Menghindar Lebih Baik

1167 Words
Tidak ada kata libur panjang setelah KKN. Justru para mahasiswa yang baru saja pulang dari sana bertambah tugasnya. Mereka harus membuat laporan selama mereka KKN. Sekar sebenarnya sudah malas datang ke kampus. Akan tetapi, dia masih punya satu tugas lagi jika ingin kuliahnya selesai. Skripsi. Niatnya datang ke kampus untuk menyelesaikan tugas kelompoknya selama KKN berlangsung dan setelahnya Sekar akan menyusun skripsi. Dia kira selesai KKN tidak akan bertemu dengan Raiden lagi, nyatanya hari ini orang pertama yang Sekar lihat adalah sang Dosen Tampan yang sedang ngobrol di keliling mahasiswi cantik dan seksi. Sekar akui sosok Raiden memang tiada duanya, paras tampan dan menawan campuran Jepang-Indonesia memancarkan kharisma yang berbeda dari dirinya yang terpancar hingga membuat kaum hawa terlena. Begitu juga Sekar, tubuh atletis Raiden seketika membuat pikiran mahasiswi berkacamata itu travelling meski di balut kemeja tetap saja tercetak pahatan sempurna itu bahkan Sekar pernah melihat langsung, tubuh kekar itu yang mengukungnya meski saat itu hanya diterangi oleh lentera tapi dia bisa melihat dan merasakan dengan jelas begitu gagahnya Raiden. Sorot mata hitam tajam dan dingin Raiden bertemu dengan tatapan Sekar. Mata wanita itu bergetar dan langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Hatinya bergemuruh seketika. Seketika hati Sekar cemburu dan marah melihat Raiden melempar senyum dan tawa lebar menanggapi celotehan tidak berfaedah dari mahasiswi yang genit itu. 'Sabar, Kar! Tahan! Anggap aja dia tidak ada di sana. Loe harus fokus sama tujuan loe datang ke kampus ini adalah untuk selesaikan laporan KkN terus masuk Skripsi dan wisuda cepat!' seru Sekar dalam hatinya. Meski Sekar tidak sepenuhnya percayadiri dan yakin pada dirinya sendiri kalau dia mampu menghadapi masalah yang terpampang jelas di depannya- Raiden dan para mahasiswinya. Dia tetap harus mencoba seakan biasa saja tidak terjadi sesuatu antara dirinya dan Raiden. Sulit? Tidak! Sekar harus mencobanya. Sekar menahan napasnya ketika melewati gerombolan yang tengah asik ngobrol ketawa-ketiwi itu dengan santai, sesekali membetulkan posisi kacamatanya. Sudut matanya dia menangkap kalau Raiden memerhatikannya. Tapi, saat Sekar menoleh ke arahnya. Raiden tidak memperhatikannya, pria itu masih asik dengan mahasiswinya yang seksi itu. Sekar kembali fokus menunggu di depan pintu lift tanpa ekspresi yang berlebih, tanpa dia sadari Raiden memang memperhatikannya sejak tadi, curi-curi pandang. "Hai, gimana KKN-nya?" tanya seorang mahasiswa yang tiba-tiba berdiri di sebelah Sekar. "Heum, seru," jawab Sekar singkat. Selanjutnya tidak ada obrolan lagi ketika pintu lift terbuka, keduanya masuk ke dalam lift tersebut bersamaan dengan mahasiswa yang lainnya. *** Kelompok yang Sekar pimpin langsung mengerjakan laporan KKN itu di perpustakaan kampusnya. Seharian dia paksa harus selesai. Namun, tidak bisa juga karena tidak semudah itu buat laporan yang hampir mirip dengan karya tulis. "Sudah sore, Sekar. Kayanya kita lanjut besok deh," cicit Bella seraya melihat sekeliling perpustakaan yang sudah kosong. Sekar mengikuti tatapan temannya ke sekeliling tempat itu, benar saja. Hanya tersisa kelompok mereka saja ternyata. Dan penjaga perpustakaan sudah memasang wajah tertekuk lipat tujuh. Sekar nyengir, "Gak terasa ya, udah sore aja sih!" gumamnya, "Ya sudah kita lanjut besok ya, Bestie. Aku sih berharap besok dah selesai," serunya. "I-ini sih parah ini!" "Gila loe ya! Kelompok lain tuh mereka dah pasang target seminggu harus selesai, kelompok kita di kasih waktu dua hari! Minimal tuh tiga hari, Kar!" Setiap orang berseru mengeluarkan pendapatnya, tepatnya protesnya. Sekar menggaruk alisnya yang berbentuk rapih bak semut beriring itu dengan senyum kecut. "Okay kalau begitu, kata lanjut besok lagi. Semaksimal mungkin ya kita kerjakan. Lebih cepat lebih baik," sahut Sekar. "Loe buru-buru amat mau skripsi sih!" celetuk salah satu dari mereka. "Siapa sih yang gak pengen lulus? Terus kerja cari cuan?!" balas Sekar. Semua terdiam, ucapan ketua kelompok itu ada benarnya. Kalau mereka ingin ikut wisuda tahun ini maka mereka harus mengejar skripsi dan sidang tahun ini juga. Mata Sekar menjelajah lobby fakultasnya, mencari sosok yang hendak dia hindari kemunculannya. Sepi. Hanya beberapa mahasiswa yang tersisa, mereka yang kuliah malam sudah masuk kelas pastinya. Sekar buru-buru berjalan cepat agar tidak bertemu dengan Raiden. Sekar bernapas lega, detak jantungnya kembali normal ketika dia keluar dari area fakultasnya dan melihat area parkiran mobil, jajaran mobil para dosen tidak ada mobil milik sang Dosen tampan. Kembali berjalan dengan santai, Sekar tidak menyangka ternyata Raiden memakai mobil kakak perempuannya yang berstatus rektor universitas. Horang kaya mah bebas mau gonta ganti atau tukeran mobil dengan saudaranya kapanpun bukan? Sekar langsung bersembunyi di balik pohon besar paling dekat dengannya. Jantungnya kembali berdetak kencang dan tidak beraturan, padahal Raiden tidak melihatnya. Hanya menatap punggung lebar pria itu, d**a Sekar berdebar kencang. Beruntung dia tidak ada riwayat sakit jantung, kalau tidak bisa gawat terkena serangan jangan mendadak di usia muda. Tidak lucu! Setelah mobil yang Raiden kendarai keluar dari area parkir kampusnya, barulah Sekar keluar dari persembunyiannya. Menghela napas panjang. Lega rasanya. *** Raiden mau tidak mau memakai mobil Aiko-kakak perempuannya. Karena tadi mendadak wanita itu entah mengapa langsung memaksa Raiden bertukar mobil. Pulang ke rumah, seusai mandi Raiden biasanya langsung istirahat itu yang biasa pria itu lakukan setelah seharian melakukan aktifitas di kampus. Tapi kali ini tidak, masih menggunakan bathrobe sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah Raiden membuka laptopnya. Membuka file berisi foto yang dia ambil sewaktu KKN berlangsung. Beberapa foto yang tersimpan ada satu buah foto yang tidak sengaja terambil oleh Raiden. Foto satu mahasiswinya yang sudah membuat hatinya resah dan gelisah beberapa hari ini terlebih setelah KKN berakhir. Sedang fokus menatap foto Sekar, tiba-tiba Aiko masuk tanpa mengetuk pintu kamar sang adik. Raiden terkejut dan langsung menutup laptopnya. Aiko yang sempat melihat Raiden sedang menatap foto itu dengan tatapan penuh arti langsung menginterogasi sang adik. "Hei! Kenapa di tutup? Coba buka? Tadi foto siapa?" tanya Aiko beruntun. "Kak!" pekik Raiden, langsung merebut laptopnya yang ada tangan Aiko. "Udah masuk gak pakai ketuk pintu, langsung ngambil laptop orang, Kakak macam apa ini?!" gerutu Raiden, mengalihkan perhatian. "Emang kamu gak?" Raiden memutar matanya, malas menanggapi kakak perempuannya yang selalu tidak mau kalah. Beda dengan Keiko-adik perempuannya, dia selalu mengalah dalam segala hal padahal dia anak perempuan bungsu yang seharusnya bisa saja manja pada kakak-kakaknya. Tapi ini terbalik, malah status Aiko di kampus lebih tinggi dari Raiden, kadang pria itu geleng kepala bagaimana universitas milik keluarganya bisa maju di pimpin oleh tipe pemimpin seperti Aiko. "Kakak mau apa ke sini? Kenapa gak pulang ke rumah? Mas Reno sama Yuri gak ikut ke sini?" Sama seperti kakaknya, Raiden pun hobi memborong pertanyaan dalam satu tarikan napas. Aiko menghela napas panjang. Seketika dia terdiam ketika adiknya menyinggung soal suami dan putrinya. "Kalian sedang ada masalah ya?" tebak Raiden. Bibir Aiko mencebik, "Heum, sedikit. Biasalah masalah keluarga. Makanya menikah biar tau rasanya," papar Aiko. "Eh, mana kunci mobil ku?" lanjut wanita berparas Jepang itu meminta pada adik satu ayahnya kunci mobil miliknya. "Repot-repot amat sih! Besok kan bisa tukeran lagi di kampus," seru Raiden seraya menyerahkan kunci mobil Aiko. "Nanti mas Reno curiga!" sahut Aiko. "Jangan bilang kalau kakak diam-diam mengikuti mas Reno!" tebak Raiden, lagi-lagi tepat sasaran. "Sssttt! Anak kecil dilarang komentar!" Aiko langsung pergi dari sana setelah dia mendapatkan kunci mobilnya. "Ck! Untuk apa menikah kalau tidak ada saling percaya?" gumam Raiden.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD