12-See? Kamu Bukan Lawanku!

964 Words
Vicky membalas dengan mengacungkan jempol san terus berjalan ke tempat Giyan. *** Beberapa saat kemudian Vicky telah tiba di sebuah taman yang terletak tidak begitu jauh dari Cafe Cool. Taman itu terlihat sepi, tidak ada satu pun orang yang terlihat, karena keadaan itulah Giyan dan kedua temannya memilih taman ini sebagai tempat eksekusi Vicky. "Kamu sangat lama ketika berbicara dengan gadis kasir tadi, apa kamu mencoba kabur?" ejek Giyan. "Sudahlah... aku sedang terburu-buru, ayo kita selesaikan ini dengan cepat. Aku tidak ingin membuat tunanganku yang cantik menunggu lama," balas Vicky dengan tenang, memprovokasi balik ucapan Giyan. "Kurang ajar!" Teriak Giyan yang terlihat semakin marah mendengar jawaban dari Vicky. "Sudah biar kuselesaikan bocah ini." Andre maju ke hadapan Vicky, dia lalu mulai mengambil sikap seseorang yang paham bela diri ketika bertarung. "Oh, Tae Kwon Do," batin Vicky, dia bisa langsung menebak bela diri yang di kuasai oleh Andre dari sikap yang diambil ketika berhadapan. Andre bergerak maju dengan cepat, lalu melakukan tendangan Dwi Chagi, teknik tendangan belakang Tae Kwon Do dengan memutar badan dan langsung menyasar perut Vicky. Vicky dapat melihat itu dengan jelas, Vicky mundur satu langkah ke belakang lalu dengan cepat melakukan serangan balik yaitu melakukan tendangan Dwi Hurigi , teknik tendangan putar Tae Kwon Do yang dilakukan dengan melompat sambil berputar. Dalam Tae Kwon Do teknik tendangan ini memang sering di gunakan para praktisi Tae Kwon Do untuk melakukan serangan balik mematikan. Serangan yang dilakukan Vicky juga lebih cepat dari Andre dan langsung dengan telak mengenai rahang Andre. Bukk!! Dengan sekali serang, Andre terhempas ke tanah dan tidak sadarkan diri. Giyan dan Randy sontak kaget begitu melihat orang yang mereka andalkan terhempas dengan sekali serang. Mereka berdua tidak menyangka jika mantan juara Tae Kwon Do di kampus mereka dulu dapat dikalahkan dengan mudah oleh Vicky. Apa yang Randy khawatirkan menjadi kenyataan, dari awal dia merasa jika Vicky mampu menghadapi mereka bertiga. Menurut Randy, biasanya orang yang mahir dalam bela diri akan memilih diam pada saat ada masalah, namun pada saat mereka diganggu orang itu tidak akan tinggal diam. Dan pada saat Giyan memprovokasi Vicky di Cafe tadi, Randy dapat melihat hal itu pada diri Vicky. Vicky diam saat Giyan dan Manda bertengkar, namun saat Giyan berusaha menyentuh Manda, Vicky menganggap hal itu sudah mengganggunya, karena itulah Vicky akhirnya bertindak. "Ayo kita serang bocah ini bersama," perintah Giyan sambil menepuk d**a Randy yang langsung di balas anggukan kepala oleh Randy. Mereka berdua secara bersamaan menyerang Vicky. Melihat itu, Vicky dengan cepat langsung menyerang Randy yang berada di sebelah kanan Giyan, dengan teknik sikuan pencak silat, dia menyerang rahang Randy yang sudah tidak bisa bereaksi ketika Vicky dengan cepat menghampirinya. Bukk!! Randy juga langsung terhempas ketika serangan Vicky mendarat. Begitu Randy tumbang, Giyan langsung menyerang wajah Vicky dengan tinjunya. Namun Vicky menghindar dengan cara berputar dan langsung melakukan serangan Spinning back Elbow, atau serangan siku berputar yang biasa dilakukan oleh praktisi Muay Thai. Serangan dari Vicky tepat mendarat di pelipis sebelah kanan Giyan, dia terjatuh tepat di atas tubuh Randy yang sudah tersungkur lebih dulu. Vicky lalu menatap Giyan yang sedang merintih kesakitan. "Hanya segini? Bahkan aku membutuhkan waktu lebih banyak ketika berbicara dengan gadis kasir tadi dari pada menghadapi kalian," sindir Vicky dengan nada merendahkan. Vicky lalu berbalik dan berjalan meninggalkan Giyan bersama kedua temannya. "Tunggu bocah!!" Teriak Giyan memanggil Vicky yang sudah mulai menjauh. Giyan berdiri sambil memegang pisau lipat di tangannya. Vicky menoleh ke arah Giyan yang sedang memegang pisau lipat, dia lalu berbalik dan menatap Giyan dengan tatapan dingin. "Ada tiga hal penting yang akan aku katakan kepada kamu," tukas Vicky. "Yang Pertama, aku menganggap dengan kamu memegang pisau itu, berarti kamu sudah siap membunuhku." "Yang kedua, jika sekali saja kamu mengayunkan pisau itu di hadapanku, aku akan menganggap itu sebagai percobaan pembunuhan, dan menurut hukum aku berhak untuk membela diri." "Jika sampai aku berhasil merebut pisau itu, yang tentu saja aku dapat dengan mudah melakukannya. Yakinlah aku tidak akan segan untuk membunuhmu, aku akan menusuk bagian leher atau pun jantungmu. Dengan begitu, kamu akan mati dengan cepat," sambung Vicky sambil menunjuk bagian tubuh yang tadi dia sebutkan. "Yang ketiga, di belakangku ada tiang listrik yang dipasangi kamera CCTV, dan kamera itu mengarah ke taman ini. Jadi kalaupun aku membunuhmu aku tidak akan pernah ditangkap oleh pihak berwajib, dengan bantuan kamera itu sebagai bukti, akan menguatkan pernyataanku jika aku terpaksa membunuhmu karena kamu yang terlebih dahulu menyerangku bersama teman-temanmu." Ucapan Vicky membuat Giyan ketakutan dan tubuhnya gemetar, Randy yang sedang terbaring di dekatnya mulai menarik-narik bagian bawah ujung celana Giyan. Randy sadar jika Vicky tidak menggertak, dia meminta Giyan untuk membuang pisaunya dan menyerah. Giyan sendiri masih tidak bergerak, dia masih berdiri sambil memegang pisau, bukan karena dia tidak mau membuang pisau di tangannya, namun saat ini dia sudah terlalu takut, sampai membuatnya tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Vicky berjalan mendekati Giyan, seraya merapikan lengan bajunya yang tadi terlipat, dia berjalan tanpa melihat ke arah Giyan sama sekali. Penuh percaya diri. Vicky tidak takut jika Giyan tiba-tiba menyerangnya, bukan karena percaya diri berlebihan. Itu karena dia yakin, saat ini beberapa orang suruhan Barry sedang mengawasinya dari tempat yang tidak terlihat, dan begitu nyawa Vicky dalam bahaya, orang-orang ini akan segera bertindak tanpa diperintah. Setelah memasang kancing baju kemeja yang terletak di bagian lengan, Vicky lalu menatap Giyan yang berdiri ketakutan di depannya. Saat ini Vicky sudah berada tepat di depan Giyan, dan Giyan sendiri sama sekali tidak pernah mengayunkan pisau lipat itu. Padahal dia sejak tadi sibuk merapikan lengan bajunya yang terlipat. Vicky kemudian mengambil pisau lipat yang dipegang oleh Giyan, pria tampan itu lalu melipat pisau yang dia pegang, kemudianmemasukkannya kembali ke dalam saku celana Giyan. Setelah melakukan itu Vicky berseru dengan senyuman dinginnya, “See? Kamu bukan lawanku!” kemudian berbalik dan pergi meninggalkan ketiga pria itu dengan santai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD