Tidak Ada Yang Percaya

1050 Words
"Grup nggak jelas" Bima Jangan kaget ya send picture Aldi What? Apa ini? Zeef Gila Foto editan kah? Bima wkwkwk bukan Foto asli Daffa udah nikah wkwkw Zeef Bercanda lo nggak lucu Aldi Apa sih nggak jelas Mana malam-malam gini lagi Bima Gue serius Daffa emang udah nikah Zeef Prank lo basi Aldi Benar ni. Nggak jelas! Bima Terserah kalau lo pada nggak percaya Yang jelas gue udah bilang Zeef Lain kali cari bahan lain deh kalau mau prank orang Aldi Iya ni, cari bahan lain. Lo kira kita bodoh apa? Bima Terserah woi Besok gue dan keluarga bima udah pulang Zeef Oke. Take care Aldi Take care. Bima tidak habis pikir. Kenapa teman-temannya tidak percaya sama sekali? Padahal fotonya sudah sangat jelas sekali tapi malah dibilang editan. Sebenarnya kalau Bima tidak menyaksikan secara langsung, dia juga tidak akan percaya. Siapapun tahu bagaimana Daffa sebenarnya. Dia tidak ingin ribet dan masih ingin melakukan banyak hal-hal menarik. Tapi malah menikah di usia 21 tahun. Bima harap Eksas bisa sabar menghadapi segala kerandoman Daffa. Disisi lain, Daffa sudah selesai membersihkan diri. Penampilannya jauh lebih baik dibanding sebelumnya yang terlihat sangat kacau. Kelegaan demi kelegaan menghampiri diri Daffa. Ia sudah berhasil melewati keadaan darurat yang sangat menakutkan. Tuhan masih memberi kesempatan untuk dirinya hidup didunia ini. Daffa berdiri didepan cermin. Rambutnya masih sedikit basah. Ia mengeringkan dengan handuk kecil agar rambutnya tidak basah lagi. Setelah rambutnya sedikit kering, Daffa keluar dari kamar. Perutnya sudah lapar sejak tadi. Apalagi sebelumnya Daffa hanya makan roti saja. Keadaan vila menjadi lebih sunyi. Entah kemana orang-orang di vila ini. Apa mereka sudah makan malam? Daffa menatap jam sejenak. Sudah pukul dua belas malam. Pantas saja sepi karena yang lain sudah istirahat. Tapi tunggu, sejak turun dari mobil ia tidak melihat Eksas. Apa keadaannya baik-baik saja? Wajar Daffa khawatir karena ia yang membuat Eksas sampai mengalami hal-hal yang menegangkan serta menakutkan. Tapi Daffa juga tidak tahu dikamar mana Eksas tidur. Kalau dia mencari dan asal masuk saja, bisa-bisa Eksas kembali melayangkan pisau kepadanya. Memang benar mereka sudah menikah, tapi kecanggungan tetap ada. Bahkan berada disatu ruangannya saja membuat keduanya kebingungan tidak jelas. Ya sudah, Daffa tidak ingin banyak berpikir. Buat kepalanya tambah pusing saja. Setidaknya dia dan Eksas hidup dengan sehat. Itu sudah lebih dari cukup. Ada beberapa makanan didalam tudung saji. Tapi Daffa tidak terlalu tertarik. Tiba-tiba ia ingin memasak mie instan. Pasti cocok dimakan saat cuaca dingin seperti sekarang. Baiklah, Daffa akan mencari mie instan terlebih dahulu. Seingatnya, di dapur Villa Pak Asep menyediakan mie instan. Daffa membuka lemari kecil yang ada di kitchen set. Matanya berbinar-binar melihat banyak mie instan dengan berbagai merek disana. Jika keluarga Bima tidak menggunakan vila ini, maka vila ini akan disewakan. Wajar saja jika vilanya terawat dan lengkap. Daffa membuka kulkas. Semua bahan-bahan yang ia butuhkan ada disana. Dia mengambil pelengkap mie instan yaitu bawang merah, bawang putih, cabe, sayur-sayuran serta telur. Mie instan tanpa telur akan terasa sangat kurang. Sedang asik masak, Daffa terkejut dengan kemunculan Eksas. Bahkan dia tidak bersuara sama sekali dan sudah berada di belakang Daffa. Untung saja Daffa tidak punya riwayat sakit jantung. Kecanggungan menghinggapi mereka. Bahkan Eksas yang terdiam di posisinya sekarang. Jika Daffa tidak bertanya, maka keheningan itu akan terus berlangsung. "Kenapa?" tanya Daffa sambil memegang spatula. "Haus." Meskipun Eksas menjawab dengan satu kata, tapi Daffa bisa mengerti. "Dingin atau hangat?" "Di-dingin." Daffa mengerutkan kening. Malam-malam begini malah minum air dingin. Apa tenggorokannya tidak kaget? Tapi Daffa tidak ingin cerewet. Dia langsung membuka kulkas dan memberikan botol minuman kepada Eksas. Bahkan segel botol itu dibuka oleh Daffa lebih dulu sebelum diberikan kepada Eksas. "Makasih." Eksas mengatakan dengan suara pelan. Padahal mereka hanya berdua saja, kenapa Eksas seperti malu-malu begitu? Jika bersama orang tuanya, mungkin Eksas tidak terbiasa. Memang sih, Daffa baru bertemu dengan Eksas satu malam saja. Tapi tetap saja mereka sudah membagi rahasia satu sama lain. Saling menyelamatkan hidup yang berada di ujung jurang. Setidaknya walaupun hubungan mereka tidak seperti suami istri pada umumnya, mereka masih bisa berteman. "Apa ada roti?" tanya Eksas dengan ragu-ragu. Netra mata Daffa membelalak. "Apa kamu belum makan?" Ia memastikan supaya tidak asal berspekulasi saja. "Su-sudah, tapi saya masih lapar." Daffa tidak yakin. Mungkin Eksas makan bersama kedua orang tuanya, tapi hanya sedikit karena merasa tidak nyaman dengan kedua orang tua Daffa. "Tidak perlu roti, makan mie saja." Daffa mengambil sebungkus mie lagi untuk menambah mie yang ia ingin masak. Eksas menggeleng. Dia tidak menerima penawaran Daffa karena merasa kurang pas saja. Dia menumpang disini tapi malah ingin dilayani segalanya. Eksas bisa menahan laparnya sampai besok pagi. "Ck, nggak usah keras kepala." "Bukan begitu, sa-" "Sudahlah, tunggu di meja makan saja. Sebentar lagi masak." Daffa tidak ingin dibantah sama sekali. Dia kembali fokus masak dan Eksas tidak bisa berkata-kata lagi. Eksas menunggu Daffa dimeja makan. Dia memperhatikan Daffa meskipun hanya tubuh bagian belakang saja yang terlihat. Jujur saja, sampai saat itu Eksas masih belum percaya bahwa dia berada ditempat yang aman. Walaupun masih tidak nyaman dengan keluarga Daffa, apalagi melihat Papa Daffa yang seperti tidak suka melihatnya tapi keadaan ini jauh lebih baik daripada Eksas yang menelusuri jalan tanpa arah dan tujuan. Bagaimanapun Eksas berhati-hati, pada kenyataan dia adalah seorang perempuan. Di Zaman sekarang, keberadaan perempuan selalu menjadi incaran manusia gila. Daffa selesai memasak dua mangkuk mie instan. Dia meletakkan di atas meja. Tampak enak karena Daffa membuatnya dengan sungguh-sungguh. Sejak kos, Daffa hanya bisa masuk telur dan mie saja. "Apa tidak enak?" tuding Daffa karena Eksas tidak kunjung menyentuh mie tersebut. Walaupun tampilannya terlihat acak-acakan. Yakinlah rasanya tidak seburuk itu. "Kalau tidak-" "Tidak kok, ini enak." Eksas langsung memotong perkataan Daffa agar tidak salah paham. Eksas merasa tidak pantas memakan masakan yang dibuat oleh Daffa. Rasanya dia dan Daffa sangat jauh berbeda. Baik latar belakang serta gaya hidup. "Baguslah." Daffa mengangkat satu kaki ke kursi. Dia mulai menikmati semangkuk mie instan. Tidak ada yang mulai berbicara. Keduanya sama-sama menikmati mie instan. Mie yang dibuat oleh Daffa cukup enak. Selama ini Eksas masak mie hanya dengan air panas saja tanpa ada tambahan lainnya. Setelah makan, Eksas berinisiatif untuk mencuci alat makan dan alat-alat yang digunakan Daffa untuk masak. Daffa menunggu sambil menikmati secangkir air hangat. Setelah Eksas selesai mencuci, barulah mereka kembali ke kamar masing-masing. Tanpa ada kalimat sederhana seperti selamat malam atau sebagainya untuk menandakan perpisahan
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD