Bisma duduk di ruangan ayahnya, menunggu ayahnya yang sedang menelepon. Ia mencuri dengar dan mendengar namanya disebut. Ayahnya bicara soal judgement-nya pada perempuan.. Bisma tersenyum sendiri, ayahnya benar. Ia tidak bisa menilai perempuan dengan baik. Tapi, ayahnya bicara dengan siapa? Ia tidak mendengar dari awal. Tak lama ayahnya menutup telepon. “Baguslah kamu sudah di sini. Ayah mau bicara soal kamu kembali ke Jakarta. Ayah harus ke Amerika, mungkin 3 bulan. Big project soal movie production. Tapi kalau kamu keberatan di Jakarta, kamu yang pergi ke Amerika. You choose!” Ayahnya duduk dan menatapnya tajam. “I’ll stay here..” Bisma menjawab pertanyaan ayahnya tanpa banyak berpikir. “Ok. Dan soal perempuan-perempuan di hidupmu, hentikan semuanya! Waktu bermain selesai. Kam