Dalam pernikahan tak hanya butuh cinta tetapi juga waktu dan komunikasi. Kedua itu sama-sama penting, namun apabila salah satu contohnya waktu tak bisa selalu hadir bersamaan maka setidaknya jalankan komunikasi dengan baik. Sebab, dalam pernikahan itu komunikasi bersama sangat penting untuk menghasilkan keputusan yang baik. Saat ini, usia pernikahan mereka sudah memasuki satu bulan.
Dan, selama satu bulan ini hidup Aina sangat amat bahagia sekali hidup berdua dengan Angga. Ia menikmati status sebagai istri Dokter. Banyak pengalaman baru yang ia dapatkan bersama Angga, banyak cinta dan kasih sayang juga yang Angga curahkan pada Aina. Alhamdulillah mereka sudah tinggal dirumah sendiri dan kembali memanggil Mbok Darmi untuk membantu dan tinggal bersama mereka.
Mereka memang sengaja memanggil Mbok Darmi kembali, sebab Aina merasa sudah sangat nyaman dengan asisten paruh baya-nya itu. Beliau-lah selama ini yang menjadi saksi hidup ketiga setelah Mama dan Mimi -Rahma dan Rahmi-. Angga juga merasa tenang jika istrinya dijaga oleh beliau, sebab menjaga istrinya layaknya menjaga anak sendiri.
Angga setuju saja dengan permintaan istrinya, selama permintaannya itu masuk akal dan juga baik untuk dirinya dan keluarganya. Harapan keluarga kecil nan bahagia ini hanya satu, yaitu segera diberikan momongan. Sebab, dengan adanya momongan yang hadir diantara mereka, akan menambahkan kebahagiaan yang luar biasa pastinya.
Angga juga memang sangat amat mengharapkan Aina untuk cepat bisa hamil. Ia memang tidak bisa selalu ada dan menjaga Aina disela-sela kesibukannya. Namun setidaknya, ia merasa tenang sebab ada Mbok Darmi yang menemani Aina dikala sang suami sedang sibuk di Rumah Sakit.
Aina mulai diminta untuk berhenti bekerja, dan Angga memintanya untuk kembali kuliah agar istrinya ada kegiatan, namun Aina menolaknya dengan halus dan lebih ingin mengurus suami juga anaknya nanti. Jika itu sudah permintaan sang istri, maka tidak akan bisa diganggu gugat dan Angga tak akan mem-bantahnya. Itu pilihan istrinya dan sudah pasti baik untuknya, Angga hanya akan mendukung dan tidak punya maksud untuk membantah jika menurut istrinya itu baik untuk dirinya sendiri.
Di kamar yang luas dengan ornamen klasik dan warna putih bergradasi biru, ada sepasang suami istri yang sedang sibuk. Suaminya sedang memakai baju dan istrinya berkemas menyiapkan keperluan sang suami. Ia menatap suaminya yang gagah dengan jas putih kebanggaannya. Ada kebanggaan tersendiri yang terpancar dari wajahnya yang cerah.
Beruntung sekali diri ini bisa memilikimu, Sayang. Gusti Allah menyatukan kita di waktu yang tepat. Aku sungguh merasa beruntung dan bahagia. Allah memberikan semua kebahagiaan untukku dengan kontan, ucapnya dalam hati.
"Amih ... Kenapa?" tanyanya bingung.
Angga sepertinya melihat Aina melamun. Ia beranjak dan mendekat ke arah suaminya, merapikan jas putihnya dan tersenyum manis. Lalu menangkupkan kedua tangannya di wajah tampan suaminya dan mengecup kilat bibir suaminya.
"Gak pa-pa, Sayang. Amih hanya merasa bahagia karena memiliki Apih dan juga bangga karena menjadi istri seorang Dokter," ucapnya tulus. Matanya berbinar memandang sang suami.
"Ya Allah, dikirain Amih kenapa," balasnya terkekeh. Kekehan renyah yang selalu dirindukan oleh Aina, karena suaranya yang khas.
"Apih juga bahagia sekali menjadi suami Amih. Semoga kita cepat diberikan momongan agar menambah kebahagiaan kita ya, Aamiin." Mereka berdua tersenyum dan jalan beriringan keluar kamar.
Mengantarkan sang suami hingga pintu depan, tanpa mereka ketahui ada sepasang mata yang memperhatikan dari kejauhan dan tersenyum bahagia melihatnya. Bulir kristal jatuh membasahi pipinya yang mulai terlihat guratan-guratan keriput, ia tak menyangka akan ada kebahagiaan luar biasa yang didapatkan oleh Nyonya Muda. Selama beberapa tahun, air mata dan kekecewaan sering kali Nyonya Mudanya rasakan, dan sekarang semuanya dibayar kontan oleh Gusti Allah.
Seulas senyum terpancar indah dari bibirnya. Ia dulu punya keyakinan Nyonya Mudanya akan bertahan, namun ternyata keadaan berkata lain. Mereka berpisah satu sama lain dan Nyonya Mudanya mendapatkan kebahagiaan luar biasa sekarang. Berbanding terbalik dengan Tuan Mudanya terdahulu, sekarang mungkin ia sangat kacau dan juga berantakan hidupnya.
Aina berbalik arah dan melihat Mbok Darmi memandangnya dengan lekat, ia menghentikan langkahnya dan tersenyum lalu berjalan ke arah Mbok Darmi. Aina seperti paham apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh Mbok Darmi sekarang.
"Mbok, sekarang aku bahagia," ucapnya tulus dengan mata berbinar.
Aina menggenggam erat tangan Mbok Darmi dan menyakinkannya bahwa semuanya sesuai dengan yang diharapkan, mengalirkan aura positif di sekitarnya.
"Ya, Nyonya. Mbok melihat kebahagiaan dari sorot mata, Nyonya. Allah adil dan memberikan yang luar biasa untuk Nyonya. Semua kesakitan yang selama ini Nyonya rasakan dan alami dalam beberapa tahun dibayar dengan kebahagiaan luar biasa," balasnya lembut semakin mengeratkan genggaman tangannya.
"Tuan Angga, lelaki yang baik bahkan lebih baik. Menganggap Nyonya layaknya berlian yang harus dijaga dengan penuh kasih sayang dan cinta. Sorot matanya selalu memancarkan kebahagiaan dan mentransfer aura positif pada diri Nyonya. Bahagia selalu ya, Nyonya. Mbok ikut bahagia melihat kalian bahagia," lanjutnya lembut.
"Mudah-mudahan kalian segera diberikan momongan agar menambah kebahagiaan di rumah ini, Aamiin," doa Mbok mengiringi langkah majikannya.
"Aamiin, terimakasih Mbok. Semuanya juga karena Mbok yang selalu menguatkan dan menyakinkan semua akan indah pada waktunya. Terima kasih, karena selalu ada dan menguatkan Ai. Jika tak ada Mbok, mungkin Ai tidak akan bisa seperti ini. Bahagia dengan kehidupan baru dan terlepas dari rantai karat pernikahan siri."
Mereka tersenyum, saling berpelukan layaknya seorang ibu dan anak. Aina mendapatkan semua ini hanya dari Mbok Darmi, dan sekarang ia dapatkan juga dari Mamih. Lengkap rasanya semua yang ia harapkan, walaupun kedua orang tuanya masih sibuk dengan urusan mereka.
Mereka berjalan beriringan ke dapur dan Mbok menyiapkan makanan untuk sarapan. Angga sudah sejak pagi dibekali makanan oleh sang istri. Ia cukup rewel jika makan hasil masakan orang lain. Selalu ingin masakan istri walaupun masakan itu sering kali dibantu oleh Mbok Darmi.
***
Aktivitas Angga sebagai Dokter memang padat, namun ia tetap tanggung jawab sebagai suami. Angga ini adil antara mengurus pasien dan istrinya, ya walaupun lebih sering fokus pada profesinya hehe. Jelas, tidak bisa disamakan menangani pasien dan istri. Istri segalanya, tetapi pasien adalah tanggung jawabnya. Ia merasa beruntung karena Ai sangat memahami profesinya dan selalu mendukung setiap kegiatannya.
Kemarin Angga masuk malam itu artinya akan sampai di rumah pada pagi hari. Aina sudah biasa ditinggal seperti ini, subuhan sendirian karena suaminya belum pulang. Saat melangkah ke kamar mandi, tiba-tiba ia merasakan perutnya terguncang dan mual sekali. Berusaha menahannya dengan menarik nafas namun rasanya guncangan di dalam perutnya semakin mengoyak.
Aina berlari kecil masuk ke dalam kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya yang belum terisi apa-apa, hanya air yang keluar. Mbok yang mendengar langsung menghampiri Aina dan membantunya dengan memijat leher dengan lembut. Mbok mengurus Aina dengan baik dan menganggapnya kecapean. Sebab, beberapa hari yang lalu ia liburan ke rumah mamih dan dapat dipastikan mereka menghabiskan banyak waktu disana.
"Nyonya Ai, bagaimana? Masih mual?" Mbok masuk ke dalam kamar dengan pakaian yang sudah rapi setelah memberikan teh hangat pada majikannya.
"Alhamdulillah, lumayan, Mbok. Makasih ya. Sudah mau berangkat ke pasar ya, Mbok?" tanyanya dengan lembut.
"Iya, Nyonya. Nyonya Ai ditinggal sebentar gak pa-pa? Bahan baku untuk masak sudah banyak yang habis," jelas Mbok.
"Gak pa-pa, Mbok. Ai sudah membaik, kok."
"Ya sudah, Mbok pamit dulu ya. Pintu depan Mbok kunci ya, Nyonya."
"Iya, Mbok, hati-hati."
"Eh, hm, Mbok, tunggu dulu."
"Ada yang ingin dibeli, Nyonya?" tanyanya lembut.
"Hehe, iya Mbok."
"Mau minta apa, Nyonya?"
"Mbok, Ai mau rujak buah dong, yang di ujung jalan dekat pos satpam tuh," ucapnya manja.
"Siap, Nyonya. Nanti Mbok belikan ya."
"Makasih, Mbok. Hati-hati dijalan."
Mbok bergegas keluar rumah, beliau masuk ke dalam kamar Nyonyanya memang ingin meminta izin untuk pergi ke pasar membeli semua bahan makanan yang sudah habis. Aina memilih untuk beristirahat karena memang merasa tak enak badan. Tak lupa ia menitip sesuatu makanan pada Mbok.
Mbok pergi ke pasar, sepanjang jalan pikirannya melalang buana, beliau merasa sangat heran sekali dengan sikap Nyonyanya pagi ini. Pasalnya, tidak seperti biasanya Nyonyanya itu tiba-tiba meminta sesuatu. Senyum indah terukir dari wajahnya yang keriput dan terpancar dengan sangat bahagia. Mulai berpikir bahwa memang majikannya itu sedang ngidam, beliau berniat mampir ke salah satu apotik membeli tespek untuk mengecek apakah Nyonya mudanya benar-benar hamil atau tidak. Senyum indah mengembang dari bibirnya dan berdoa dengan tulus agar nyonyanya hamil.
Semoga Nyonya Ai benar-benar hamil agar kebahagiaan semakin terpancar dari keluarga kecilnya. Bismillah, doanya dalam hati terdalam.