Manhattan, New York (US)
Aurora menatap langit yang tampak akan menurunkan hujan dalam waktu dekat. Kata Victor, sebaiknya tidak ada hujan yang turun di saat seperti ini karena kemungkinan besar ledakan dan gempa yang terjadi siang ini disebabkan oleh kerusakan pembangkit listrik dengan tenaga nuklir atau mungkin juga jatuhnya bom di sekitar New York. Aurora merasa jika kemungkinan pertama yang lebih masuk akal.
Selama hampir 8 jam Aurora duduk di dalam kamar hotel tanpa melakukan apapun, tiba-tiba seorang pegawai hotel mengetuk pintu dan mengirimkan makanan serta selimut tambahan karena menurut laporan beberapa orang, suhu udara malam ini semakin dingin.
“Aku ingin bertanya.. apakah masih belum ada yang bisa menggunakan ponsel?”
Lampu hotel telah berhasil menyala meskipun listrik masih belum sepenuhnya diperbaiki. Hanya lampu dan penghangat udara saja yang berhasil diperbaiki.
“Maaf, Miss, sampai sekarang masih belum ada perbaikan signal telepon. Kemungkinan besar kita tidak akan bisa menggunakan ponsel hingga besok siang..”
“Bagaimana dengan penerbangan dan transportasi lainnya?”
New York layaknya kota mati yang membeku karena udara dingin berhembus sejak sore tadi. Memang tidak ada hujan ataupun badai, tapi entah kenapa Aurora merasa jika ruangan ini jauh lebih dingin dari biasanya.
“Kami masih belum mendapat kabar apapun, Miss. Pemerintah menghimbau agar tidak ada yang keluar dari rumah sebelum mereka memberikan izin. Kudengar wilayah kita akan tersapu badai es dalam beberapa hari ke depan. Saat ini banyak orang yang berupaya untuk mengungsi ke wilayah Washington, D.C karena di sana listrik dan ponsel sudah mulai bisa digunakan. Tapi sungai Delaware meluap dan membuat jalan di sekitar Philadelphia tergenang oleh banjir. Akses masuk ke sana ditutup karena jalan tidak bisa digunakan..”
Aurora cukup terkejut ketika mendengar bahwa wilayah Washington, D.C sudah mulai mendapatkan akses listrik dan telepon. Itu artinya Alfred sudah bisa dihubungi.
“Bagaimana dengan wilayah lain seperti Ohio misalnya?” Tanya Aurora dengan cepat.
“Saya tidak memiliki banyak informasi, Miss. Tapi menurut berita yang saya dengar, gelombang elektromagnetik hanya melumpuhkan wilayah yang berbatasan langsung dengan laut. Entah ini benar atau tidak karena saya sendiri masih belum bisa memastikan informasi ini”
Ohio tidak berbatasan langsung dengan laut, itu artinya wilayah tempat tinggal ibunya masih aman saat ini. Sementara Washington, D.C adalah pusat pemerintahan sehingga proses perbaikan di wilayah itu berjalan lebih cepat dari wilayah lain.
“Apa yang sebenarnya terjadi? Apa benar jika ada nuklir yang meledak?”
Ketika dalam perjalanan menuju hotel, Aurora mendengar banyak pembicaraan mengenai meledaknya sebuah nuklir, ada juga yang mengatakan jika ini adalah akibat dari bom atom yang dijatuhkan di dekat wilayah New York. Aurora dan Victor masih belum mendapatkan informasi akurat mengenai perkiraan itu.
“Ada sebuah pembangkit nuklir di wilayah Asia Timur yang meledak. Ledakan itu terdengar hingga ke benua Amerika, bahkan hampir sebagian negara di Asia Timur telah rata karena gempa tersebut”
Aurora menutup mulutnya karena merasa sangat terkejut. Ledakan sebuah nuklir di wilayah Asia bisa terdengar sampai Amerika?
“Apa? Apakah itu benar?” Aurora bertanya dengan tatapan ketakutan.
“Ada apa Aurora?” Victor berjalan dari dalam ruangan hotel.
“Sebuah nuklir di kawasan Asia Timur baru saja meledak dan menimbulkan gempa sampai ke benua Amerika..” Petugas hotel tersebut menyampakan informasi yang ia ketahui kepada Victor.
Sama seperti reaksi yang Aurora tunjukkan, Victor juga tampak sangat terkejut.
Aurora masih belum bisa mempercayai apa yang terjadi saat ini. Bagaimana mungkin ledakan nuklir bisa terdengar hingga ke seberang benua? Ledakan itu pasti menimbulkan kerusakan yang dahsyat di benua Asia. Entah apa yang sebenarnya terjadi saat ini..
Aurora terjebak di New York tanpa ibu dan ayahnya. Hanya ada Victor di sini dan mereka sama-sama tidak tahu apa yang harus dilakukan karena tidak ada satupun transportasi yang berfungsi.
“Apakah seluruh Amerika mengalami gangguan listrik?” Tanya Victor. “Atau mungkin seluruh dunia?” Victor melanjutkan pertanyaannya dengan suara ragu.
“Wilayah Washington, D.C sudah berhasil memperbaiki listrik dan jaringan telepon. Sepertinya sebenar lagi wilayah kita juga akan melakukan hal yang sama..” Kata petugas hotel tersebut.
Aurora mengingat satu hal yang pernah dikatakan oleh ayahnya beberapa tahun yang lalu.
Menurut Alfred, ledakan nuklir akan menimbulkan sebuah bencana besar di wilayah sekitarnya karena radiasi yang dipancarkan dapat membuat luka melepuh di seluruh tubuh. Dalam radius tertentu, nuklik akan benar-benar meratakan suatu wilayah karena getaran ledakannya dapat menghancurkan seluruh bangunan, bukan hanya itu saja.. jauh lebih berbahaya dari yang dibayangkan sebelumnya, ledakan nuklir akan menghancurkan sel tubuh sehingga orang yang berada dalam radius ledakan pasti akan meninggal saat itu juga.
Tapi biasanya akibat dari meledaknya suatu nuklir tidak sampai sedahsyat ini. Ada beberapa peristiwa ledakan nuklir yang tercatat dalam sejarah, tapi tidak pernah ada kasus dimana ledakan nuklir dapat merusak gelombang listrik wilayah yang ada di benua lain.
“Apakah di sini ada telepon tua? Biasanya telepon itu jauh lebih kuat dalam mencari signal” Kata Victor.
“Ya, ada sebuah telepon tua di lantai paling atas. Tapi kurasa telepon itu sudah tidak berfungsi karena lama tidak digunakan..” Jawab pelayan tersebut.
“Aurora, apa kau hafal nomor telepon ayahmu? Kita harus menghubunginya dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Dia seorang yang ahli dalam bidang meteorologi, bukan?” Tanya Victor sambil mengajak Aurora untuk naik ke lantai atas menggunakan tangga darurat.
Lift hotel masih belum sepenuhnya pulih sehingga pihak hotel menghimbau agar pengunjung menggunakan tangga untuk sementara waktu. Aurora berada di lantai 4 sementara hotel ini memiliki 6 lantai.
“Kau yakin telepon tua akan berfungsi?” Tanya Aurora dengan pandangan tidak yakin.
“Terjadi ledakan nuklir yang membuat listrik di wilayah New York lumpuh total sejak siang tadi. Jika nuklir tersebut berada di Asia Timur, maka bisa dipastikan jika ledakannya sangat dahsyat hingga mempu mempengaruhi listrik dan signal ponsel di tempat yang sangat jauh dari wilayah tersebut. Aku memiliki firasat buruk mengenai keadaan ini.. kurasa kita harus menghubungi ayahmu dan memberi kabar pada ibumu di Colombus..” Kata Victor.
Aurora merasa cemas karena sejak ledakan nuklir tersebut dia masih belum bisa menghubungi Dalton dan Abigail. Dua orang itu pasti sangat cemas.
“Baiklah, kita harus mencoba menggunakan telepon tersebut” Kata Aurora pada akhirnya.
***
Aurora tidak bisa menghubungi ibunya. Entah telepon tersebut rusak atau negara bagian Ohio memang masih belum bisa memperbaiki signal telepon mereka, Aurora masih belum tahu.
“Kita harus mencoba untuk menghubungi ayahmu, Aurora. Mungkin saja di wilayah Washington, D.C sudah memiliki signal telepon” Kata Victor.
“Kurasa aku tidak hafal nomor telepon ayahku..” Aurora berbicara dengan sedikit ragu.
“Kau sungguh tidak hafal?” Tanya Victor.
“Entahlah, aku akan mencobanya..” Aurora menjawab sambil menekan tombol telepon yang dipenuhi oleh debu. Sepertinya telepon tersebut memang sudah sangat lama tidak digunakan.
Hampir sepuluh detik terdengar suara dering, lalu Aurora terisap ketika mendengar suara ayahnya.
“Daddy? Ini sungguh Daddy?” Aurora sampai menangis karena dia merasa sangat terkejut.
“Aurora?”
Ini benar ayahnya. Aurora merasa sangat yakin karena ayahnya langsung menyebut namanya.
“Apakah tersambung?” Tanya Victor.
Aurora menganggukkan kepalanya dengan antusias.
“Kau ada di mana Aurora?” Tanya ayahnya.
“Aku.. aku masih ada di hotel. Daddy, apa yang sebenarnya terjadi?” Aurora tidak bisa menahan tangisannya. Dia merasa sangat takut, tidak ada siapapun yang dia kenal di tempat ini. Aurora tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini.
“Tenanglah, jangan khawatir Aurora. Semuanya akan tetap baik-baik saja”
Aurora tidak bisa lagi menahan air matanya. Selama beberapa jam berusaha untuk menyalakan ponsel, ternyata justru telepon tua yang masih bisa berfungsi.
“Apa yang terjadi? Apa benar jika ada ledakan nuklir?” Aurora bertanya sambil mengusap air matanya.
Sekalipun Aurora bisa menghubungi ayahnya, suara panggilan menggunakan telepon tua tidak terlalu jernih. Entah ini karena signal telepon yang masih belum membaik atau memang karena kualitas suara yang ada di telepon tua masih belum terlalu canggih. Beberapa kali Aurora kesulitan untuk mendengar suara ayahnya. Meskipun begitu Aurora tetap merasa bersyukur, setidaknya telepon ini masih berfungsi.
“Ada sebuah ledakan nuklir di kawasan Asia Timur. Aurora, Daddy tidak memiliki banyak waktu karena sebentar lagi akan ada pertemuan penting dengan wakil presiden”
Aurora sempat merasa kecewa saat mendengar sepenggal kalimat yang dikatakan oleh ayahnya. Aurora mengira jika ayahnya jauh lebih mementingkan pertemuan dengan wakil presiden dari pada mendengar kabar tentang keadaan Aurora yang ada di Manhattan. Tapi Aurora salah, dia telah berburuk sangka kepada ayahnya sendiri.
“Akan ada gelombang udara dingin yang bergerak melewati samudra Atlantik Utara. Kita masih belum bisa memastikan kapan kedatangan gelombang angin tersebut. Tapi jika perkiraan itu benar terjadi, maka wilayah New York akan dipenuhi dengan air laut yang semakin meningkat karena badai salju dan hujan lebat di kawasan samudra. Setelah itu akan ada udara dingin yang bisa saja menurunkan suhu udara di New York.. Dengarkan Daddy baik-baik, Aurora..” Ayahnya memberikan jeda sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. “Jangan keluar dari hotel itu. Apakah kamu memiliki persediaan makanan?” tanya ayahnya.
Aurora mempunyai beberapa bungkus kue yang sempat dibeli oleh Victor saat mereka berjalan dari bandara siang ini. Entah kenapa Victor malah mendekati sebuah toko kue di saat semua orang sedang panik dan berusaha untuk pulang ke rumah masing-masing.
“Aku mempunya beberapa potong kue..” Jawab Aurora dengan pelan.
“Apakah ada minimarket di dekat hotelmu?”
“Ada sebuah toko di seberang jalan, tapi sepertinya toko itu sudah tutup karena malam ini seluruh New York sedang dilanda oleh kegelapan. Hanya ada beberapa bangunan saja yang memiliki akses listrik” Kata Aurora dengan cepat.
“Carilah persediaan makanan, Aurora. Jika kue itu cukup untuk kau makan hingga besok malam, maka sebaiknya kau tetap tinggal di dalam hotel. Tapi jika kue itu tidak cukup, Daddy ingin kau keluar dan membeli beberapa makanan karena besok pagi kau mungkin tidak akan bisa keluar dari tempat itu..”
Aurora merasa semakin cemas. Apa yang akan terjadi?
“Kurasa kue itu masih cukup untuk kumakan hingga besok pagi. Pelayan hotel baru saja memberikan aku makanan..”
“Aurora, tolong dengarkan Daddy baik-baik. Kau mungkin tidak akan mendapatkan kesempatan untuk bisa menghubungi Daddy lagi. Tidak ada jaminan jika signal telepon yang kau gunakan akan tetap berfungsi. Tapi Daddy berjanji akan segera menjemputmu dari tempat itu. Kau tidak perlu melakukan apapun, tetaplah tinggal di sana dan jaga dirimu baik-baik”
Aurora sangat terkejut ketika mendengar perintah ayahnya. Apa yang akan dilakukan oleh Alfred? Menerjang banjir yang terjadi di Philadepia? Akses jalan antara Washington,D.C dan New York ditutup karena Philadelphia mengalami kebanjikan karena meluapnya sungai Delware. Ayahnya tidak akan bisa datang ke sini..
“Daddy, aku mendengar jika wilayah Philadelphia direndam oleh banjir. Bagaimana mungkin Daddy akan datang ke sini?” Aurora bertanya dengan suara ketakutan.
“Jangan khawatir, Aurora. Daddy akan sampai di sana dan menjemputmu.. menurut pengamatan, wilayah New York akan menjadi pusat titik beku karena tempat itu berbatasan langsung dengan samudra Atlantik Utara. Gelombang dingin dari benua Eropa akan langsung menuju ke tempat itu..”
Aurora menutup mulutnya dengan pelan. Dia sama sekali tidak menyangka jika meledaknya sebuah nuklir yang berada di kawasan Asia Timur akan memberikan dampak yang begitu mengerikan untuk wilayah benua Amerika.
“Apakah terjadi sesuatu yang buruk?” Tanya Victor tanpa mengeluarkan suara.
Aurora menganggukkan kepalanya dengan pelan. Ini bukan hanya buruk, tapi sangat buruk.
Aurora tidak begitu mengerti apa yang sedang dikatakan oleh ayahnya karena dia sama sekali tidak tahu mengenai apa yang sedang terjadi saat ini. Tapi dari penjelasan yang disampaikan oleh Alfred, Aurora bisa mengambil kesimpulan jika akan ada banyak bencana yang terjadi akibat ledakan nuklir tersebut.
“Jangan khawatir, Aurora. Sebelum gelombang itu datang, Daddy pasti sudah menjemputmu. Sekarang Daddy harus melakukan pertemuan dengan wakil presiden untuk menyampaikan apa yang sedang terjadi saat ini. Daddy harus melakukan sesuatu untuk mengevakuasi warga New York sebelum semuanya terlambat, oleh sebab itu Daddy harus bertemu dengan wakil presiden”
Aurora merasa sangat terharu ketika mendengar penjelasan ayahnya.
Sebagai seorang pria yang ahli dalam bidang meteorologi, Alfred bisa saja meninggalkan tugasnya demi menjemput Aurora yang sedang berada di wilayah paling berbahaya karena menurut Alfred akan ada gelombang dingin yang menjadikan New York sebagai titik beku.
“Aku sangat takut.. Apa yang sebenarnya terjadi?” Aurora berbicara dengan suara bergetar.
“Jangan menangis, Aurora. Daddy akan segera sampai di sana. Besok pagi Daddy pasti sudah menemukanmu. Sekarang tenanglah, jangan terlalu khawatir pada apa yang terjadi. Daddy mengerti kau bukan anak bodoh yang tidak menyadari hal buruk apa saja yang akan terjadi, tapi cobalah untuk tetap tenang. Selalu ada solusi dalam setiap masalah..”