Pesta pernikahan yang digelar oleh kedua keluarga Besar Lewis dan Murray disebuah ball room hotel mewah di Miami, Amerika Serikat itu berjalan lancar tanpa satu kendala apapun. Adam Lewis sangat menikmati pesta pernikahannya, dengan sibuk bersenda gurau bersama para sahabat lama semasa ia masih menjadi seorang Mahasiwa di Boston, Amerika Serikat juga. Maka pertemuan mereka itu serasa seperti sebuah reuni kecil dadakan.
Pun demikian yang terjadi dengan Shirley Murray. Ia juga sibuk dengan kaum sosialita di Negara Adidaya tersebut. Mereka bercerita, tertawa lepas, saling mengejek dan menilai pasangan masing-masing, entah itu suami ataupun kekasih serta tak lupa pula setiap kali para pelayan dipesta itu lewat dengan menawarkan berbagai minuman racikan baru. Maka pada wanita modis dan berkelas tersebut akan dengan sangat senang hati mencoba, sampai-sampai mereka membuat sebuah permainan agar sebisa mungkin seluruh gelas diatas nampan sang pelayan, dihabiskan oleh salah satu dari mereka.
Sayangnya setiap kali permainan berlangsung? Entah mengapa Shirley selalu saja dikalahkan oleh teman-teman sosialitanya dan suka tidak suka? Ia harus meminum semua gelas yang berada diatas nampan. Awal-awal permainan, Shirley Murray terlihat sangat enjoy. Ia minum dan kembali ikut bermain, tanpa mau berhenti atau menolak sodoran gelas berisi wine racikan terbaru itu. Namun karena mungkin sudah terlalu banyak minuman yang masuk ke dalam perut dan permainan baru berjalan diputaran ketiga? Shirley sudah terlihat sedikit mabuk dengan wajah memerah dan tidak focus bermain. Hal tersebut lantas berakibat pada hilangnya konsentrasi Shirley dalam bermain dan membuat ia selalu kalah.
"Ayooo... Shirrleeyyy... Kau kalah lagi sekaranggg... Jadi habiskan minumannyaaa..." sorak Brigitta bertepuk tangan, "Atauuuu... Jangan-jangan kau ingin menerima hukuman yang lain? Hahahaha... Kau sudah sangat mabuk, Dear!" lanjut wanita itu lagi.
Brigitta berkata seperti itu untuk membuat para sosialita lain yang selama ini kagum pada Shirley, menjadi tak lagi suka, karena ia terkesan seperti pegantin memalukan akibat dari racauan tidak jelasnya sejak tadi. Tapi rupanya disana bukan hanya Brigitta yang benci dengan Shirley, tetapi ada beberapa sosialita yang diam-diam sejak dulu selalu sinis dan kini iri hati karena Shirley menikah dengan Adam Lewis, sang pemuda incaran mereka. Mereka pun menerima umpan dadakan yang dilemparkan oleh Brigitta, lalu dengan sengaja mempermalukan perempuan itu disana.
Mereka pun pada akhirnya mendengar mulut blak-blakan Shirley berkata jika pernikahannya dengan Adam terjadi atas dasar perjodohan kedua Ayah yang sudah lama berteman dan tentu saja kasak kusuk pun terjadi diantara para miss sosialita itu, dengan pembicaraan mencari hukuman lain untuk Nyonya Muda Lewis itu.
"Sudahlah, Brigitta. Biarkan saja dia berhenti minum dulu kali ini." sahut Rose ketika Brigitta hendak menyodrorkan satu gelas lagi ke mulut Shirley, "Tapiii... Hukumannya kita ganti saja dengan yang lain. Bagaimana? Kau setuju 'kan, Mrs. Lewis?" ujar Rose lagi disana.
Brigitta pun tersenyum kearah Rose dan sejurus kemudian? Ia berusaha mencari hukuman lain untuk Shirley dan melangkahkan kakinya untuk lebih dekat dengan isteri Adam Lewis itu. Namun karena Shirley sudah oleng dan berdiri pun hampir tidak bisa? Ia pun kini hanya bisa dipegangani oleh Cheryl Franz, sahabat karibnya. Dengan sedikit berbinar, tanpa tahu jika Brigitta dan rose sedang merencanakan hal buruk padanya. Shirley pun dengan kegirangan menjawab ocehan Brigitta tadi.
"Good idea, Rose! Well, katakan sekarang juga. Apa yang harus aku lakukan untuk mengganti hukuman ini, hemmm?"
Sementara Cheryl yang mencium aroma kelicikan disana? Dengan cepat pula berusaha untuk menghentikan semua bualan busuk Brigitta Stone dan Rose Patterwick.
"Berhentilah berpura-kita manis seperti itu, Brigitta! Jangan paksa Shirley untuk melakukan hal konyol yang ada dalam otak kotormu itu. Ayo, Shirley? Kita pergi dari sini. Mau sudah terlalu mabuk, Dear." hardik Cheryl membela Shirley.
Tapi karena Mrs. Lewis itu tak juga mengindahkan perkataan Cheryl dan lebih memilih ber-having fun dalam ruangan pesta tersebut, karena ia begitu frustasi atas pernikahan kilat tanpa cinta yang baru saja dialaminya, ditambah dengan perlakuan b***t Adam padanya. Maka dengan lantang Shirley menolak mentah-mentah ajakkan Cheryl untuk pergi ke kamar hotelnya, berganti dengan teriakan kasarnya disana.
"Aku tidak mau, Cherylll...! Aku ingin bersenang-senang. Aku muak harus menjadi anak penurut ataupun sahabat yang menuruti semua perkataanmu! Kau bilang aku akan bahagia bila menikah bila menikah dengan lelaki itu 'kan? Kenyataannya aku sama sekali tidak bisa melupakan St-- Hemmphh... Hemmphh..." lugas Shirley terhenti.
Cheryl yang tahu jika Shirley pasti akan mempermalukan dirinya lagi, pun dengan sangat cepat membekap mulut sahabat karibnya itu. Ia berbisik agar Shirley segera sadar dari ketololan yang ia buat, sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat resepsi tersebut dengan puncak kekesalannya.
"Well, Cheryl sudah pergi sekarang. Apa yang mau inginkan dariku sekarang, Brigitta Stone? Jangan mau kira sejak tadi aku tak tahu permainan gilamu! Katakan kau ingin aku melakukan apa dan berhentilah berpikir buruk tentang aku! Aku tidak sama denganmu yang haus uang dan ketenaran, sekaligus manusia bodoh yang selalu bertindak ceroboh dengan menjual 'lubang' ke semua pria!"
"Shirley, kau--"
"Apa, hah? Kau kira yang ku katakan salah? Hai, teman-temanku yang cantik? Menurut kalian bagaimana seorang Brigitta Stone itu, hemmm?" tanya Shirley pada beberapa sosialita kenalannya, "katakan apa yang kau inginkan dan enyahlah dari hadapanku!" teriak Shirley berapi-api.
Wajah Brigitta Stone begitu memerah menahan rasa malu yang tiba-tiba datang mendera, akibat dipermalukan oleh Shirley Murray dihadapan mata semua teman sosialitanya. Ia lantas berpikir cepat tentang perkataan Nyonya Muda Murray yang baru itu, mengenai asal muasal pernikahan kedua pasangan tersebut. Maka sepersekian detik kemudian keluarlah sebuah ide jahat dalam otak Brigitta Stone untuk mengerjai Shirley Murray yang menurutnya sangat menyebalkan dan selalu membuatnya malu setengah mati, sejak dulu.
"Baiklah jika memang itu maumu. Bisakah sekarang kau berikan kami tontonan manis dengan ber-french kiss ria bersama suamimu, Dear. Gampang 'kan? Bukannya saat pemberkatan kalian di gereja kau dan Adam sudah melakukannya?" ujar Brigitta tersenyum sinis, "Aku tidak melihat adegan itu, karena aku datang terlambat tadi. Hem... Sayang sekali, padahal aku ingin melihatnya. Well, bisa 'kan kalian memberiku tontonan itu sekali lagi?" tambahnya tersenyum dusta.
Damn it...! Betapa terkejutnya Shirley Murray mendengar ucapan wanita paling ia benci sejak masih duduk dibangku Senior High School itu, ia sama sekali tidak menyangka, bila ternyata ia begitu salah dalam menilai Brigitta Stone. Ia pikir wanita itu sudah berubah setelah sekian tahun tak berjumpa akibat Brigitta yang menjalani penempatan Dokternya di jazira arab, ternyata wanita itu bukan hanya licik tapi juga sangat berbahaya untuk di dekati lagi. Maka demi apapun juga dan demi menanggung rasa malu akibat dari ocehannya yang menantang Brigitta tadi? Shirley Murray pun dengan serta merta melangkah cepat, membawa tingkat kepercayaan diri yang ia kumpulkan secara mendadak. Kakinya terus berjalan mendekat ke arah kerumunan pria dimana salah satu diantara mereka, berdiri sosok Adam Reinhard Lewis yang sibuk memilih isi gelas wine mana yang akan ia cicipi. Lalu tak lama kemudian?
'PRAANKKK...'
Nampan besi berserta gelas berisi gelas-gelas wine tadi, ternyata sudah pecah berhamburan akibat terjatuh ke lantai dan seketika menjadi serpihan beling-beling kecil disana. Terang saja semua pasang mata yang berada dekat dari tempat itu memperhatikan kejadian tersebut dengan tanda tanya besar. Sedang Adam Reinhard Lewis? Jangan ditanya lagi seperti apa ia kini. Rahangnya mengeras seketika. Dengan pandangan mata biru laut yang sangat menusuk, seolah meminta penjelasan. Mengapa sampai Shirley Murray Lewis yang sudah menjadi Isterinya ini begitu berani mempermalukan dirinya di depan umum.
Alih-alih menjelaskan duduk persoalannya. Shirley malah melangkah cepat, mendekat ke arah tubuh tegap Adam dan 'Huuppp...'. Terjadilah sebuah kejadian menarik antara kedua manusia yang baru saja mengucap janji suci pernikahan itu.

Shirley mencium bibir kenyal Adam dengan lembut dan mengalungkan kedua lengannya di pinggang sang Suami, sedang Adam yang reflek dan tak tahu harus bagaimana? Pun hanya bisa menangkupkan kedua telapak tangan kokohnya diwajah cantik Shirley Murray Lewis. Maka begitulah selanjutnya, sorak tepuk tangan riuh menggema dari setiap penjuru dalam ballroom hotel mewah tersebut, ketika melihat adegan manis antara dua anak manusia itu. Mereka berdecak kagum pada pasangan yang menurut mereka sangat serasi. Dengan mengucapkan beberapa kalimat pengharapan, agar mereka dapat segera diberikan keturunan. Sebab awalnya setiap tamu di pesta tersebut mengira Adam dan Shirley hanya melakukan kecupan biasa, dengan menghabiskan waktu sekitar beberapa detik saja. Namun rupanya sudah hampir sekitar tiga menit berlalu? Adam seolah enggan melepaskan lumatannya dan telapak tangan yang tak jua beranjak dari rahang cantik Shirley. Ia mencumbu habis-habisan bibir itu, seolah tak ada hari esok untuk bisa melakukannya lagi.
"Drama apa yang sedang mau mainkan ini, Wives. Kau ingin mempermalukan dirimu agar kau terlihat seperti jalang di depan banyak orang? Kau kira dengan lebih dahulu menciumku seperti tadi akan membuat aku segera menceraikanmu? Atau kau berusaha membuat ku jatuh cinta padamu? Hahaha... Kau salah, Shirley! Akan aku ikuti permaianmu sekarang. Aku tak akan pernah bisa jatuh cinta pada perempuan sepertimu. Jadi silahkan bermimpilah setinggi langit. Lagi pula ini adalah pelajaran bagus untukmu. Agar lain kali kau sudah tak salah lagi mengigit lidahku seperti apa yang kau lakukan saat kita pertama kali melakukannya." batin Adam disela kegiatan panasnya itu.
Setelah Adam selesai berkata-kata dalam hati, Adam lantas dengan cepat menggendong tubuh sempurna Shirley ala Bridal Style. Melangkahkan kakinya dengan cepat diatas karpet merah nan panjang, menuju ke lift dalam hotel mewah tersebut, tanpa sedikit pun berniat melepaskan ciuman panas mereka.
"Hemphtt... Ad..dam... Hemphtt..."
Shirley yang lebih dulu sadar setelah asyik terhanyut dalam french kiss itu, ternyata sangat ingin melepaskan pagutan bibir Adam, karena memang ia kini tengah sedikit sesak nafas dan merasa hampir mati akibat dari lamanya ciuman tersebut. Adam yang merasakan hal yang sama. Lantas pelan-pelan mendorong Shirley ke dinding dan melepaskan bibirnya dari bibir sang Isteri, namun ia masih menempelkan kening datarnya di kening Shirley.
Ia lantas mulai menghirup udara dengan rakus agar masuk ke dalam paru-parunya sembari masih menatap kedua manik mata hazel Shirley yang juga balik menatapnya dengan tatapan teduh. Perlahan nafasnya mulai menstabilkan berhembu dan sebaris rasa penasarannya pun kembali Adam lontarkan disana.
"Apa yang kau inginkan, Wives? Kau ingin bermain-main denganku?" tuduhnya membuat Shirley sontak melebarkan pandangannya, "Aku tidak punya waktu untuk ikut dalam drama yang kau ciptakan, Ingat itu! Jadi jangan coba membuatku jatuh cinta padamu! Karena itu tidak akan pernah terjadi. Jangan bermimpi aku akan memberikan hatiku pada orang lain selain Angel, meski kita sudah sama-sama melakukannya," ancam Adam.
"Kau jangan terlalu percaya di--"
"No! Aku serius, Wives. Bersikaplah angun selayaknya Nyonya Lewis! Jangan menjadi jalang murahan dengan sering menyegajakan dirimu melakukan hal seperti tadi, terlebih lagi di depan banyak orang! Kau pahammm... BRAKKK...?"
Adam berkata dengan mimik wajah datar, namun dari sorotan matanya? Shirley dapat melihat bahwa lelaki itu sangat berkabut gairah meski dari bahasa tubuhnya, Adam terlihat begitu emosional hingga harus memukul kasar dinding lift tersebut, lantas karena Shirley yang sudah dibawah pengaruh alkohol itu sekali lagi merasa tercubit? Maka ia pun lebih dahulu mencekal tangan Adam yang hendak menyentuh panel lift ditembok. Wanita itu Menghempaskannya dengan kasar lalu tanpa Adam duga?
'KREEEKKKK...'
Shirley sudah merobek lengan kiri gaun pesta yang ia kenakan. Kemudian melepaskan kain itu dari tubuhnya.
"Kau pikir aku juga suka melakukan hal itu jika bukan karena aku kalah bertaruh dengan temanku, hah? Kau pikir aku adalah jalang murahan seperti Angel yang mengandung anak dari lelaki lain?!" sengit Shirley begitu bergetar, "Jika memang seperti itu? Mengapa kau menyentuhku kemarin, hah? Kau memperkosa aku, Adam! Kau yang menodai diriku lebih dulu! Hiksss... Hiksss..." tangis Shirley disela ucapannya.
Adam tertegun dan beringsut melepaskan jas yang ia kenakan. Tak tahan matanya melihat d**a Shirley yang terbuka dan menampilkan sedikit gundukan daging itu. Namun sayang sang Isteri malah kembali menepis tangan Adam hingga jas itu terjatuh ke lantai lift.
"Aku muak dengan pernikahan ini! Aku benci melihat kau dengan seenaknya bertingkah seolah aku adalah sampah, Adam! Kau menciumku dengan lembut, menyentuh tubuhku lebih dulu, lantas dengan gilanya kau mengatai aku jalang! Yang gila itu aku atau kau sebenarnya, hah?! Kreekkhh..." teriak Shirley lalu merobek pakaian bahu sebelahnya lagi.
Penutup bagian atas tubuh Shirley, kini juga ikut terlepas dan gaun itu pun melorot hingga ke jatuh ke bawah mengenai kaki Shirley. Maka ketika tubuh cantik Shirley Murray sudah hampir polos. Dengan hanya menyisakan sepotong kain kecil menutup dibagian pangkal pahanya dan tangan wanita itu juga sudah bersiap ingin membuka kain penutup terakhirnya? Adam Reinhard Lewis pun segera menarik cepat tubuh tersebut dan membawanya ke dinding lift. Ia kembali melumat habis bibir Shirley, menyentuh gundukan daging kenyal dibagian d**a Shirley yang sudah terekspose tanpa pelindung mengunakan satu tangannya dan dengan tangan yang lain? Adam memegangi kedua pergelangan tangan Shirley agar terangkat ke atas, layaknya seorang serdadu belanda yang menyerah kalah pada Tentara Nasional Indonesia.
"Shirrleeyyy... Shhittt... Kenapa juniorku bisa bereaksi seperti ini? Apa karena rasa sesak dan sempit yang kemarin hampir membuatku meledak? Brengsekkk... Ini mengingatkanku pada saat aku pertama kali menyentuh Angel. Tapi Shirley begitu nikmat, bahkan sejak kemarin, bibirnya terasa sangat pas berpagut dengan bibirku. Hanya lelaki t***l yang akan membiarkan kesempatan tidur dengan perawan lewat begitu saja, bukan? Jadi jangan salahkan aku jika aku memasukinya kemarin. Diam saat berciuman adalah bukti jika dia tak pernah bersentuhan dengan lelaki manapun dan yah... Anggaplah ini bagian dari permainan pertamaku menghancurkan clan Goulding dan Armstrong. Hahahaha... Oughhh... Kauuu... begituuu... nikmattt... Wivesss... Achhh... Haruskah kita melakukan short time di tempat ini? Nooo... Nooo... Kita sudah menikah, Wives. Harusku akui kau bukan jalang seperti siapapun wanita yang biasa aku tiduri. Maafkan aku, Wives. Jadi sekarang kita harus menuju ke kamar dan bantu aku menuntaskan milikku yang mengeras." batin Adam terus melumat bibir Shirley.
Adam lantas mengambil jasnya yang tergeletak dilantai, menutupi tubuh polos Shirley dan langsung mengendong wanita yang sudah menjadi Isterinya itu keluar dari lift menuju ke kamar, tempat mereka menginap malam ini, dengan masih saja berjalan sembari saling menempelkan bibir.
"Apa yang aku lakukan ini, Hubby? Haruskah aku memberikannya tubuhku lagi? Oouugghhh... Dia sangat liar dan menegangkan, Baiklahhh... Nikmati saja ini, Lil' Duck. Anggap saja ini adalah pelajaran keduamu setelah kemarin. Menunggu Steve melepaskan Pricile adalah sesuatu yang mustahil, bukan? Sooo... Let's get your Big O, Lil' Duck. Don't wanna be nerd girl anymore. Uummhhh... Cuuuppp... Eeghhh..."