bc

AFTERSTORY - I Love You but

book_age16+
101
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
possessive
student
drama
bxg
first love
school
lonely
naive
like
intro-logo
Blurb

Sarif sudah menyukai Putri sejak pertama melihatnya berlinang air mata di depan Dimas. Pada sosok sunyi Putri di sudut kelas dengan bertemankan buku bacaan. Juga pada kepolosan Putri yang mengagumi pepohonan-bunga-cuaca cerah kala berjalan sepulang sekolah menikmati kesendirian. Tak butuh waktu lama untuk Sarif jatuh cinta dan yakin untuk menyatakan perasaan. Namun pernyataannya mendapat penolakan tegas dari Putri.

Di akhir tahun pertama mereka. Putri yang menyadari memiliki perasaan yang sama dengan Sarif mengajukan syarat perjanjian bahwa mereka akan resmi berpacaran setelah lulus sekolah nanti. Saat ini Putri hanya ingin fokus dengan pendidikan dan mengejar mimpinya. Sarif sepakat dan menerima syarat perjanjian Putri karena ia pun memiliki tujuan yang sama―berkarir sebagai atlet sepak bola.

Lalu saat itu hadir Andy siswa tahun pertama, yang membawa misi dan ambisi pribadi mencari kebenaran dari masa lalunya. Andy memutuskan tinggal seorang diri dan kembali ke rumah lama yang pernah ia tinggali berdua bersama Mama ketika kecil dulu. Andy awalnya mendekati Putri hanya untuk tujuan pribadi, menemukan seseorang yang sejak lama ia cari keberadaannya. Tapi kemudian keegoisan dan ambisinya itu berubah menjadi rasa bersalah, melihat penderitaan Putri disebabkan hubungannya dengan Sarif. Mampukah Putri dan Sarif mempertahankan perjanjian setelah kehadiran Andy di antara mereka?

chap-preview
Free preview
1. Kehidupan Biasa
Mungkin takdir jua yang membawa Putri sampai ke tempat ini. Sekolah yang sungguh tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Putri akan menghabiskan waktu selama tiga tahun ke depan. Di tempat ini memang tidak ada yang ia cari tapi ada yang ingin Putri jaga, ia lindungi sepenuh hati, segenap jiwa, sebaik mungkin. Putri tidak ingin membiarkan hal kecil luput dari perhatiannya lagi. Tidak ingin kehilangan lebih banyak waktu kebersamaan antara saudara dan keluarga. Putri akan mulai mengumpulkan serpihan-serpihan kecil, membuat kenangan indah, menjalani kehidupan tanpa penyesalan terhadap orang terkasihnya lagi. Tidak ingin membuat kesalahan untuk kedua kali. Jalan di depan Putri yang harus dilalui tidaklah mudah, teramat berat, Putri sepenuhnya tahu itu. Tapi begitulah kehidupan, hidup adalah perjuangan. Bukan permasalahan benar atau tidak jalan yang telah dipilih. Melainkan jalani pilihan itu dan buat agar menjadi pilihan yang tepat. Karena terus berpikir pilihan itu benar atau tidak hanya membuang waktu. Tidak ada seorang pun yang akan tahu sebelum mencoba menjalaninya. Maka agar tidak menjadi penyesalan, lakukan yang terbaik dengan maksimal. Ya itu yang dapat Putri lakukan sekarang di tempat baru ini, di sekolah umum pilihanya. Bukan sekolah khusus seni yang semula menjadi pilihan pertama. “Putri kamu kenal dengan Kakak kelas bernama Dimas?” Tanya teman baru Putri bernama Lia. Putri dan Lia sejak awal bertemu sudah langsung akrab. Putri memang tipe anak yang mudah bergaul. Sementara Lia tipe anak yang sangat aktif dan ceria. Tapi Putri tidak nyaman mendapat pertanyaan itu setelah percakapannya dengan Dimas di waktu yang lalu. “Oh maaf, aku melihatmu bersama dengannya...” Lia merasa telah salah bertanya. “Bukan begitu. Maaf, suasana hatiku hanya sedang buruk. Kami memang saling kenal.” Terang Putri tidak ingin teman barunya salah paham. Egi yang juga duduk di dekat mereka turut bergabung dalam pembicaraan itu. “Benarkah?! Yang aku dengar dia sangat populer, bahkan punya fans club di sekolah.” Tampaknya Egi penuh rasa ingin tahu tentang banyak hal. Rasanya Putri pernah mendengar hal yang sama. Liona pernah bercerita sekilas bahwa Dimas sangat populer sampai punya fans setia di sekolah. Tapi Putri tidak tahu harus bereaksi seperti apa pada kehebohan Egi tentang popularitas Dimas. “Ah club! Kamu akan ikut club apa?” Tanya Lia teringat bahwa sekolah mengharuskan siswa setidaknya mengikuti satu kegiatan club di sekolah. Putri diam-diam merasa lega topik pembicaraan berganti dengan cepat. “Club yang masih berkaitan dengan seni aku rasa.” “Seni? Kau suka seni?” Lia terdengar antusias. “Lebih dari sekedar suka, itu jalan karir yang kupilih.” Putri berkata serius. “Sungguh?! Wuah.. Kau hebat sudah mengejar impian. Aku sendiri belum terpikir ingin melakukan apa.” Dan baru kali ini Egi mempunyai teman yang terlihat sangat dewasa. “Aku juga kenal dengan seseorang yang suka menulis puisi, apa puisi juga seni?” Tanya Lia. “Ya aku pikir puisi juga seni. Seni menulis, tapi aku tidak begitu mengerti puisi.” Ucap Putri. “Sama aku juga begitu.” Lanjut Lia dan Egi sepakat menganggukan kepala. “Tapi-tapi.. Sungguh ini murni karena rasa penasaranku.” Egi ragu untuk bertanya atau tidak, tapi rasa penasaran akhirnya membuat ia bertanya. “Kak Dimas orang yang seperti apa? Apa perkataan orang tentang dirinya itu benar?” “Perkataan apa?” Putri tidak terbiasa dengan rumor, karena lingkungannya selama ini cukup damai dan terjaga dengan ketat. Dan sekali lagi entah mengapa topik pembicaraan kembali mengarah pada Dimas. “Oh kamu tidak tahu? Kalau begitu jangan dipikirkan perkataan orang. Aku bertanya murni karena alasan pribadi.” Egi menarik kembali pertanyaannya, enggan melanjutkan pembicaraan. “Aku sungguh penasaran Kak Dimas seperti apa kepribadiannya. Orang yang aku kenal, yang kukatakan tadi padamu..” Kata Lia. “Penulis puisi?” Sambung Putri. “Ya dia! Dia masuk ke sekolah ini untuk mengejar Kak Dimas. Aku tidak bisa mengerti mengapa dia sampai seperti itu. Ckck...” Lia berdecak heran. Putri terkejut, “Apa orang itu sangat menyukai Kak Dimas sampai masuk ke sekolah yang sama?” Pikir Putri dalam benaknya. “Apa teman perempuanmu itu menyukai Kak Dimas?” Putri memancing dengan pertanyaan yang bisa memberinya informasi mengenai jenis s****l orang kenalan Lia yang muncul dalam pembicaraan. “Tidak. Aku sangat yakin dia memang menyukai Kak Dimas, tapi bukan perempuan.” Jawab Lia. Putri lega mendengar bahwa ternyata bukan perempuan. “Kalau bukan karena suka, dia tidak akan melepas tawaran dari sekolah yang merekrutnya. Apa rasa suka bisa membuatmu melepas hal yang berharga?” Tanya Lia tidak mengerti. Perkataan Lia membuat Putri teringat kembali pada keadaan Liona dan Dimas saat ini. Mengapa jika mereka masih saling menyayangi, perduli satu sama lain, tapi memilih tidak bersama lagi. Putri sama sekali tidak dapat mengerti. Sama halnya dengan apa yang terjadi pada Ayah dan Ibu. Ketika Ayah dan Ibu berpisah, Putri tidak bisa menerima keputusan itu. Apa itu perasaan yang sama dengan perasaan yang Putri rasa. Perasaan kuat untuk kakaknya Liona hingga membuat Putri mengambil keputusan berat untuk melepas sekolah seni impiannya. Jika itu memang perasaan yang sama, maka Putri dapat memahami posisi orang yang Lia ceritakan itu. *** Cerahnya hari menemani Putri dalam iringan langkah meninggalkan gedung sekolah. Kesan Putri pada kehidupan SMA tidak jauh berbeda dengan masa SMP-nya kemarin. Tapi bersekolah di sekolah umum tentu sesuatu hal yang baru dari sebelumnya, terutama bagi Putri yang terbiasa bersekolah di sekolah khusus putri dan tinggal di asrama. Rasanya lebih bising dan Putri tidak dapat mengikuti alur rutinitas keseharian yang lain. Kesibukan sekolah umum terkadang terlihat santai, terkadang juga sangat sibuk tidak terkendali. Sementara di sekolah lamanya semua jadwal sudah tersusun secara rapih, teratur, padat. Di saat yang lain antusias bercengkrama di kelas, beradaptasi dengan lingkungan baru. Putri hanya coba menyibukkan diri terlarut dalam buku bacaannya. Bukan Putri menarik diri dari sosial tapi dia lebih nyaman dengan hal itu. Semua memerlukan proses biarlah mengalir secara alami. Seperti semilir angin bertiup lembut yang Putri rasakan saat ini. Putri tersenyum menikmati angin selagi memandangi keindahan bunga, serta pepohonan lebat berjajar sepanjang sisi jalan. Di siang hari yang cerah Putri bersyukur di momen ini bisa menikmati kesendirian, memaknai hari. “Cuacanya indah, cocok untuk pergi berlibur. Aku ingin bisa pergi bersama Ibu dan Kakak.” Harap Putri. Seorang pemuda yang juga berada di sana satu langkah di depan Putri, berjalan beriringan pada sisi seberang jalan. Tak sengaja pandangan pemuda itu menangkap sosok Putri yang entah mengapa menarik perhatiannya. Satu alasan pasti, pemuda itu tidak asing dengan wajah Putri yang pernah dilihatnya sebelum ini. Namun dalam ekspresi wajah yang berbeda dan satu hal lagi yang pemuda itu tahu. Dia, gadis pendiam dan lebih suka menyendiri saat di kelas. Tapi melihat ekspresi wajahnya saat ini rasanya dia tidak pendiam dan penyendiri seperti kesan yang ditampilkan sebelumnya. Timbul perasaan ingin mengenal lebih jauh gadis seperti apa sebenarnya dia. Ketika itu di depan Dimas gadis itu menangis. Pastilah itu bukan air mata dari pernyataan cinta yang ditolak. Karena bukan hanya gadis itu, Dimas pun terlihat seakan menangis hanya saja tanpa air mata. Apa yang mereka bicarakan memang tidak terdengar tapi itu pasti tentang sesuatu yang menyakitkan. Sarif memang tidak mengenal siapa gadis itu, tapi dia kenal baik dengan Dimas. Dimas dan Sarif juga satu club sepak bola saat di SMP dulu. Alasan Sarif masuk ke sekolah ini bukan hanya karena club sepak bolanya tapi juga karena Dimas berada di sini. Sarif ingin mengulang masa-masa bersama Dimas bermain sepak bola seperti di club SMP dulu. Dimas adalah senior yang Sarif hormati, maka Sarif mengejarnya sampai di sini. Dimas sudah seperti kakak bagi Sarif, begitu juga bagi Dimas. Mereka sangat dekat, apa lagi saat satu asrama dulu. Banyak kenangan di antara mereka dan Sarif tidak bisa begitu saja membiarkan semua itu berlalu hanya menjadi kenangan semata. Kenapa harus menjadikannya kenangan. Sarif bisa melakukan lebih banyak hal lagi bersama Dimas di sini selama waktu ke depan. Saat Sarif mencari Dimas, ingin secepatnya bertemu. Saat itulah Dimas tengah dalam pembicaraan dengan gadis itu. Situasi di antara mereka membuat Sarif tidak dapat mendekat, itu tidak mungkin Sarif lakukan. Sarif juga tidak kuasa untuk bertanya apa yang terjadi antara Dimas dan gadis itu. Sarif beranjak untuk pergi tapi pandangan matanya kembali berpaling menangkap wajah menangis gadis itu. Terasa sesuatu yang mungkin lebih dari perasaan simpatik Sarif padanya. Kesan pertemuan pertama mereka yang berlinangan air mata. “Apa yang membuatnya beruraian air mata di hadapan Dimas?” Untuk pertemuan kedua adalah saat di kelas. Sarif mengunjungi kelas sebelah untuk menemui seorang kenalannya. Di sanalah gadis itu duduk di sisi ruang kelas sedang membaca buku. Kegaduhan di dalam kelas di jam bebas seakan tidak mencapai daun telinga gadis itu. Ekspresi keseriusan dan ketidakperdulian pada kesibukan sekitarnya. Sarif merasakan nuansa yang berbeda dari sebelumnya pada gadis itu. “Mengapa ia lebih memilih sendiri membaca buku di sudut kelas?” Tapi mengapa pula Sarif harus bereaksi terhadap apa yang gadis itu lakukan. Nalarnya memang tidak dapat mengerti, hatinya yang berkata dan merasakan meski samar-samar. Dan saat ini pertemuan ketiga yang juga tidak ada unsur kesengajaan. Yang pasti kali ini pun nuansa dan kesan yang berbeda Sarif rasakan dari ekspresi wajah yang ditunjukkan gadis itu. “Apa yang tengah ia pikirkan dengan tatapannya pada bunga-bunga dan pepohonan dalam perjalan pulang?” “Hal apa yang membawa langkahnya begitu ringan sampai seuntai senyuman menghias wajah berserinya saat ini?” Semua pertanyaan itu memenuhi benak Sarif. Di mana pun berada ketika Sarif melihat gadis itu, tanpa sadar ia terus mengamatinya. Segala sesuatu yang dilakukan gadis itu, semua hal tentang dirinya, tampak menarik bagi Sarif dan memancing rasa penasaran. Rasa yang semula samar-samar kini tumbuh menjadi debaran. Sarif sendiri merasa tidak percaya, bagaimana bisa terjadi. Padahal ini hanya pertemuan sepihak dari Sarif. Tiga pertemuan dengan kesan dan nuansa berbeda yang hanya Sarif seorang menyadarinya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
115.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
202.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
218.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook