Kirana tertawa mendengar kekesalan Karina. "Sabar, Kakak. Ternyata kita tidak perlu mencarikan jodoh untuk ibu. Jodoh ibu mendekat sendiri." "Iya ... siapa, Kirana!?" Karina semakin kesal saja. "Ayah!" "Apa! Pak Arsyad!?" "Iya, ayah yang mana lagi!?" "Kok bisa!?" "Ya bisa! Apa sih yang tidak bisa kalau Allah sudah berkehendak, Kakak!" "Ya maksudku, waktu itukan ibu menolak, Sayang." "Ya menolak kalau kita yang menjodohkan. Ini ibu dilamar ayah dengan cincin berlian. Aduh ... pasti cara ayah melamar luar biasa, sehingga membuat hati ibu meleleh." "Apa!? Berarti lamaran itu memang sudah dipersiapkan ayah dengan matang dong! Sudah siap cincin berlian segala." "Itu pasti, Kak. Tidak menyangka ya, diam-diam ternyata saling cinta." Kirana tertawa bahagia. "Nikahnya kapan?" "Dia Ming