gampang di pancing. “HEI!!!” jedaku saat dia dengan santai menaikkan rok mini yang dia pakai sampai hampir sepangkal pahanya. Yakin aku, kalo aku longok pasti celana dalamnya kelihatan. Ampun…. Sampai aku menggeram kesal saat dia dengan santai naik ke pangkuanku lalu duduk mengangkang di atasnya. “SAR!!!!” protesku menjauhkan wajahku. Tapi ya tentu susah kalo dia sudah memeluk leherku. “Diam dong ganteng…mau gue cipok juga. Kemarin elo girang banget kalo gue minta cipok, apa gue izinin elo cipok gue” jawabnya. Aku menarik nafas lagi. Ya aku girang, kalo jelas urusannya. Lah ini, gak ngerti maksud yang dia lakukan sekarang, kalo aku khilaf, apa gak akan jadi masalah. “Boleh kok sambil remes tete gue. Apa mau sekalian lihat?. Penasarankan lo, kenapa sekarang jadi gede?” katanya lagi dengan gerakan tubuhnya yang dia buat meliuk. Astaga…beneran ngetes ketahanan aku banget nih cewek. “Mau lihat gak?. Kan dulu pas gue pakai bikini depan elo, elo bilang tete gue secomot doang. Kalo sekarang gimana?” katanya lagi semakin menjadi dengan perlahan membuka kancing depan kemeja kerja yang dia pakai. “SAR!!!!, GUE MAKAN LO YA!!!!” bentakku panik. Kalo ada yang masuk ruanganku gimana??. Ampun banget. “Boleh…tapi jangan nambah, kalo elo ketagihan…” jawabnya semakin menguji ketahananku. Beneran sialan nih macan betina. Penampakan dadanya yang menggiurkan beneran depan mataku. Gak tau aja pengaruhnya untuk apa yang ada di balik boxerku. KENCENGLAH!!!!, memangnya aku gay?. “Aris siapa?. Elo belum jawab pertanyaan gue!!!” harus aku cari tau dulu, sebelum jadi masalah setelah aku memakan umpan yang dia sodorkan. Dia pasti tau resikonya, bohong banget tidak tau resikonya, dia terlalu mengenalku. “Kemarin elo bukan kenalan sendiri” jawabnya. “JAWABBBB!!!!!” bentakku keras. Bodo amat dia terbahak menanggapi lalu diam menatapku dengan kedua tangannya yang kembali memeluk leherku sekalipun renggang karena kami saling bertatapan. “Bagian dari tim kreatif di perusahaan bokap gue. Kakak kelas Keanu di kampus, trus dia rekomendasiin buat gabung di perusahan bokap gue” jawabnya akhirnya. “Pacar lo?” tanyaku lagi. Tertawa lagi. “Cemburu lo ya?” ledeknya. Aku langsung menggeram, selain karena kesal dengan gerakan bokongnya di bagian depan celanaku yang mendadak menyempit, juga karena dia bertele tele sekali. “Jawab gak!!!. Gue perkosa acak acak nih” ancamku. Baru dia cemberut menatapku. “NGOTAK!!!, ANAK MONYET!!!. Masa iya gue macarin anak buah gue, trus brondong pula. Elo pikir gak akan cape macarin bocah, terus amatiran pula!!!!” omelnya tapi buat aku terbahak. Jelas sudah sekarang. “DIAM GAK ANAK MONYET!!!. BIKIN MOOD GUE DROP AJA” jeritnya lebih ngomel lagi. Aku jadi terbahak lagi. “HEI!!!” jedaku menahan pinggangnya karena dia berniat bangkit dari posisinya. “Males gue, elo bikin drop mood” keluhnya tapi bertahan duduk. “Ya udah gue ngambek lagi deh, sana lo pulang” jawabku bercanda. Baru deh tertawa. “Tete lo tuh Sar?” jedaku kembali pada hal yang sempat ganggu fokusku. Dia ikutan menunduk menatap dadanya yang terbuka di bagian belahannya aja, kan masih pakai BRA. “Bukan, lato lato!!” jawabnya. Terbahaklah aku dan dia ikutan. Sampai kami berbarengan berhenti terbahak. “Mesti gue sedot kayanya, biar tau, lato lato apa tete elo” kataku. “Boleh….” jawabnya di luar dugaan. Udah gak usah di tanya lagi, nanti berubah pikiran. Aku yang bisa bisa drop mood. Udah kenceng gini kepalaku, baik kepala atas atau kepala bawahku. Jadi yang aku lakukan membuka sisa kancing kemejanya sampai terbuka semua dan di bawah pengawasannya. “May i…” “Yes, please…” jawabnya mengizinkan. Ya aku sikat dong, dengan mengeluarkan dulu dari bagian atas BRA yang dia pakai. Satu aja cukup, kenyang juga, kalo bentuknya memang cukup besar, kencang dan bulat sempurna untuk aku jilat puncaknya yang pink cerah dan aku sedot setelahnya. “Ach….ssss….” desahannya ampun ampunan. Sayang tidak bisa aku tindih, kalo dia menahan diriku dengan bokongnya supaya tetap di posisi kami. Tapi enak juga sih, kalo justru memberikan aku akses, mengeksplorasi kedua dadanya dengan maksimal. Yang satu aku jilat dan aku sedot bergantian, sementara yang satu aku remas semauku. Dia juga sibuk desah dan meliukkan tubuhnya dengan erotis. Astaga….ampun… gimana kalo aku perkosa benaran ya??. Pasti aku acak acak nih macan betina. Asli nafsuin banget. Termasuk bokongnya yang akhirnya aku remas karena dia bergerak menggesek maju mundur di bawah sana. GILA!!!!, parah ini sih. Enak banget ya laki yang jadi pacarnya. Aku aja kewalahan, kalo apa aja rasanya mau aku cium, aku jilat dan aku sedot tentunya. Dia tidak larang juga, kalo malah sibuk desah, sampai akhirnya kami melemas secara bersamaan. “Cape gue…” desisnya sebelumnya terkulai di bahuku. Aku juga sih, cape ngos ngosan. Apa karena kelewat nafsu ya??. “Udah ya, jangan ngambek lagi. Males gue lihat elo ngambek” katanya kemudian sebelum akhirnya bangkit dari pangkuanku. Memberikan aku kesempatan mengatur nafasku dan dia sibuk memperbaiki letak bajunya yang berantakan. “ASTAGA!!!, ELO NGENCRIT YEL!!!. GITU DOANG!!!. LEMAH SYAHWAT LO YA??” ledeknya kemudian sebelum aku menyadari bagian depan celana kerja yang aku pakai memang rembes muntahanku. Sudah pasti ngakak parah sampai aku menggeram kesal lalu bangkit dan mengeluarkan kemeja yang aku pakai untuk menutupi bagian depan celanaku.. “AYO PULANG!!!, JANGAN SAMPAI BENERAN GUE PERKOSA ACAK ACAK ELO DI SINI!!!!” omelku kesal dengan menarik tangannya dan dia terbahak lagi. Tapi mesti dulu menunggunya membereskan bawaannya dan dia terus tertawa mengejek ke arahku. “Besok besok elo gak usah ketemu gue lagi” omelku jadinya. “Yakin?, tar elo kangen gue” jawabnya sambil membuka tas kerja yang dia bawa. “Mana mungkin, ada juga elo yang kangen gue” balasku. Dia tertawa pelan dulu sebelum menyerahkan sesuatu padaku. Dan aku bingung menatapnya. “Kartu akses ke apart gue. Tau aja lo, kalo gue ternyata suka kangen elo. Jadi kalo elo ga sibuk, temenin gue ya. Gue soalnya gak punya kunci aparteman elo yang baru. Elo pindah jugakan??” jawabnya. Tersenyum lebarlah aku lalu mengangguk….kan kemungkinan aku kesepian akan jadi kecil, kalo Sarah akhirnya memberikan akses untuk kapan pun datang ke apartemannya. Persis seperti dulu, kami memang bisa saling masuk aparteman. Kalo dulu karena Sarah selalu mesti yang mengantarku yang mabuk di club, atau memastikan keadaanku kalo di minta mamaku. Aku pun dulu begitu, karena sering sekali menjemput Sarah di bandara tiap kali dia harus kerja keluar kota, kalo pulang malam sekali. Dan karena dia selalu dalam kondisi ngantuk jadi aku yang harus mengurus koper yang dia bawa dari mobil ke dalam apartemannya. Juga untuk memastikan keadaan Sarah kalo di pintai papanya. “Elo mau juga gak kunci aparteman gue yang baru?” tanyaku. Apartemantku yang lama memang akhirnya di jual mamaku, karena aku terlalu lama di Jepang. Lalu sekarang beli yang baru lagi. Di aparteman baru yang lebih nyaman dekat kantorku juga. “OGAH!!!, tar elo ngamuk, kalo tiba tiba gue datang, trus elo lagi boboin cewek yang elo bawa nginep” tolaknya. Terbahaklah aku. Ya sudahlah, memang lebih pantas laki sih yang mendatangi cewek. Tapi kenapa malah ngomel pas aku datangi ke apartemannya. Lucu kan ya??. Ngapain jadinya kasih aku aksen masuk, kalo dia malah ngomel aku datangi. Buat aku pusing aja nih macan betina.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD