"Ayo kita pulang, kamu kelihatannya sudah mengantuk!" ajak Nick.
"Iya, harusnya ini sudah jadwalku tidur. Aku juga belum meminum obatku," jawab Bellova.
"Ya sudah, Sean kamu bilang pada tuan Albert jika kita mau pulang."
"Baik, Tuan." Sean langsung beranjak dan berjalan mendekati tuan Albert
Terlihat Sean bicara sebentar pada tuan Albert, lalu Sean diikuti tuan Albert dan istrinya berjalan mendekati meja Nick dan Bellova.
"Jadi sudah mau pulang, Tuan Nick?" tanya tuan Albert.
"Iya, Tuan Albert. Istri saya masih harus banyak istirahat, dia juga masih harus minum obat. Jadi kami tidak bisa lama-lama. Oh ya, besok Sean akan kirimkan hadiah sebagai ucapan selamat atas anniversary pernikahan kalian. Karena saya benar-benar tidak tau jika ini acara untuk itu, saya pikir Anda mengadakan jamuan karena mendapatkan untung besar dari proyek terbaru Anda. Jadi saya tidak menyiapkan hadiah apa-apa," jelas Nick.
"Tidak perlu repot-repot, Tuan Nick. Saya sengaja tidak menyebutkannya diundangan, karena tidak mau para tamu saya menjadi repot untuk memberi hadiah segala. Kalian datang saja saya sudah bersyukur," ucap tuan Albert.
"Sudah tidak apa-apa, besok Sean akan mengirimkannya. Kalau begitu kami permisi," sahut Nick.
Mereka pun bersalaman, sementara nyonya Helena memeluk Bellova sekilas sebagai perpisahan. Mereka pun kembali keluar dari ballroom hotel itu, tanpa mereka sadari dari salah satu sisi ballroom yang sepi. Dua pasang mata sedang menatap mereka, dari sorot matanya salah satu orang itu seperti penuh kebencian pada Nick.
"b******k, aku tidak menyangka dia bisa selamat. Apa benar perempuan itu yang menyelamatkannya?" tanya salah satu pria.
"Benar, Tuan. Menurut cerita orang-orang tadi seperti itu," jawab pria satunya.
"Pantas saja dia menikahinya, ternyata wanita itu cacat karena hendak menyelamatkannya. Jika tidak saat ini pasti dia sudah di kuburkan," geram pria yang dipanggil tuan itu.
"Benar, Tuan. Sekarang kita harus memikirkan orang suruhan kita itu, jangan sampai dia membuka mulut jika Anda yang memerintahkannya. Saya akan meminta pengacara untuk mengurus masalah ini secepatnya, agar polisi tidak terus menyelidiki kasusnya."
"Jangan hanya menutup mulut dia, kalau bisa kamu buat kasus itu di tutup. Toh sudah ada tersangkanya," jawab pria itu.
"Baik, Tuan."
***
Sementara itu, diperjalanan Bellova benar-benar banyak diam. Dia tidak bicara sama sekali kecuali jika di tanya, Nick sampai heran melihatnya. Saat pergi mereka terus berdebat, tapi kenapa sekarang malah terus diam.
"Kamu kenapa, dari tadi diam saja?" tanya Nick.
"Terus aku harus teriak-teriak gitu, aku lelah dan ingin istirahat. Makanya diam saja," jawab Bellova.
"Oh, aku kira kamu masih memikirkan masalah papamu yang benar-benar tidak datang."
"Aku memang kecewa pada beliau, tapi bukan berarti aku harus terus memikirkannya. Biarlah itu menjadi keputusannya, aku hanya perlu sadar diri bahwa aku memang tidak layak dibanggakan. Jadi tidak perlu terlalu kecewa dengan sikap beliau," jawab Bellova berusaha menutupi perasaan yang sebenarnya.
"syukurlah kalau kamu berpikir seperti itu, lagipula kamu bodoh kalau sampai memikirkannya terus-terusan. Kamu boleh memintaku melakukan sesuatu jika kamu merasa sakit hati, aku bisa mengabulkannya."
"Meminta apa maksudmu?" tanya Bellova Bingung.
"Ya seperti kalau kamu mau aku membuat perusahaan papamu bangkrut? Atau apapun yang terlintas dipikiranmu," jawab Nick.
"Aku tidak sejahat itu, meskipun aku Kecewa padanya. Lagipula ada mama dan saudara-saudaraku yang lain, yang harus dihidupi oleh beliau. Kalau sampai perusahaannya bangkrut, artinya aku sudah berbuat jahat pada seluruh keluarg. Sudahlah jangan bahas mereka lagi, toh aku sudah berkeluarga. Jadi semua itu bukan lagi masalah," ucap Bellova.
Nick hanya mengangkat alisnya, lalu menatap jalanan kembali. Bellova kembali bergelut dengan pikirannya, sampai dia teringat dengan ucapan Nick di acara jamuan tadi.
"Oh ya, katanya kamu sudah menangkap orang yang menabrak itu. Kenapa tidak memberitahuku?" tanya Bellova.
"Buat apa kamu tau, memangnya kamu mau membalas dendam? Lagipula polisi sudah mengurusnya," sahut Nick
"Ya bukan gitu maksudnya, setidaknya aku tau jika orang itu sudah ditangkap. Kan aku korbannya di sini," ucap Bellova.
"Kamu kan tau, kalau sebenarnya akulah sasarannya. Kamu bukan bagian dari rencana mereka, aku yang akan mencari tau siapa otak dari rencana itu. Kamu urus saja dirimu, jangan memikirkan yang bukan ranahmu."
Bellova hanya bisa menarik napas panjang, entah kenapa rasanya bicara pada Nick tidak pernah berakhir baik. Yang ada dia hanya dibuat kesal dengan jawaban Nick, yang kadang suka menyakitkan hati.
Setibanya di rumah, Sally diminta membawa Bellova ke kamarnya. Ternyata Alena sengaja menunggu kepulangan mereka, dia pun mengambil alih mengurus Bellova sebelum tidur. Termasuk memberikan obatnya, Bellova pikir jika Nick akan naik ke kamar lebih cepat. Tapi sejak mereka pulang, sampai Bellova sudah bersiap untuk tidur Nick tidak terlihat lagi batang hidungnya.
"Nona, semua sudah selesai. Kalau begitu saya permisi, lampunya langsung saya matikan ya?" tanya Alena.
"Iya, aku juga sudah lelah dan mengantuk. Kamu istirahatlah," sahut Bellova.
Alena mengangguk, lalu berjalan ke arah pintu. Sebelum keluar dia mematikan kamar itu, sebenarnya di nakas ada remot untuk mematikan lampu. Hanya saja Alena sengaja mematikannya setelah dia sudah hendak keluar.
"Kenapa di tidak naik juga? Kenapa dia sangat aneh, kadang terlihat baik. Tapi kadang bersikap sangat jahat, apa aku benar-benar menjinjikkan sebenarnya. Dia bersikap baik di depan orang lain, hanya karena ingin dipuji sebagai pria baik. Akhh, sakit kepalaku jika memikirkan pria aneh itu. Lebih baik aku tidur saja," gerutu Bellova dan menarik selimutnya lalu memejamkan mata.
Sementara itu, Nick yang berada di ruang kerjanya seorang diri. Sengaja belum ke kamarnya untuk menunggu Bellova benar-benar tertidur, setelah dirasa cukup lama di ruang kerjanya. Nick yakin jika Bellova sudah tidur, barulah dia beranjak dan keluar dari ruang kerja. Nick sengaja berjalan melewati anak tangga, tidak ingin menggunakan lift agar lebih lama sampai dan Bellova benar-benar tertidur.
Setibanya di kamar, Nick melihat kamar yang sudah temaram. Di pun berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, selesai dari kamar mandi Nick keluar hanya dengan bathrobe saja. Dia berjalan ke arah minu bar kecil di salah satu sudah kamarnya, Nick mengambil sebotol Wine dari tempatnya.
Nick menuangkan wine ke dalam gelas, menenggaknya sampai tandas. Matanya menatap ke arah tempat tidur, melihat istrinya yang sepertinya sudah larut ke alam mimpi. Sebenarnya Nick merasa iba pada Bellova, apalagi tentang sikap papanya itu.
"Aku mengatakan semua itu padamu, agar kamu bisa lebih kuat. Dunia ini tidak semanis yang kamu pikirkan, kadang hal pahit dalam hidup bisa menjadi pelajaran terbaik untukmu agar menjadi lebih kuat. Ya meskipun terlihat tidak adil menurutmu," gumam Nick sambil menuangkan kembali wine-nya.
Setelah menenggak beberapa gelas wine, barulah Nick merasakan sedikit efeknya. Barulah dia berjalan menuju ke tempat tidur, di mana Bellova berada. Sebenarnya setiap Nick tidur di samping Bellova, dia tidak pernah dalam keadaan benar-benar sadar. Kadang dia minum di bar lebih dulu, terkadang di mini bar miliknya sendiri. Nick pun tidak tau, kenapa dia selalu melakukan hal itu.
Nick berbaring di atas tempat tidur, memiringkan tubuhnya menatap Bellova yang sedang terpejam. Wajah polos istrinya itu, terlihat sangat tenang. Berbeda saat tadi mereka pulang, Bellova terlihat memiliki beban terpendam.
"Kadang aku kasihan padamu, tapi kadang aku merasa kesal padamu. Aku tidak tau kenapa bisa begitu," gumam Nick pelan.
Nick akhirnya mencoba untuk ikut tertidur, beberapa saat barulah di bisa benar-benar tidur.