"Faiz?!" seruku. Aku ternganga melihat Faaiz menyodorkan sebuah cincin permata hijau dan seikat bunga mawar. "Ayi Fradilla, bersediakah kamu menjadi istriku?" Tanya Faiz dengan nada serius. Wajahnya terlihat berkeringat dingin. Perasaan bercampur aduk. Aku masih tak bergeming menerima cincin yang ia sodorkan. Kupandang wajah Nara yang tersenyum ke arahku. Mama dan papa Faiz juga tersenyum bahagia saat melihat kearahku. Aku takut dan masih trauma untuk menerima orang ketiga. Takut kedua orang tua Faaiz akan menolakku seperti apa yang dilakukan oleh Umi Fatimah ibunya Ustaz Rahman. Mengingat Faiz adalah anak semata wayang dari keluarga kaya dan terpandang. Harta dan tahta sudah pasti menjadi pertimbangan kedua orang tua. "Terima saja, Ayi! Mama dan papa memberi doa restu bagi kalia