Part 19. Bukan CEO

1502 Words
Part 19. Bukan CEO Kehidupan cukup sulit bagi Daniel semenjak ia menyamar menjadi lelaki miskin. Menerima tawaran yang diajukan Rachel tidak pernah masuk dalam pikirannya sebelumnya. Hidup di jalanan dia sudah terbiasa, menjadi anggota gangster, mengais makanan sisa di tong sampah bukan hal yang aneh baginya. Bahkan sebelum Edyson menemukan dirinya dan merawatnya, ia tak bisa melupakan bagian dari dirinya yang pernah hidup di jalan. Untungnya Rachel mempercayai dirinya. Berita sialan yang menggemparkan itu sedikit mengusiknya, karena ia belum ingin membongkar topeng miliknya. “Jadi, kau tidak percaya berita itu?” Daniel malas berdebat dengan Rachel. Karakternya yang keras kepala membuatnya sedikit pusing. Baru pertama kali ia bertemu dengan wanita seperti dirinya yang jauh dari tipikal wanita idamannya. Rachel tertawa keras, “Aku sudah memikirkannya semalam. Mau bagaimana pun, kau memang sama sekali nggak mirip dengan CEO itu.“ Daniel bingung bagaimana ia harus merespons komentar Rachel. Entah ia harus tersinggung atau justru merasa lega karena penyamarannya belum terbongkar. “Kau tenang saja, Daniel. Meski aku membutuhkan uang, tapi aku pasti akan tetap bekerja untuk mendapatkan uang itu. Kau nggak usah khawatir.” Daniel bersungut dalam hati, Rachel selalu saja membahas masalah uang yang tidak pernah menjadi atensi utama di hidupnya. “Oh, iya. Hari ini aku pulang malam. Jadi, nanti malam kau makan saja duluan.” Rachel memberitahu jadwalnya. Sambil terburu-buru, ia pun pergi mengambil sepotong biskuit buatan Daniel yang menurutnya rasanya enak. Rachel tersenyum, malu karena Daniel melihatnya merauk semua biskuit di atas piring, “Hehehe, biskuit ini enak sekali. Aku ingin membawanya untuk bekal di rumah sakit nanti.” Daniel hanya mengangkat bahu, tak acuh. Mengiringi kepergian Rachel untuk bekerja. *** “Kafe Green, sekarang!” Itulah sepenggal kata yang diperintahnya pada Albert—sang asisten. Setelah memastikan Rachel pergi, tiba waktunya bagi Daniel untuk beraksi. Ia memakai kaos oblong sederhana yang dibelikan Rachel untuknya. Juga celana irama yang entah mengapa membuat penampilannya sedikit lebih fresh. Sudah lama sekali ia melupakan penampilan dirinya yang terlihat beberapa tahun lebih muda. Sebaga seorang CEO dari banyak perusahaan, banyak hal yang harus ia korbankan. Termasuk perusahaan miliknya sendiri yang bergerak di bidang keamanan dunia bawah tanah. Tidak ada seorang pun yang tahu siapa dirinya selain Daniel Ananta Alexander yang menjadi kepala pimpinan mafia kelas kakap di benua ini. Ia selalu memakai topeng wajah yang terbuat dari perpaduan kayu dan berlian di keningnya, menyatakan kalau dirinya adalah Black Diamond, si mafia yang paling ditakuti dan berkuasa. Sesuai perintah, Albert datang di kafe Green, sepuluh menit lebih awal dibandingkan Daniel. Daniel menoleh ke kanan-kini sebelum masuk ke kafe, tingkahnya terlihat mencurigakan bagi seorang lelaki yang baru saja menjabat sebagai manajer di kafe miliknya itu. “Maaf, Tuan. Anda dilarang masuk!” Tiba-tiba langkah Daniel dihentikan oleh seorang lelaki asing yang tidak ia kenal. Daniel melirik tajam ke arahnya. Menilai penampilan lelaki itu dari atas kepala hingga ujung kakinya. Sebelum akhirnya, tatapannya tertuju pada label nama yang tersemat di sisi kanan seragam miliknya. “Pedro?” “Itu nama saya, Tuan. Mulai sekarang saya bertanggung jawab atas kafe ini. Dan saya melarang Anda masuk!” “Apa?” Daniel terkejut melihat keberanian pelayan itu menolak dirinya masuk. “Apa ada alasan khusus mengapa aku dilarang masuk?” “Anda tidak pantas masuk ke kafe yang mewah ini dengan pakaian lusuh Anda.” “Kau gila!” Daniel memekik. Nyaris meledakkan amarahnya. Bagaimana bisa Albert mengurus kafe miliknya dengan mempekerjakan lelaki seperti Pedro ini. “Panggil bosmu sekarang!” Daniel berteriak memerintah. Pedro dengan lancang dan berani menolak permintaan Daniel. Membuat wajah Daniel seketika memerah menahan kesal. Ia bersumpah akan memberi lelaki ini pelajaran. “Anda cuma pengemis di sini. Jadi Anda tidak berhak memerintahkan saya. Sebelum saya panggil sekuriti, lebih baik Anda pergi sekarang!” Pedro mengusirnya. Daniel kehabisan akal. Bagaimana bisa, ia diusir dari kafe miliknya sendiri cuma karena pakaiannya yang menurut manajer ini lusuh. Padahal ini adalah pakaian baru yang cukup bagus, meski harganya murahan, Daniel menyukainya. Pedro mendorongnya keluar restoran melalui pintu otomatis. Daniel bergerak mundur. Seorang pelayan muda lainnya datang menghampiri, “Tuan, ada yang bisa saya bantu?” Sepertinya ini adalah pelayan lama yang biasa melayaninya. Jadi dia pasti mengenal siapa Daniel sebenarnya. “Hei, Keandra! Jangan menyambut tamu miskin seperti dia. Kita butuh tamu kaya yang akan menghabiskan uang mereka di sini. Bukan tamu gembel kayak dia!” Pedro terang-terangan menghina Daniel di depan pelayan wanita itu. “Tapi, Pak ... “ Jelas Keandra bermaksud menjelaskan pada Pedro siapa tamu gembel yang baru saja dia hardik. Tapi Daniel memberinya isyarat untuk tidak melakukannya. Keandra gelisah. Daniel maju selangkah, berhadapan dengan manajer bodoh yang seharusnya ia pecat di hari pertamanya ia bekerja. Baru dua minggu ia tidak mengurus perusahaan, manajemen kafe miliknya sudah berantakan seperti ini. “Atas dasar apa kau menuduhku sebagai laki-laki miskin?” Pedro terkikik menahan tawanya, merasa lucu karena pakaian Daniel yang lusuh menampilkan keuangan dirinya. “Jangan sok menjadi laki-laki kaya!” celetuknya yang anehnya malah membuat wajah pelayan bernama Keandra seketika memucat. Daniel melemparkan tatapan tajam ke arah Keandra, supaya pelayan itu diam. Keandra hanya menundukkan kepalanya semakin dalam. Terjebak oleh situasi yang menjeratnya dalam dilema mendalam. “Siapa namamu? Pedro? Apa jabatanmu? Manajer?” Daniel bertanya tapi ia pula yang menjawab dengan nada angkuh yang khas dirinya. Sebagai seorang pewaris kaya, sekaligus pemimpin gangster dan kepala mafia, semua jabatan sudah berada di tangannya. Tapi Daniel tidak pernah sekali pun merasa dirinya lebih tinggi dibandingkan orang lain. Kehidupan di jalanan membentuk karakternya yang keras, sehingga ia bisa dengan mudah menyesuaikan keadaan di mana pun ia berada. Pedro mendelik, kesal karena Daniel mengonfrontasi dirinya dengan frontal. “Jangan mengganggu pekerjaanku. Sekarang pergilah, sebelum kehadiranmu membuat tamu lainnya sakit mata melihatnya.” Daniel tersenyum miring, ia sudah tak tahan lagi. Emosinya sudah mencapai level paling atas, siapa untuk meledak. “ALBERT!!!!” teriaknya lantang. Seketika suasana kafe yang tenang berubah. Semua tatapan pengunjung tertuju ke arahnya. Teriakannya berhasil menarik atensi tamu lainnya. Pedro memucat. Ia bermaksud memukuli Daniel karena telah membuat kehebohan. Keandra menghentikannya sebelum telapak tangan manajer barunya menyentuh wajah Daniel yang ia kenal sebagai sang pemilik kafe. “Ayo!” Daniel malah semakin memprovokasi Pedro. Sedangkan Keandra sekuat mungkin menahan tangan lelaki itu. “Ada apa?” Mendengar suara yang familier itu memanggilnya, Albert menghampiri bosnya. Daniel mengangkat dagu dengan angkuh, garis wajah aristokrat dan aura konglomerat terpancar darinya. “Tolong lemparkan laki-laki di hadapanku ini jauh dari pandanganku!” Albert yang tidak tahu permasalahannya merasa bingung mengapa tiba-tiba Daniel menyuruhnya mengusir manajer kafe yang baru kemarin ia rekrut. “Gantikan posisinya dengan pelayan ini.” Daniel justru menunjuk ke arah Keandra yang membulatkan mata, tak percaya. “Tuan ... “ Saat Albert memanggil pemuda yang baru ia usir dengan julukan ‘tuan’ seketika wajah Pedro memucat. Tubuhnya membeku layaknya patung yang baru dipahat oleh pematung. “Jadi?” Pikirannya semakin liar. Ia tak berani berspekulasi tentang nasibnya di masa depan. “Tuan Daniel, pemilik kafe. Bukankah aku pernah mengatakannya padamu di hari pertama wawancaramu dan aku sudah mendeskripsikan dirinya dengan baik?” Albert menjelaskan. Pedro terhuyung dan seketika tubuhnya melemas mendengarnya. Ia merasa hidupnya telah hancur berkeping-keping. “Maaf, sepertinya saya telah melakukan kesalahan.” Daniel mengangkat satu matanya dengan sikap merendahkan. “Apakah aku harus memaafkanmu, hah?” Jelas Daniel sedang tidak ingin berbaik hati hari ini. Tapi, mengingat harinya yang indah, Daniel memutuskan memberinya satu kesempatan. “Baiklah. Toh, kamu juga belum mengenalku. Jadi, Kuanggap apa yang kau lakukan padaku tak pernah terjadi.” Daniel tak mau ambil pusing mengurus masalah sepele karena ia sudah memiliki banyak beban di hidupnya. “Terimakasih, tuan Daniel. Terimakasih.” Pedro mengucap syukur atas kebaikan hari bosnya. “Oh, iya, siapa namamu?” Perhatian Daniel tertuju pada pelayan wanita yang membantunya saat itu. “Ke-Keandra, Tuan.” “Oke, Keandra. Mulai sekarang kau kuangkat menjadi manager menggantikan Pedro.” “Apa?” Wajah Pedro seketika memucat mendengar keputusan Daniel yang mutlak. “Tuan?” Daniel menoleh ke arahnya, “Aku memberimu kesempatan untuk tetap bekerja di sini, tapi bukan berarti posisimu akan tetap. Itu terserah padamu, kalau kau masih ingin bekerja, maka kau harus terima posisi pelayan untukmu. Dan kau Keandra, aku mengangkatmu menjadi manajer mulai hari ini.” Kontras dengan ekspresi Pedro yang berduka, Keandra justru melonjak kegirangan mendengar Daniel memberinya jabatan lebih. “Ada apa?” Albert yang tak mengerti permasalahannya terus mengikuti ke mana Daniel melangkah. Hingga akhirnya mereka tiba di meja favorit mereka yang berada di lantai atas pojok, dekat pintu darurat. “Sudahlah! Aku tidak mau membahasnya. Sekarang beritahu aku kenapa berita hilangnya diriku merebak?” Albert mendesah dalam. “Itu karena Nyonya Reinatta tidak mempercayai saya. Jika dalam waktu satu minggu Anda belum menemuinya, beliau akan melaporkan hilangnya Anda ke kepolisian dan menyuruh detektif mencari Anda.” “Apa?” Daniel kehilangan kata-kata. Jika neneknya sudah bertindak, Daniel tak bisa melakukan apapun kecuali menemui dirinya. Masalahnya adalah Daniel tak ingin membongkar penyamarannya sekarang, sedangkan neneknya punya banyak cara untuk mengungkapkan identitasnya sebagai pewaris dan cucu yang hilang itu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD