"Hem ... Maaf, Ustaz," ucapku cepat. Aku segera menarik tanganku dari gelas yang tadi kami sentuh bersama. Wajah Ustaz Iman berubah menjadi merah menahan malu. Ustaz Rahman mendongak, menatap sahabatnya sejenak yang membuatku tak nyaman dan menunduk menghindari tatapan itu. "Akulah yang seharusnya meminta maaf karena tidak sengaja telah menyentuhmu, Ay," ucap Ustaz Iman merespon. Wajah Ustaz Rahman kini berubah. Ah, aku dari tadi mencuri pandang ke arahnya karena selalu penasaran ekspresi itu. Tiap kali Ustaz Iman memberi perhatian padaku ekspresi Ustaz Rahman berubah. Wajah itu milik seorang pria normal pencemburu. Selesai makan kami berbincang-bincang di ruang keluarga bersama keluarga Umi Fatimah. Ada abi, Nur dan juga Ustaz Rahman. Suasana sedikit kaku karena umi mengobrol denga