Badai Pasti Berlalu - A Spoiler

782 Words
Seorang gadis berparas manis, tampak duduk tenang di pojok coffee shop langganannya. Asyik menyendiri, abai kepada sekitar. Para pencari rupiah yang ingin sekedar melepas penat dengan santai sebentar sambil minum teh atau kopi, setelah seharian bekerja. Gadis itu kemudian melirik jam tangan yang melingkar manis di tangan kirinya. Tak berapa lama, gadis itu kemudian menutup sebuah buku tebal, ternyata sebuah n****+, yang sudah kusam. Terlihat betapa dia menyayangi n****+ itu. Sebuah n****+ lawas, sebuah masterpiece dari Sang Maestro n****+ di negeri ini.  Badai Pasti Berlalu, sebuah romansa karya Marga T. n****+ itu sudah kusam dan lusuh, hingga dia harus sangat hati-hati menyimpannya. Entah sudah yang keberapa kali dia baca n****+ itu. n****+ lawas itu milik sang ibu tercinta, yang dia sendiri tidak akan pernah melihatnya, karena ibunya meninggal beberapa hari setelah melahirkan dirinya.  Tidak pernah bosan baginya membaca n****+ dengan judul yang sama dengan kehidupannya. Hidupnya penuh badai, yang entah kapan berlalu. Penuh badai? Ya! 'Gadis Pembawa Sial!' itu sebuah julukan yang disematkan sang bapak untuknya, yang tidak rela kehilangan istri tercinta. Beruntung, eyang dari ibu sangat menyayanginya dan mau merawatnya dengan penuh cinta dan kasih sayang, untuk menggantikan sang putri satu-satunya.  Besar tanpa kasih sayang orang tua - walau ada eyang yang sangat memanjakannya - membuatnya tumbuh menjadi gadis yang introvert. Dia lebih suka menutup diri, menarik diri dari pergaulan. Stigma itu sangat melekat padanya, karena diucapkan oleh seorang lelaki yang berbagi darah yang sama di tubuhnya. Di usia yang kedua puluh empat tahun ini, baru dua kali dia bertemu bapak kandungnya, tapi selalu diusir dan dimaki.  Terakhir, dia coba melepas rindu pada sang bapak dengan membawa ijasah sarjana S1 dari Universitas Negeri terbaik di kota tempat tinggalnya. Menjadi lulusan terbaik dengan IPK tertinggi membuatnya berharap dengan membawa ijasah itu, sang bapak akan bangga padanya hingga luluh dan mau menyayanginya. Tapi, harapan hanya tinggal harapan. Tetap saja sang bapak tidak mau menerima kehadiran dirinya. Dilihat pun tidak. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk tidak mau lagi bertemu muka dengan lelaki yang sudah membuatnya hadir di dunia ini.  "Eyang, Kinan tidak pernah minta dilahirkan ke dunia ini. Kenapa bapak sangat membenci Kinan, eyang? Apa salah Kinan? Kenapa Kinan selalu disebut Anak Pembawa Sial oleh bapak? Kenapa eyang?" Dulu, dia sering kali berkeluh kesah hal yang sama pada eyang tercinta. Bukan maunya untuk ada di dunia ini, justru bapak dan ibunya yang membuatnya hadir di dunia ini kan? Tapi kenapa dia begitu dibenci? "Nduk, cah ayu, kamu tahu arti namamu? Kinanti Btari Pembayun. Sebuah nama cantik, secantik dirimu dengan arti yang juga indah. Kinanti, si bidadari cantik yang cerdas dan aktif. Nama itu pemberian dari bapakmu kan? Kamu tidak hanya secantik bidadari, tapi hatimu juga baik dan mulia. Mungkin bapakmu belum bisa ikhlas karena kehilangan ibumu. Tapi kamu punya kami, eyang kakung dan putri, yang akan menjadi orang tuamu." Selalu itu jawaban yang sama yang diucapkan eyang putri.  Kinanti Btari Pembayun. Sebuah nama yang indah bukan? Sayangnya hidup yang dia lalui tidak seindah nama itu. Terlalu banyak derita dan kesedihan yang harus dia lalui, untuk bisa mendapatkan bahagia.  “Tuhan, kapankah badai ini akan berlalu dari diriku? Aku rindu menanti matahari.” Bisiknya sendu, letih. Hanya itu yang mampu dia panjatkan dalam tiap doanya.  *** Beberapa bulan kemudian  Kinan yang belum sembuh dari luka bakar 15% dan memakai kursi roda, datang mengunjungi sebuah makam. Di situ dia bertemu dengan Arfi yang melihatnya dengan mata penuh kebencian.  “Kenapa bukan kamu saja yang ada di dalam tanah itu, hah?! Memang benar kata orang, kamu pembawa sial! Pergi kamu, dan jangan pernah ke sini lagi!” Bentak Arfi, membuat lukanya bertambah, tidak hanya fisik tapi juga di hati. Bukannya berterima kasih, Arfi malah mengujat Kinan, sama seperti bapak kandungnya.  Tanpa Arfi pernah tahu, kelak dia akan sangat menyesali lisan yang dia ucapkan karena rasa amarah yang mendera. Lisan itu tertancap di hati Kinan, meninggalkan luka menganga, yang semakin membuatnya menderita.  Adalah duka tak berujung, saat lelaki yang dia cinta turut menghujat dirinya. Kinan sudah memutuskan untuk menjauh dari Arfi, untuk memenuhi permintaannya, tanpa dia pernah coba bercerita bahwa karena dia, Arfi masih bisa melihat matahari hingga detik ini.  *** Walau mempunyai judul yang sama dengan salah satu masterpiece n****+ yang pernah ada di Indonesia, tentu saja isi n****+ ini sungguh berbeda karena aku tentu gak sanggup untuk menyamai Sang Maestro. Nantikan kehadirannya, Insya Allah on April 2021 yak karena mau fokus dulu di Crazy Rich Daniel Tedja dan Terjebak Pelet.  Gak bisa janji banyak, tapi cerita ini mungkin akan membuat mata berkaca-kaca. Ingat ya, untuk tap LOVE biar readers tercintah tahu kalau aku sudah mulai update.  Mohon doanya ya... Loph youuu, banyak cinta buat kalian yang selalu menyemangatiku walau aku sekarang jarang bisa balas komen ^_^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD