Bab 1

1548 Words
Aurora melangkahkan kakinya dengan pelan menuju ke arah gerbang sekolahnya. Pelajaran sudah berakhir sejak beberapa menit yang lalu tapi Aurora masih harus menemui guru pembimbing yang akan memberikan jam tambahan kepadanya karena beberapa minggu lagi Aurora akan mengikuti perlombaan tingkat nasional. “Aurora? Jadi kau yang akan mewakili sekolah kita?” Tanya Bella, salah satu teman seangkatan Aurora. Aurora menatap Bella sekilas lalu memutuskan untuk bergabung dengannya karena sepertinya Aurora juga belum dijemput oleh ayahnya. “Sepertinya itu. Tadi Miss Anistton memanggilku untuk menjadwalkan bimbingan yang akan kami lakukan” Jawab Aurora sambil tersenyum. Jujur saja ini bukan hal yang baru untuk Aurora. Dia sudah terbiasa menghadapi bimbingan di luar jam pelajaran. Sebenarnya Aurora sama sekali tidak membutuhkan bimbingan semacam itu karena sebagian besar pelajaran yang diberikan saat bimbingan sudah Aurora kuasai sejak beberapa tahun yang lalu. Ya, tapi tentu saja Aurora tidak ingin disebut sebagai anak yang sombong. Aurora akan tetap mengikuti bimbingan itu dengan harapan jika gurunya akan memberikan ilmu baru yang mungkin saja masih belum Aurora kuasai. Begitulah.. “Tentu saja mereka akan selalu memilihmu. Aurora, apakah kau membayar sekolah agar hanya namamu saja yang menjadi perwakilan setiap kali ada perlombaan besar seperti ini..” Kata Bella. Aurora sudah tidak terkejut lagi ketika dia mendengar apa yang Bella katakan. Ya, temannya yang satu ini memang sangat sering mengatakan sesuatu yang tidak jelas. “Baiklah, aku akan pulang karena ayahku sudah datang” Kata Aurora ketika dia melihat mobil ayahnya baru saja masuk ke dalam halaman sekolah. Untunglah ayahnya datang ketika di yang sangat tepat. Aurora sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran Bella yang sering kali mengatakan sesuatu yang tidak pantas. Temannya yang satu itu mamang suka mengejek Aurora hanya karena mereka sering menjadi rival ketika seleksi perlombaan. “Sama seperti biasanya, kau akan langsung menghindar ketika aku mengatakan kebenaran. Aurora, kapan kau akan mengakui jika Dalton bukan ayah kandungmu? Aku dengar dia adalah ayah angkatmu..” Kata Bella sekali lagi. Aurora langsung menolehkan kepalanya dan menatap Bella dengan pandangan tidak suka. Apa yang dikatakan oleh perempuan itu? Untuk apa dia mengatakan semua ini di depan banyak teman-temannya? Jujur saja Dalton memang bukan ayah kandungnya, tapi apa masalahnya? Sekalipun bukan ayah kandung, Dalton adalah pria yang selalu ada di saat Aurora membutuhkannya setelah perceraian orang tua kandungnya. Astaga, semua ini sangat berlebihan. “Bella, jangan mengatakan itu lagi pada Aurora. Memangnya kenapa jika dia memiliki ayah tiri? Aku dengar ibumu juga akan menikah lagi, bukan?” Ketika Aurora akan membalas ucapan Bella, tiba-tiba Victor datang dan langsung menyerang Bella. Victor adalah kekasih Aurora yang sudah satu bulan ini resmi berkencan. Aurora sama sekali tidak menduga jika Victor akan datang ke sini ketika pria itu sudah lulus satu tahun yang lalu. “Apa-apaan ini? Kenapa kau ikut campur Victor? Aku akan mengadukan dirimu kepada Kakakku karena kau telah menggangguku..” Kata Bella sambil menatap Victor dengan marah. Yang Aurora tahu, Victor adalah teman dekat kakaknya Bella. Ya, begitulah.. oleh sebab itu Victor juga mengenal Bella. “Well, adukan saja padanya. Kita lihat siapa yang akan dipercayai oleh Kakakmu itu..” Kata Victor sambil merangkul bahu Aurora dan mengajaknya untuk segera meninggalkan Bella dan teman-temannya yang tampaknya menjadikan drama ini sebagai tontonan mereka. “Victor, kenapa mengatakan sesuatu yang tidak baik pada Bella? Bukankah kau teman kakaknya? Bagaimana jika kalian bertengkar nantinya?” Tanya Aurora ketika mereka sudah sedikit lebih jauh dari Bella dan teman-temannya. Victor tertawa pelan ketika mendengar kalimat yang dikatakan oleh Aurora seakan pria itu sama sekali tidak takut. “Tenang saja, Kakaknya jauh lebih percaya padaku dibandingkan kepadanya. Bella memang sedang ada masalah dengan ibunya karena dia tidak menyukai keputusan ibunya untuk menikah lagi. Jika kau diganggu oleh Bella, jangan diam saja. Lawan saja dia..” Kata Victor dengan tenang. Aurora merenungkan apa yang dikatakan oleh Victor. Sejujurnya Aurora sudah pernah merasakan apa yang saat ini sedang dihadapi oleh Bella. Bertahun-tahun yang lalu Aurora juga merasa ketakutan ketika ibunya memutuskan untuk menikah lagi dengan Dalton. Ya, Aurora pikir dia akan mendapatkan seorang ayah tiri yang jahat dan membenci dirinya. Tapi ternyata tidak demikian, Dalton adalah pria yang sangat baik. Dia memperlakukan Aurora seperti putrinya sendiri sekalipun pria itu sebenarnya tidak memiliki anak. Apakah Aurora memang harus berbicara dengan Bella dan mengatakan kepadanya jika memiliki ayah tiri tidak seburuk yang dia kira? “Aurora, jangan berpikir untuk berbicara pada Bella. Dia itu sangat arogan. Kalau bisa jangan berteman lagi dengannya” Seakan tahu apa yang sedang ada di dalam pikiran Aurora, Victor berkata demikian. Astaga, bagaimana mungkin Victor membaca pikirannya dengan sangat tepat? “Aku hanya merasa prihatin dengannya. Aku pernah ada di posisi itu beberapa tahun yang lalu. Saat itu aku juga merasa ketakutan seperti yang dirasakan oleh Bella” Kata Aurora dengan pelan. “Sudahlah, jangan membahas dirinya. Oh iya, apakah kau sudah dijemput, Aurora?” Tanya Victor ketika mereka sampai di parkiran mobil. Aurora menganggukkan kepalanya karena dia yakin jika ayahnya memang sudah datang ke sekolah ini. Tadi Aurora melihat mobilnya melewati gerbang sekolah. “Ayahku sudah datang. Aku sudah dijemput” Kata Aurora dengan santai. Tepat ketika Aurora memberikan jawaban itu kepada Victor, ayahnya keluar dari mobil dan langsung merentangkan tangannya seakan pria itu meminta Aurora untuk memeluk dirinya. Aurora tersenyum lalu melepaskan genggaman tangannya kepada Victor dan segera berlari mendekati ayahnya. Ya, begitulah Dalton. Dia memang sangat menyayangi Aurora. “Bagaimana harimu, princess? Daddy mendengar jika kamu kembali terpilih untuk mewakili sekolah ke perlombaan besar. Apakah itu benar?” Tanya Dalton. Aurora menganggukkan kepalanya dengan antusias. Astaga, dari mana ayahnya tahu jika Aurora akan mewakili sekolahnya? Aurora sama sekali belum menceritakan apapun kepada orang tuanya. “Daddy sangat bangga padamu. Oh iya, siapa pemuda ini?” Tanya ayahnya sambil menatap Victor yang berdiri di belakang Aurora. Astaga, bagaimana mungkin Aurora lupa jika dia datang bersama dengan Victor. Oh Tuhan, matilah dirinya. Selama satu bulan berkencan dengan Victor, Aurora sama sekali belum pernah menceritakan apapun kepada orang tuanya. “Selamat sore, Sir” Sapa Victor sambil tersenyum. “Ah, selamat sore, Nak. Apakah kamu temannya Aurora? Dia sepertinya tidak pernah bercerita jika dia memiliki teman pria” Kata Dalton sambil menyipitkan matanya dan menatap Aurora seakan dia ingin menggoda. Aurora menundukkan kepalanya untuk menahan rasa malu yang tiba-tiba menguasai dirinya. Ya ampun, apa yang harus Aurora katakan sekarang? “Sepertinya Aurora memang belum ingin menceritakan apapun tentangku” Kata Victor sambil tersenyum dan menatap Aurora. Dalton tertawa pelan seakan ayahnya itu mengerti akan apa yang terjadi diantara Aurora dan juga Victor. Pria itu mendekap Aurora lalu mengecup puncak kepalanya. “Baiklah, Daddy akan masuk ke dalam mobil. Segeralah masuk ketika kamu sudah selesai berbicara dengan tuan muda ini, Aurora..” Kata ayahnya sambil tersenyum. “Daddy..” Aurora tersenyum malu ketika melihat ayahnya masuk ke dalam mobil. “Segeralah pulang dan istirahat, Aurora. Ini hari yang melelahkan, bukan?” kata Victor sambil tersenyum. “Aku memang belum mengatakan apapun kepada orang tuaku. Aku harap kau tidak salah paham, Victor” Kata Aurora sambil menatap Victor dengan pandangan bersalah. “Aku mengerti, Aurora. Ini yang pertama bagimu. Pasti rasanya sangat sulit untuk mengatakan hubungan kita kepada orang tuamu. Sudahlah, cepatlah pulang dan ceritakan segalanya pada orangtuamu..” Kata Victor sambil tersenyum. Aurora menganggukkan kepalanya dan segera masuk ke dalam mobil ayahnya. Baiklah, mungkin ini memang saat yang tepat untuk mengatakan semuanya kepada orang tuanya. Aurora juga tidak tahan jika dia terus menyembunyikan kebenaran ini selama satu bulan. “Aurora.. ternyata kamu sudah besar sekarang. Rasanya baru kemarin Daddy mengikat rambutmu setiap kali mommy-mu tidak sempat mengurusmu..” Kata Ayahnya sambil tersenyum. Aurora menundukkan kepalanya dan mengingat memori beberapa tahun yang lalu. Ada banyak hal-hal kecil yang membuat Aurora jadi dekat dengan ayah tirinya. Salah satunya adalah perhatian yang selalu pria itu berikan kepada Aurora. Dalton adalah pria yang menikahi ibunya, tapi lebih dari itu, Dalton juga menganggap Aurora seperti putrinya sendiri. Pria itu bahkan tidak menginginkan anak karena dia tidak ingin Aurora merasa tidak nyaman jika harus memiliki saudara tiri. Ah, sebenarnya tidak demikian. Aurora pasti akan menerima semua keputusan orang tuanya karena mereka memang sudah menikah. “Daddy selalu bersikap baik padaku.. aku tidak percaya jika ada temanku yang menolak keputusan orang tuanya yang ingin menikah lagi. Dia tidak tahu jika memiliki ayah tiri adalah hal yang menyenangkan..” Kata Aurora dengan pelan. Jujur saja saat ini Aurora masih memikirkan apa yang terjadi pada Bella. Aurora merasa prihatin pada temannya itu. Sekalipun Bella memang sering bersikap kurang baik, Aurora tetap saja menganggap Bella sebagai temannya. “Apa? Kenapa malah membicarakan hal itu? Bukankah kita sedang berbicara mengenai teman priamu itu?” Tanya ayahnya sambil tersenyum. “Daddy, apakah dulu Daddy pernah membenciku? Jujur saja aku dulu pernah membenci Daddy” Kata Aurora dengan pelan. Dalton tampak mengernyitkan dahinya ketika dia mendengar kalimat yang dikatakan oleh Aurora. “Apakah kita memang harus membicarakan tentang hal itu?” Tanya Ayahnya. “Entahlah..” “Jangan terlalu peduli dengan orang lain. Mereka tidak akan mempedulikanmu hanya karena kamu peduli pada mereka. Aurora, sudahlah.. sekarang ceritakan tentang pemuda tadi. Daddy  hari tahu siapa orang yang menjadi kekasihmu..” Aurora menghembuskan napasnya dengan pelan lalu tersenyum samar. Ya, mungkin memang benar jika seharusnya Aurora tidak terlalu peduli akan keadaan Bella. Ah, Aurora memang sangat beruntung karena ibunya menikah dengan pria yang tepat.               
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD