Pengendalian Diri.

1344 Words
Esok hari datang bagaikan mimpi. Setidaknya itulah yang Axton rasakan pagi ini saat seluruh sel-sel tubuhnya merasakan kesenangan. Dia puas, keegoisan laki-lakinya menjerit senang. Kesegaran membangkitkan perasaan bahagia sebagai langkah awal menyambut hari dengan perasaan baik. Mungkin hari ini dia akan lebih murah hati sehingga menjadi lebih lembut. Mungkin juga dia tidak akan memukul Paris dengan keras saat berlatih. Atau bisa saja dia tidak akan menyiksa Paris dengan ingatan ilusi yang mengerikan. Itu semua berkat Vetri dan tubuhnya yang nikmat. Endus. Endus. Akan tetapi ia tersentak kala indra penciumannya merasakan aroma asin yang berasal dari air mata. Axton mencari sumber air mata itu dan menemukan jika air mata itu berasal dari Vetri yang tertidur. Deg. Axton belum pernah melihat Vetri menangis sebelumnya. Punggungnya mendingin oleh ketakutan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. ''Mengapa Vetri menangis?" Jawaban dari pertanyaan itu menghantui Axton dengan rasa takut. Kebingungan menjalari pikiran Axton. Vetri yang menangis dalam tidur membuat Axton berpikir dan merasakan sebuah pukulan keras pada otaknya kala sebuah kesadaran membawanya ke dalam sebuah pemikiran yang tak pernah terbesit di otaknya. Jl "Apakah Vetri menginginkan bercinta denganku? Apakah ini yang Vetri inginkan?" Yah, Axton tidak pernah bertanya apakah Vetri menginginkan bercinta dengannya atau tidak. Dia juga tidak pernah bertanya apakah ia baik-baik saja dengan hubungan yang berbasic hubungan ranjang. Axton mengingat-ingat kembali bagaimana awal semua percintaan ini di mulai. Kala itu---saat ia marah, Vetri datang dan menyuruhnya melakukan yang Axton inginkan setelah ia mengatakan ingin menudurinya. Itu saja, tidak lebih. Vetri tidak pernah mengatakan penyerahannya terhadap Axton adalah keinginannya melayani kebutuhan seksual. Pemikiran-pemikiran tentang betapa egoisnya dirinya terhadap Vetri mulai menelusupi Axton dengan rasa bersalah. Lalu sebuah kenyataan kejam baru saja hadir di otaknya mengingat perlakuannya pada Vetri. Wanita simpanan. Axton tersentak karena dengan pemikiran masa lalunya yang menganggap Vetri sama seperti shewolf lain. Dia berpikir jika Vetri adalah wanita yang bisa melakukan kegiatan seksual sesuai naluri sambil menunggu mate-nya hadir, lebih tepatnya tidak pernah tiba---sama seperti shewolf di sekitarnya. Jadi Axton merasa pasti tidak masalah Vetri melayaninya karena mate nya sudah me -reject nya. "Mengapa aku bisa berpikir demikian?" Namun pemikiran egois tidak ingin membuatnya mengalah. Axton tidak mau perduli bagaimana perasaan Vetri. Gadis itu miliknya. Meski dia tidak mau melayaninya, dia harus mendapatkannya. Axton mengusap wajahnya dua kali untuk menenangkan wajahnya yang tampak frustasi. Dia bahkan ingat jika menyebut Vetri adalah wanitanya, bukan kekasihnya. Sesuatu yang mengisyaratkan jika Vetri hanya alat pemuas nafsu Axton selama ini. Jadi secara tidak langsung ia memproklamirkan jika Vetri adalah jalangnya. "Sialan bagaimana aku bisa berpikir sebodoh itu, aku tidak pernah menganggap mu demikian. " Jari-jari Axton membelai surai pirang keperakan Vetri. Mencium aroma lezat yang mampu menggantikan aroma jasmine milik Sandra dulu. Lalu menatap sayang pada gadis di dekapannya. "Vetri, kau sangat berharga. " Sekali lagi Axton terkejut dengan ide yang memang dari dulu dia tau tapi tak pernah ia ambil pusing. Perasaan yang ia abaikan hingga bertindak tanpa memperdulikan perasaan Vetri. "Apakah kau menangis karena hal itu?" bisik lembut Axton pada Vetri yang terlelap. "Aku bahkan ingin membahagiakan dirimu dengan seluruh kemewahan di dunia warewolf. " "Kau tau benar jika aku memujamu. Aku akan membuktikannya padamu." Axton tau jika hatinya ingin membahagiakan Vetri. Sejak kehadirannya, Axton sadar jika dunianya terpusat pada gadis itu. Setiap nafas yang ia lepaskan dan ia hirup hanya untuk memuja Vetri. Namun ia juga tau jika selama inj tidak ada yang ia berikan pada Vetri selain perlindungan dari warewolf di luar sana, dan juga makanan. Itu saja. Tidak lebih. "Mengapa aku bisa sebodoh ini. " Tangan Axton menelusup ke pinggang Vetri untuk menariknya ke dalam dekapan d**a bidangnya lebih erat lagi. "Kau sangat bearti Vetri. Yakinlah itu. " Vetri yang terlelap di pelukan Axton secara ajaib menjadi lebih tenang. Dia merasakan sebuah perasaan nyaman dan hangat di dadanya. Senyum pun terlukis pada bibir di wajah yang tertidur. Axton hanya mampu mengeratkan pelukannya. Matahari terbit tidak lama kemudian. Axton memeluk Vetri sambil menunggu matahari terbit tidak ada salahnya. Vetri Pov. "Ngh... " Sepertinya ada yang salah dengan hari ini. Aku mengernyit karena merasa terbangun di tempat yang asing. Lebih tepatnya nuansa yang asing. Padahal aku seharusnya bangun di kamar Axton yang tanpa sentuhan feminim seperti ini. Tidak berlebihan mengatakan jika saat ini aku mengatakan demikian. Lihatlah semua bunga berwarna warni yang terletak dan dijajar rapi di kamar. Bukankah ini sambutan yang menyenangkan di pagi hari. "Woah. " "Hanya woah? " Bibi Seila dan Viona datang membuka gorden dan tersenyum. Dia juga membawa mangkuk berisi air hangat untuk cuci muka. Namun aku tau butuh lebih dari cuci muka untuk membersihkan tubuhku yang dijarah habis-habisan oleh Axton. "Apa Axton yang melakukannya? " tanyaku penasaran. Jika iya maka itu adalah suatu kejutan. "Tebakan yang bagus, tadi pagi dia menyuruh kami menyiapkan segala macam bunga dan menatanya di kamar. Kurasa dia sudah menyadari perasaannya padamu." Viona melirik menggoda padaku. Membuatku tertunduk malu. "Dia sangat mencintamu, " goda bibi Seila. "Tidak, bibi Seila. Bagaimanapun aku hanyalah paint killernya. " "Tidak, Nak. Tidak. Axton mulai mengatakan pada setiap orang yang ia temui jika tidak boleh membangunkan kekasihnya. Keceriaan yang dia tunjukkan sama seperti menemukan nyonya Sandra dahulu. Aku sangat mengenal ketua. " "Tetap saja aku hanya seorang pengganti. " Aku berkata dengan sendu. Itu adalah fakta yang harus aku terima. "Sayang, Moon goddes memang tidak mengikatmu dengan Axton. Tapi kalian berdua sama-sama tidak memiliki mate, jadi tidak ada salahnya jika kalian bersatu. Memang hukum di alam warewolf, kita hanya memiliki satu mate, tapi aku tidak percaya Moon goddes menyiksa kita untuk menyendiri seumur hidup. " Aku terdiam. Sejujurnya aku juga tidak percaya dengan hubungan sakral soulmate. Jika hubungan itu memang ada, mengapa aku bisa di tolak semudah itu oleh Paris? Selain itu, Paris juga memiliki dua mate. Sangat menyebalkan. Jadi, di mana eksistensi hubungan satu mate seumur hidup itu. "Kita bisa memikirkan itu nanti, saat ini aku lebih membutuhkan mandi untuk mengusir bau dan lelah. " "Ohoho tentu saja. " Vetria Pov End. Normal Pov. Kastil barat. Latihan keras Paris tidak berkurang sedikit pun. Dia menghabiskan tenaganya menelusuri energi yang tersembunyi di sel-sel tubuhnya dan mengeluarkan dalam bentuk mana. Duagh. Hosh. Hosh. "Pertahankan itu Paris. " Paris sama sekali tidak menyerang Axton dan itu adalah kabar baik. Axton merasa Paris lebih bertekad dari kemarin, juga lebih baik dalam mengendalikan monster di dirinya. "Ggrrr, hosh, hosh. " Deru nafas Paris sekaligus geramannya bersautan sebagai pertanda jika ada dua jiwa yang sedang berperang di dalamnya. Axton merasakan jika tekad kuat Paris berusaha menguasai kemarahan dari makhluk yang berkali-kali muncul ketika ia sedang meledak. "Ughh..." Paris putus asa karena menahan dirinya tidak lepas kendali begitu berat. "Grehh... '' Sreeer, wush... Hembusan angin bertiup dengan membawa kesegaran tersendiri. Aroma pohon, bunga dan tanah yang menyatu mulai menenangkan jiwa Paris yang hendak lepas kendali. Lalu secara ajaib dia tidak lagi merasakan marah. "Rasakan semua kekuatan itu Paris. Rasakan dari mana asal energi di tubuhmu itu. " Grrrh. Hah, hah. Akan tetapi, ketika aroma itu menghilang---Paris kesulitan melakukan apa yang di perintahkan Axton. Sebab ketika ia sedang berusaha menyelami kekuatan itu, amarahnya mulai menyala-nyala dan membuat pandangannya gelap. Jika itu terus berlanjut artinya ia gagal mengendalikan kekuatan itu sekaligus lepas kontrol. Maka bangun usai dipukul oleh Axton adalah hadiah kegagalannya. Serrr. Hembunsan angin kembali bertiup. Kali ini Paris di suguhkan aroma bunga Sakura yang manis dan penuh aroma feromon. Sesuai dugaan, jiwa Paris yang gelap dan marah menjadi tenang kembali, dan itu dimanfaatkan oleh Paris untuk menyelami asal kekuatan amarah itu. Sayangnya... Paris pingsan karena kelelahan jiwanya. Axton menyesali kejadian ini. Padahal butuh waktu beberapa detik lagi agar Paris berhasil menguasai energi hebat itu. "Kau memiliki keberuntungan yang buruk, Paris. " "Dia pasti dikutuk. " Clay datang membopong tubuh Paris. "Mengingat reputasi playboy-nya, jelas ia pasti dikutuk. " Peter menyauti pendapat Clay. Clay, Smith dan Peter kemudian duduk dan duduk di dekat kursi di mana Paris pingsan. Axton kembali muram. "Aku tidak memiliki waktu untuk ini. Kalian urus Paris dan aku akan kembali kepada kekasihku. " "Baik, Ketua. " "Bagus." Ada banyak rencana di otak Axton, dan semua berkaitan dengan Vetri. Dia ingin membahagiakan kekasih yang ia cintai. Dan untuk urusan Paris, itu bisa di tunda. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD