"Kapten!?" Vincent dikejutkan oleh sosok Abimanyu yang beridiri di sisi gelap ruangan, yang mengejutkan adalah aura pembunuh yang dipancarkan oleh sang kapten yang membuat Vincent ketakutan.
Vincent memandang sang Kapten yang berjalan perlahan ke arahnya, mulutnya kelu, tekanan yang diberikan oleh aura itu membuat dia tidak mampu berkata-kata.
...
"Apakah dia akan membunuhku?" Aku bertanya dalam hati.
"Tapi mengapa?" Lamunku. Kapten Abimanyu kini berada satu meter dari kasur di mana aku berbaring, aku berusaha untuk duduk dengan bersandar pada besi penyangga tempat tidur.
"Kk..Kapten, mengapa kau ingin membunuhku?" Aku bertanya ketakuan, wajah Kapten saat itu seperti biasanya— dingin dan penuh misteri.
Tangan kanannya terangkat dan aura pembunuhnya menyeruak semakin menjadi-jadi, aku semakin ketakutan.
Mataku mengikuti gerakan tangannya terlihat bergerak kearah ku, ketakutan pundak-ku meninggi dan aku memejamkan mataku. Kapten mungkin benar-benar ingin membunuh ku, namun hal yang terjadi mengejutkan ku.
"Puk!" Tangannya menepuk kepalaku pelan, dan kemudian tertawa keras.
"Hahaha! Membunuhmu? Dasar bodoh! Mengapa kau bisa berpikir seperti itu?!" Kapten Abimanyu tertawa terbahak-bahak mendengar perkataanku, aku tidak pernah berpikir Kapten yang terlihat sangat dingin, bisa tertawa seperti itu.
"Mana mungkin aku membunuh prajuritku sendiri! Mengenai aura pembunuhku sebelumnya? Itu untuk menunjukkanmu kelemahan terbesarmu!"
"Kelemahanmu yang sebenarnya bukan pada fisikmu, tapi disini!" Kapten Abimanyu berkata sambil menunjuk kepalaku.
"Kelemahanmu adalah engkau akan merasa lemah bila melihat seorang yang kuat, dan akan menyerah bahkan sebelum bertanding! Untuk menjadikan fisikmu kuat, kau hanya perlu berlatih! Namun bagaimana dengan mental?" Wajahnya terlihat menjadi serius kembali, seperti tawa dan senyum beberapa detik lalu, hanyalah asap yang hilang dihembus angin.
"Atasan telah memutuskan bahwa kau akan berada di bawahku! Aku sendiri yang akan melatihmu! Tidak ada kata mengeluh dan malas! Keringat darah itu diperlukan untuk menjadi kuat! Baiklah kembali ke barak! Besok jam 05:00 pagi, jangan terlambat!!" Kapten Abimanyu berucap sambil berjalan keluar, kedua tangannya berada di belakang, membuat dia terlihat sedikit seperti ayahku hanya saja lebih tinggi dan besar.
"Kau harus berjuang, berjuang untuk merubah keadaan bagi orang-orang biasa.." Ucapnya pelan seraya membuka pintu dan keluar. Kapten Abimanyu memelankan suaranya hingga Vincent tidak mampu mendengarnya.
**
Vincent kembali ke barak, saat dia keluar ruangan dan kembali ke kota bawah tanah sebelumnya, dilihatnya sebagian besar mereka yang tinggal di dalamnya adalah orang asing. Dan pintu masuknya dijaga ketat oleh Evo yang berbadan besar dan memancarkan aura pembunuh seperti yang dimiliki Kapten Abimanyu. Timbul pertanyaan dalam hatinya:
"Hmm.. Mengapa sebagian besar dari mereka adalah orang asing, mengapa orang-orang pribumi tidak di ijinkan masuk?"
Vincent tentu merasakan keanehan, namun untuk saat ini dia hanya menyimpan hal tersebut dalam hatinya. Baginya terlalu banyak hal yang masih abu-abu dan membingungkannya:
"Perlahan-lahan! Aku tidak bisa terburu-buru, cepat atau lambat aku pasti mengetahui segalanya!"
**
- Dibarak -
"Hoah" Aku merasa begitu lelah hari ini, terlalu banyak hal yang mengejutkan, terutama kekuatan baruku.
Aku memandangi awan penuh bintang dari dalam barak, melalui jendela di depanku, para prajurit yang lain telah tertidur, beberapa saat kemudian semua menjadi gelap, dan aku pun tertidur.
...
"Duar!!!" Suara tembakan membangunkanku, terjadi keriuhan di barak, seluruh prajurit mengenakan pakaiannya dengan terburu-buru dan berlari ke arah lapangan pelatihan.
"Sial!!" Aku melihat kearah jam ditangan kananku, jam itu menunjukkan bahwa saat ini adalah pukul 06:00 pagi.
"Mati aku!" Bergegas aku berlari, aku berlari secepat yang aku bisa seakan-akan ada anjing besar yang mengejarku.
"Wooff!" Husk yang tidur di ruangan khusus para hewan mutasi berlari mengikutiku, tentu dengan mudah ia dapat mengimbangi kecepatanku. Tempat latihanku berbeda dengan yang lain, Kapten memerintahkanku datang ke lapangan latihan yang biasanya digunakan untuk latihan sepak bola, dan ukurannya jauh lebih besar dari lapangan latihan yang digunakan prajurit lain.
Tidak lama berselang terlihat Kapten Abimanyu sedang duduk di bangku besi di depan kantornya. Tiga orang berperawakan tinggi besar dan berkulit gelap berdiri di belakangnya, ketiga orang tersebut merupakan keturunan melanesia, tentunya mereka memiliki warna kulit yang gelap dan rambut keriting serta otot besar yang terlihat jelas meski dari kejauhan.
Aku mendekat, dan memandangn ekspresi wajah kapten aku buru-buru meminta maaf.
"Maaf Kapten!" Hanya ucapan singkat itu yang mampu ku ucapkan, karena pikirku semua alasanku akan percuma di hadapannya.
"..." Kapten Abimanyu hanya terdiam dan tidak menjawab apapun, hal ini justru membuat perasaanku menjadi bertambah buruk.
"Nicholas! Ali! Ernest! Kalian tau apa yang harus kalian lakukan!" Kapten Abimanyu berujar datar seraya ia masuk ke kantornya seolah tidak perduli padaku. Ketiga orang itu berjalan ke arahku tanpa mengurangi sedikitpun dari aura membunuh mereka.
Ketiga orang itu berjalan ke arahku, dan salah satu di antaranya tiba-tiba meloncat dan sudah berada di belakangku.
"Bang!!" Pria tersebut memukulku sangat keras, terasa tangan kanan dan tulang rusuk-ku patah, menghasilkan suara yang membuat telinga ngilu.
"dag..dag..dag.." Aku terpental hingga lima belas meter dari posisiku berdiri sebelumnya, darah mulai mengalir dari hidung dan mulutku. Ketiga orang tersebut merupakan Evo elit tingkat C yang hanya setengah jalan dari Evo tingkat B, tentu saja pukulannya dapat mengalahkanku dengan mudah.
Sang pria tersenyum mengejekku, dua orang lainnya bertarung melawan Husk. Terdengar gonggongan dan desisan Husk dari kejauhan, kedua orang tersebut seperti menikmati bertarung melawan Husk. Husk belajar banyak dari pertarungan sebelumnya, rata-rata binatang mutasi memiliki kekuatan lebih dari manusia dengan tingkat yang sama oleh sebab itu perlu dua orang untuk mengalahkannya.
"Sret.." Aku menghapus darah dari mulut dan hidungku, berusaha berdiri dengan bersusah payah.
"Krek.. krek..!" Tulang rusukku berbunyi saat aku memaksanya berdiri, aku sangat bingung mengapa Kapten membiarkan kedua orang menyerang kami. Pria yang dikenal sebagai Ali berlari ke arahku lagi, kali ini dia mengincar kaki kiriku, dia berlari lurus tanpa strategi apapun.
"Swosh..Swosh!" Kecepatan berlarinya sungguh diluar kemampuanku untuk mengimbanginya terlebih lagi aku dalam keadaan terluka parah, rasa sakit mulai menjalar disekitar perut dan dadaku, tulang yang patah mulai mengenai organ bagian dalam ku.
"Brug!" Kaki kanan Ali menyapu kaki kiriku dengan keras, membuat aku terpelanting dan berputar di udara karena begitu keras tendangannya.
"Sial! Aku benar-benar lemah!" Ucapku dalam hati sambil melihat tanah merah yang semakin lama semakin dekat ke arah wajahku, tendangan itu begitu kuat hingga aku harus mendarat menggunakan kepalaku.
"Sial!" Aku membatin sambil menutup mataku, aku menyerah, perbedaan kekuatannya begitu jauh. Otak-ku berputar lebih cepat dari sebelumya, terlintas ingatan dari ruang bawah tanah saat pengujian kekuatan telekinesis pertamaku.
"Itu dia!" Dengan cepat seluruh sel dalam otak-ku bekerja lebih keras, aku memusatkan pikiranku membayangkan bahwa aku melayang di atas tanah. Terasa seluruh energi mulai mengalir ke arah otak-ku, hal itu terjadi sangat cepat dan kemudian.
"Wosh!" Benturan yang dibayangkan Ali tidak terjadi, malahan sebuah kejadian menakjubkan terjadi di hadapannya. Aku melayang dua meter di atas tanah dengan mata sayu menatap ke arahnya.
Yang terlintas saat itu dipikiranku adalah bertahan hidup, amarah, kekecewaan dan seluruh hal buruk dalam hidupku menjadi motivasi untuk terus bertahan. Mataku memancarkan hal yang belum pernah aku miliki sebelumnya, keinginan untuk membunuh!
Ali terkejut melihat perubahan yang terjadi, tanpa sadar ia mengambil langkah mundur hingga beberapa meter! Mataku berwarna merah pekat penuh amarah, seluruh hal buruk yang terjadi padaku membuatku kehilangan kendali atas diriku.
"Swosh..!" Sangat cepat aku terbang ke arahnya, hanya satu hal yang terlintas dipikiranku saat itu:
"Bunuh Dia!!!"
Aku mulai membagi pikiranku untuk menyerang dan mempertahankan kemampuan terbangku. Aku melancarkan serangan gelombang pikiran ke arah Ali, yang tentunya tidak menyadari kedatangan serangan itu.
(Otak kita dapat menangkap rangsangan gelombang elektromagnetik dan bila manusia dapat mengaktifkan kemampuan otaknya, mereka dapat memanfaatkan hal itu sebagai sarana telepati dan mengirimkan gelombang pikiran ke orang lain)
"Ahh!" Jerit Ali, Gelombang elektromagnetik yang aku kirimkan lebih besar dari kemampuan otaknya yang hanya memiliki IQ sekitar 120-145.
"Brag!" Ali jatuh ke tanah, terlihat pupilnya terlihat kosong dan matanya terbuka, otaknya tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengirimkan pesan pada selaput matanya untuk menutup.
"Swish.. Swish.." Kapten Abimanyu yang semenjak tadi hanya melihat dari dalam kantornya, berlari keluar dengan kecepatan penuh, dia pun sangat terguncang dengan apa yang terjadi pada Ali, salah satu orang kepercayaannya yang mengikutinya semenjak dulu.
Kapten Abimanyu meraba leher Ali untuk memastikan denyut nadinya, wajahnya terlihat sangat serius, namun kemudian melepaskan nafas panjang.
"Huuff.. Vincent! Turunlah!” Kapten Abimanyu melepas nafas Panjang.
“Beruntung dia masih hidup, kupikir dia akan langsung mati!" Kapten Abimanyu membatin, memandang ke arahku yang melayang di atas tanah sambil menggendong Ali ke dalam kantor. Ali memiliki tinggi dua setengah meter dan berat 145 kilogram, namun untuk Evo tingkat B seperti kapten, mengangkat 10 orang Ali pun bukan masalah.
"Bunuh!" Seolah tidak mendengar suara Kapten Abimanyu, aku memandang ke arah Husk yang sedang sangat kesulitan bertarung melawan dua orang yang lain, Nicholas dan Ernest bergantian menjadi umpan dan menyerang Husk di titik butanya, badan Husk dipenuhi memar dan luka akibat pertarungan, yang jelas tidak seburuk aku, namun keadaanya juga tidak lebih baik dari padaku.
"Brug! Brug!” Kedua pria itu menyerang Husk secara bersamaan, Nicholas menyerang kepalanya dan Ernest menyerang kakinya. Husk terpelanting sangat keras, kaki Husk telihat pincang dan tidak mampu berdiri.
Ernest dan Nicholas memanfaatkan kepincangan Husk dan berlari ke arahnya, berusaha mengalahkan dia secepat mungkin.
"Swish!" Aku yang telah khilangan kendali atas tubuhku, terbang dengan sangat cepat ke arah Husk dan kembali memusatkan gelombang elektromagnetik ke arah kedua orang tersebut, seluruh energiku terasa terkuras habis.
"Sretz.. sretz.." Aku melepaskan dua gelombang pikiran ke arah Ernest dan Nicholas, namun Kapten Abimanyu sudah terlebih dahulu menyelamatkan kedua orang itu jauh sebelum gelombang itu mengenai kedua orang tersebut.
"Vincent sadarlah!!" Kapten Abimanyu berteriak sambil memandang aku yang berlumuran darah, tubuhku yang melayang di atas tanah mulai terguncang dan akhirnya terjatuh.
...
Vincent kehilangan kesadarannya dan berakhir di tangkapan Kapten Abimanyu, wajahnya pucat dan tubuhnya penuh luka dan tulang-tulangnya patah.
"Sepertinya aku salah! Sigh.." Kapten Abimanyu sedikit menyesal dalam hatinya, dan menyadari mungkin dia terlalu kelewatan, sebenarnya ia hanya ingin mengajari Vincent apa artinya bertarung dalam garis antara hidup dan mati, namun di luar dugaan kekuatannya malah keluar dan hampir membunuh 3 orang kepercayaannya.
"Dia hanya Evo tingkat E, dan hampir membunuh kedua orangku! Sigh.. Aku harus merahasiakannya dari para atasan!" Kapten Abimanyu membatin sambil melihat pemuda yang terbaring lemah di lengannya. Nicholas dan Ernest masih terkejut memandang atasan mereka yang menarik keduanya.
"Nic! Ernest! Jangan beritahu siapapun tentang semua ini! Mengerti?!" Suara Kapten Abimanyu terdengar dari belakang mereka, kedua orang itu membalikan wajahnya dan mengangguk.
"Kalian berdua pasti sudah pingsan kalo bukan aku yang menarik kalian, anak ini berbeda dan akan menjadi kunci orang-orang biasa di tempat ini untuk lepas dari kekangan Aliansi bangsa-bangsa." Abimanyu berujar sambil berjalan di depan mereka, Ernest dan Nicholas memandang satu sama lain dan mengangguk, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun seakan mengerti satu sama lain.
Sesampainya di dalam kantor, Kapten Abimanyu memberikan dua buah pil kepada Husk dan Vincent. Husk terus menggonggong dan mendesis ke arah Nicholas dan Ernest penuh amarah, Husk memakan pill itu terlebih dulu dan beberapa saat kemudian tubuhnya mulai melakukan penyembuhan. Sambil menunggu proses itu berlangsung ia memagari Vincent dengan tubuhnya, menjaganya seolah-olah orang-orang di ruangan itu adalah musuhnya.
Lima jam setelahnya Ali terbangun, wajahnya pucat, dan terlihat sedikit bingung. Ali kemudian bertanya kepada kedua temannya dan kepada sang Kapten, secara mengejutkan Ali kehilangan ingatannya tentang hari itu, Vincent hanyalah Evo tingkat E sehingga jumlah glombang yang bisa dihasilkan oleh dirinya masih terbatas karena jumlah energi yang harus dikeluarkannya akan sangat besar.
"Oh Tuhan, anak ini hanyalah Evo tingkat E!!!" Ali membatin sambil melihat Vincent dengan ekspresi takut dan juga terkejut.
"Tugas kita sekarang adalah menjaganya dan melatihnya sehingga menjadi lebih kuat, dan detil seluruh hal hari ini harus dirahasiakan, terutama dari anggota Aliansi bangsa-bangsa."
"Ini akan berbahaya bagi Vincent" Kapten Abimanyu menambahkan, Aliansi bangsa-bangsa menggunakan alasan sebagai permersatu dunia, namun orang-orang didalamnya tidak jauh berbeda dengan penjahat, mereka memonopoli sumber makanan dan kesehatan, terutama pil-pil dan serum berharga yang mampu meningkatkan kekuatan seorang Evo.
...
Aku terbangun hari itu dan langit sudah hitam pekat, bintang terlihat lebih terang dari biasanya, semakin lama ozon makin menipis dan membuat malam menjadi lebih gelap dan berbahaya dari sebelumnya.
Aku memalingkan wajahku ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang untuk mendapatkan penjelasan, masih teringat jelas pertarungan yang sebelumnya terjadi, dan mengapa Kapten Abimanyu mengijinkan ketiga anak buahnya menghajarku.
"Creakkk" Pintu besi terbuka secara perlahan, seraya dua sosok manusia berjalan ke dalam ruangan, jendela kamar itu terbuka dan angin malam berhembus melaluianya.
"Halo!" Dokter Arum meyapaku seraya berjalan masuk berdampingan dengan Kapten Abimanyu. Kapten Abimanyu yang berjalan di sebelahnya nampak seperti biasa, dingin dan misterius.
"Kapten! Mengapa kau membiarkan ketiga pria itu menghajarku!" Belum sempat selesai dokter Arum menyapaku, ku hujani Kapten Abimanyu dengan pertanyaanku, aku bertanya dengan nada kesal dan sangat marah. Lucu memang jika sedang marah, aku melupakan rasa takut dan aku dapat berbicara dengan lancar.
"Diam!" Kapten Abimanyu menghentakku dengan bentakkan keras, mendengar itu aku tidak takut dan tetap menatapnya marah.
"Tidakkah kau belajar?! Aku ingin membuatmu tahu apa itu rasanya bertarung di antara garis tipis kehidupan dan kematian! Kau harus sadar, dunia di mana kita tinggal sekarang sudah berubah, bukanlah dunia di mana keadilan bisa dinikmati semua orang. Di dunia ini yang kuatlah yang benar! Dan mereka yang lemah selalu salah dan akan menjadi korban!"
"Namun di luar dugaanku kau hampir membunuh tiga anak buahku! Seharunya kau juga menyadari itu! Bahwa kita manusia, adalah makhluk yang menjadi semakin kuat saat tekanan dating. Mungkin agak kelewatan namun hal itu juga untuk mengajarkanmu untuk lebih disiplin." Kapten Abimanyu berteriak sambil menjelaskan segala sesuatunya, aku terdiam, memang benar bila dia memberitahu aku sebelumnya tentulah aku tidak akan merasa bahwa kejadian itu hanyalah latihan.
"Vincent, kau adalah satu-satunya harapan orang-orang biasa di tempat ini, supaya orang-orang kecil ini bisa mandiri dan berdiri mempertahankan hak dan keselamatannya. Tahukah kau berapa Evo dari penduduk asli yang telah mati? Lebih dari 30.000 orang dan rata-rata dari mereka adalah Evo tingkat D, sedangkan tentara Aliansi bangsa-bangsa hanya kehilangan 500 orang."
"Mereka memanfaatkan kita, oleh sebab itu kita harus berjuang lebih keras."
"Untuk keluarga, untuk setiap orang biasa yang bukan Evo dan untuk terus bertahan hidup." Dokter Arum menambahkan seraya duduk di sebelah kasur yang aku tiduri, namun aku merasa masih ada yang mereka tutupi.
"Aliansi bangsa akan berusaha membunuhmu, meskipun sebelumnya mereka berpikir untuk menggunakanmu sebagai senjata mereka, namun mengingat kau merupakan orang biasa dan penduduk asli daratan ini, cepat atau lambat kau akan mengetahui kebusukan mereka dan akan berbalik menyerang mereka, oleh sebab itu mereka berubah pikiran dan berusaha membunuhmu."
“Setelah membunuhmu, mereka akan menggunakan tubuh dan otakmu sebagai alat percobaan.” Dokter Arum menjelaskan secara detil seluruh permasalahan yang dialami oleh dirinya, Koloni 211 awalnya adalah sebuah kota reruntuhan dengan ratusan ribu pengungsi yang tersebar. Namun Aliansi bangsa-bangsa melepas banyak kebohongan pada publik, mengatakan tempat ini satu-satunya tempat yang selamat.
Aku hanya terdiam, aku bingung, otak-ku berjalan lebih cepat dari biasanya dan memikirkan seluruh kemungkinan yang terjadi.
Namun aku memandang dokter Arum, melihat cahaya di matanya, hal itu menenangkan dan meyakinkan aku.
"Baiklah Kapten dan bu dokter, lalu apa yang harus kulakukan?" Setelah hatiku lebih tenang, aku dapat menentukan keputusan dengan lebih baik.
"Berlatih! Namun kita harus melakukannya secara rahasia, mereka tidak boleh mengetahui kemampuanmu menyerang menggunakan glombang elektromagnetik, itu adalah salah satu kunci keberhasilan kita.
...
Vincent berlatih keesokan harinya, program latihannya sangat ekstrim, dari pagi hari hingga jam dua siang ia harus melatih fisiknya terus menerus tanpa henti, kerap kali ia terjatuh karena kelelahan namun terus bangkit dan beridiri lagi. Ingatanya akan perkataan Kapten Abimanyu dan kenyataan tentang dunia di mana hanyalah yang kuat yang bisa terus hidup seakan menyadarkan dia.
"Terus berlari!" Kapten Abimanyu berteriak sambil memandang Vincent dari kejauhan, Vincent dan Husk berlari sambil membawa beban seberat 500kilogram. Kapten Abimanyu juga terlihat berlatih, di kedua tanganya terlihat barbel seberat 10.000 kilogram bergantian dia ayunkan seakan saling bersautan antara tangan kanan dan kirinya.
Setelah beberapa hari berlatih bersamanya, Vincent akhirnya megetahui bahwa sang Kapten menggunakan dua pedang, pedangnya terbuat dari material khusus yang dapat menembus bahkan makhluk tingkat A sekalipun.
Vincent Selanjutnya berlatih menggunakan barbel 500 kilogram di kedua tangannya, bergantian dia melakukannya mengikuti cara sang Kapten latihan. Latihan yang Kapten Abimanyu berikan sangat sederhana dan mudah ditiru namun yang mengejutkan adalah latihannya sungguh efektif.
Latihan yang paling dibenci Vincent adalah latihan bertanding dengan ketiga orang anak buah sang kapten, namun kali ini vincent dilarang menggunakan serangan elektromagnetik, dan hanya kemampuan fisik saja.
Setelah melakukan fisik dia harus pergi ke laboratorium bersama dokter Arum untuk membaca banyak hal, seperti pembuatan senjata, pengolahan daging dan darah makhluk mutasi, dan juga mengenai hasil penelitian mengenai telekinesis.
Pil-pil yang diberikan oleh Kapten Abimanyu sangat berharga, dan itu merupakan simpanannya untuk mampu meraih Evo tingkat A namun ia memberikannya bagi Vincent dan Husk.
...
Hari ini adalah hari ke 14 semenjak hari pertama aku memulai latihanku, aku melakukan tes ke gym dan mengetahui bahwa tubuhku sudah mencapai Evo tingkat D.
Aku merasakan tubuhku sudah bertambah kuat, ku aktifkan jam pada pergelangan tangan kananku:
"Beep!"
"Menunjukkan Laporan Hasil Latihan Terakhir!" Di layar hologram terpampang hasil latihanku kemarin.
"Vincent Wijaya Evo level D, [Test 1] [2000kg], [Test 2] [ 10,4 detik], [Test 3] [97], [Test 4] [400]"
Aku sungguh merasa bangga, meski tidak menunjukkannya. Bangga karena latihan yang kejam dan berat yang harus kulalui akhirnya terbayar oleh perubahan yang juga aku alami. Kapten benar, kerja keras dan proses tidak akan pernah membohongi kita, dan selalu akan ada jalan bagi mereka yang mau berusaha
"Beep!"
Masih dalam lamunanku, tiba-tiba muncul pesan dari jam tangan milikiku, seperti sebelumnya Viona memberikan informasi pemanggilan bagi semua prajurit baru agar berkumpul dia lapangan pelatihan.
To Be Continued!
rofile_"D