Episode 19

2070 Words
Wulan meringis dengan histeris di sampingku. Dia terlihat sangat girang dan senang sekali sekarang. Karena memang, seorang pria yang ada di depan kami sekarang adalah seorang pria yang berkali-kali dia lihat di layar kaca saat ini. Dukun Joko Valesta, penampilannya benar-benar mirip sama seperti yang aku juga lihat sebelumnya. “Eh Pak, dukun. Saya ingin bertanya tentang sesuatu pak.” Ucapku kepadanya. Dia pun tersenyum sambil mengangguk-angguk sekarang dengan kepala yang tertunduk kepada kami berdua. “Hmm.. Baiklah. Tapi sebelum itu, silahkan Anda berdua duduk terlebih dahulu.” Kami berdua duduk di kursi di depan kami. Cukup untuk diduduki oleh dua orang sekaligus. Sementara, di depan kami ada sebuah meja dengan berbagai toples kemungkinan berisi makanan di sana. Kami menduga, kalau itu adalah semacam toples yang berisi makanan sama seperti sebuah toples saat hari lebaran atau semacamnya. Hanya saja, aku tidak sedang ingin membukanya sekarang ini. “Pak Dukun. Saya, sangat senang bertemu dengan Anda. Saya setiap hari selalu menonton konten Anda di Youtube. Saya benar-benar menggemari Anda. Pak dukun, bolehkah saya meminta foto Anda sehabis in—“ Ucap Wulan kepada dukun itu. Alih-alih membantuku untuk mengatakan masalahku, dia malah egois ingin menuruti kata dan permintaannya. “Kenapa kau malah meminta foto! Selesaikan masalahku!” Untungnya, Pak Dukun Valesta tidak membalas apa-apa sesuatu yang telah dikatakan Wulan itu kepadanya. Dia hanya mengelus-elus janggut tanpa rambutnya itu, seperti tipikal dukun kebanyakan. Mungkin, dia ingin agar terlihat keren di mata kami. “Begini, pak. Kami menginginkan bantuan Anda untuk mencari sesuatu yang berada di dalam mimpi saya.” “Hmm... mimpi ya. Seperti yang kalian tahu. Aku telah mengurusi banyak sekali mimpi orang-orang. Dan diantara mereka, adalah mimpi yang benar-benar berbahaya sekaligus mengundang maut! Aku tidak ingin orang-orang disekitarku atau salah satu pasienku terenggut nyawanya oleh sesuatu seperti itu!” Ucapnya dengan lantang kepada kami. Padahal aku belum mengatakan apa pun detail yang akan ku bagikan. Aku pun membuka ranselku, berusaha untuk mencari foto dari poster seseorang di dalam mimpiku itu. Menyerahkannya kepada pak Dukun agar dia bisa menelaah sekaligus mencari tahu siapa sebenarnya sesuatu yang ada di dalam mimpiku itu. “Ini pak. Jika bapak bisa, saya ingin tahu apakah bapak bisa menelaah dan mencari sesuatu tentang pria itu di dalam mimpiku.” Dukun Valesta mengambil foto itu, melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Tatapannya, seperti sedang memikirkan sesuatu di dalamnya. Mungkin, dia sedang berproses untuk menerawang sesuatu di sini. “Hmm. Foto ini. Mengandung hawa mistis, negatif, dan juga tak beraturan. Aku tak tahu siapa dia, namun kemungkinan kalau dia akan membawa pengaruh buruk bagimu nantinya.” Ucap Sang Dukun. Aku dan Wulan melihat ke arah masing-masing. Tak paham dengan kata-kata apa yang diucapkan oleh dukun ini. Seakan-akan dia mengatakan sesuatu yang benar-benar ngawur, acak-acakan, dan juga tidak jelas sekarang. Aku pun mencoba bertanya apa yang sebenarnya terjadi dengan foto itu sebenarnya. “Eh... pak. Apakah Anda bisa menjelaskan kepadaku apa yang menjadi penyebab Anda berbicara seperti itu sekarang. Saya masih tak paham dengan apa yang bapak katakan barusan. Karena jujur saja, aku sedikit merasa takut saat bapak mengucapkan kata-kata itu sebelumnya.” “Intuisi,” jawab Pak Dukun itu dengan sangat singkat. “Aku memiliki Intuisi. Mencium, sebuah sesuatu yang buruk dari jauh dan juga tanpa menyentuhnya. Maaf-maaf saja, mungkin aku akan mengecewakan kalian dengan memberikan fakta ini. Tapi memang, aku mencium bau-bau kejahatan dari foto ini.” Aku tak tahu aku harus berharap apa dengan dukun ini. Aku tidak mungkin berharap jawaban rasional darinya. “Tapi pak, seberapa akurat intuisi yang Anda bisa lakukan sekarang sampai-sampai benar-benar yakin kalau itu adalah sesuatu yang berbahaya unt—“ tiba=tiba, sebelum aku bisa melanjutkan ucapanku. Seorang pria tua, memiliki seluruh rambut yang berwarna putih dari ujung kepala sampai ujung janggutnya datang dengan menarik selambu di sana. “Hey Romi! Cepat pergi dari sini!” Pak dukun Valesta, yang ada di depanku sekarang menengok ke pria tua itu, membuka kacamatanya dan memperlihatkan mata yang benar-benar lebam dengan kantung mata tebal sekarang. Ia terlihat benar-benar sedang mengantuk sekarang ini. Dia pun langsung saja berdiri, ketakutan dengan sosok yang keluar dari kamar berselambu itu di sana. “Ehh.. iya mbah. Ada apa memangnya mbah?” “Kenapa kau malah berkonsultasi dengan pasienku! Cepat pergi sana! Kemana pun kau ingin pergi. Apakah kau masih merasa belum cukup memakan semua lahan pekerjaan yang kumiliki!” Bentak kakek tua itu. Pak dukun Valesta, kemudian melepaskan semua pakaian dan juga aksesoris yang melekat di bajunya. Menaruhnya di sofa dan juga kursi belakangnya itu sekarang. Meninggalkan dirinya hanya memakai sebuah kaos polos berwarna biru dan juga celana pendek bokser berwarna merah. Aku dan Wulan, saling menatap pandang sekarang. Karena kami berdua, sudah jelas-jelas kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kami sudah banyak menemukan hal yang aneh di ruangan ini, namun kejadian ini lebih anehnya dengan apa pun yang kami telah lihat sebelumnya. “Ehh... saya lagi nganggur mbah sekarang. Masa saya iseng coba menerawang pasien mbah saja gak boleh sih? Lagian, mereka ini pasien yang mudah kok bagiku. Tingkat penerawanganku sudah setingkat lebih rendah daripada mbah sekarang ini!” Ucap Dukun Valesta, dengan nada rendah dan juga kecil. Dia seperti benar-benar takut dengan sosok ini sekarang. Kakek itu pun menghampiri dukun Valesta, memukul kepalanya dengan pelan sambil memasang ekspresi marah. Aku dan Wulan masih bertanya-tanya sampai sekarang. Siapa sebenarnya kakek tua ini sampai berani-beraninya memukul kepala dari dukun Valesta itu dengan mudahnya? Apakah di atas dukun Valesta masih ada seseorang yang lebih hebat lagi daripada dirinya?’ “Iseng-iseng, iseng apaan! Orang penjelasanmu saja ngawur bin absurd kok tadi. Aku yakin, jika kamu yang bilang, mereka mungkin gak akan mau kembali lagi ke tempat ini dan konsultasi gara-gara kamu!” Ungkapnya, membentak-bentak dan juga marah dengan keras semenjak tadi. “Ya sudah! Kamu sekarang lebih baik segera pergi ke kamar saja! Urusi segala urusanmu itu! Yang penting jangan kesini lagi!” Berjalan menunduk, Dukun Valesta kemudian pergi meninggalkan kami berdua bersama dengan kakek tua ini di sini. Wulan pun mengangkat tangannya, menunjuk Dukun Valesta itu dengan kebingungan apa yang sebenarnya terjadi di sini. “Loh pak dukun. Tapi konsultasi kami belum selesai. Kenapa Anda malah meninggalkan kami!” “Siapa yang kau panggil Dukun Joko Valesta! Itu adalah namaku!” Ucapnya membentak Wulan dengan keras. Aku sampai kaget dibuatnya karena dengan penampilan setua itu, dia masih bisa memiliki tenaga yang banyak. Kerutan-kerutan di wajah dan juga kulitnya tidak sebanding dengan tenaga yang dia miliki sekarang. “Tidak mungkin! Dukun Joko Valesta bukanlah orang yang setua dirimu saat ini! Orang tadi adalah Dukun Valesta yang sebenarnya! Kumohon, berikan kami dukun Valesta yang asli!” Sangkal Wulan sekarang. Aku tidak tahu apa yang benar-benar terjadi di sini, namun aku merasa kalau memang Wulan adalah sosok yang lebih tahu dariku tentang dunia-dunia gelap dan juga mistis seperti sekarang ini. “Hahh... Sudah kuduga, menampilkannya di depan layar kaca dan televisi akan menimbulkan sebuah kesalah pahaman seperti ini. Dan mulai sekarang, aku harus menjelaskan sesuatu seperti ini kepada setiap pasien yang berkonsultasi di sini. Dasar Romi sialan tak punya akhlak!” Gerutu kakek tua itu dalam hati setelah menghela nafas panjang-panjang. Dia tampak benar-benar kesal sekarang. “Dengar, aku adalah dukun Joko Valesta yang asli. Sosok yang kalian lihat tadi, hanyalah sosok yang menjadi diriku di depan layar. Kalian sadar kan, bahwa orang yang setua dan sekuno diriku ini tidak mungkin akan laku untuk dijual di pasaran? Oleh karena itu. Aku memilih sosok tangan kanan anak muda untuk menggantikanku di depan layar. Sayangnya, dia malah menjadi lebih terkenal dibandingkan aku!” “Jadi, para dukun yang ada di televisi itu semuanya palsu dan sebagai pertunjukkan saja?” Sambung tanya Wulan. Dukun Valesta kakek-kakek itu kemudian menggebrak meja dan meneriakkan kepada kami dengan sangat lantang. “Tentu saja mereka semua palsu! Mengapa kau menganggap mereka nyata!” Entah kenapa, ucapan dari kakek ini cukup masuk akal bagi akal sehatku. Aku berpikir, seseorang yang sangat muda dan juga segar seperti mereka tak akan memiliki banyak pengalaman untuk sekedar bisa melakukan banyak sekali hal-hal yang mistis ke depannya. Aku berpikir, bahwa mungkin. Aku akan menemui dukun-dukun yang tua dan berpenampilan seperti dirinya nantinya. “Jadi, apa yang ingin kau tanyakan kepadaku sekarang?” Tanya Dukun Valesta yang asli kepada diriku sekarang. Lagi-lagi sambil mengelus jenggotnya sekarang. Aku menoleh ke arah Wulan, sadar kalau dia sedang sangat syok tak bisa menerima kenyataan yang dihadapinya sekarang ini. mungkin, dia tidak bisa menerima kalau memang dukun Valesta adalah sosok tua yang ada di depan kami sebenarnya ini. Aku pun memberikan selembaran poster itu, beralih kepada kakek tua itu sekarang. Aku pun menceritakan apa yang menjadi keluhan dan ceritaku sekarang ini. “Aku, bertemu dengannya di dalam mimpi. Aku telah mencari begitu banyak petunjuk. Namun aku tak bisa menemukan sebuah jawaban yang benar-benar pasti dan akurat. Bisakah kau memberitahuku, siapa sebenarnya orang ini?” Kakek itu melihatnya dengan seksama, dengan sungguh-sungguh jua. Dan kemudian, kata yang terucap keluar dari mulutnya menjawab semua pertanyaanku dengan sederhana adalah. “Mati. Pria yang kau cari ini telah mati. Entah seberapa keras kau mencoba mencarinya di dunia ini. Namun pria ini sudah tidak ada di dunia ini. Aku tidak bisa membantumu untuk menemukannya”. “Hah! Tidak mungkin! Kau tidak ada bedanya dengan pria yang sebelumnya!” Bentakku dengan sangat keras, tak terima dengan jawabannya. Aku mengira, jika memang kakek ini adalah dukun yang asli dan sesungguhnya, dia bisa menjelaskan kepadaku siapa sebenarnya pria ini. Namun nyatanya, dia malah tak bisa menjelaskan apa-apa kepadaku. “Tidak mungkin pria yang telah mati ini datang ke dalam mimpiku!” “Dengar nona, aku tidak tahu apa yang membuat Romi mengatakan sebuah jawaban yang sama persis sepertiku. Namun aku bisa menjelaskan kepada Anda kenapa aku berbicara seperti demikian sekarang. Dan, aku mengatakannya ini berdasarkan fakta, bukan bualan belaka seperti Romi lakukan sebelumnya.” Balas kembali dukun itu, hanya saja, kali ini dia menenangkanku. “Di dalam penerawanganku, dia bukanlah sosok yang biasa. Dia, mungkin memiliki kemampuan mistis, sama seperti diriku. Hanya saja, aku tak tahu kenapa dia bersinggah dan tinggal di mimpimu itu sekarang. Hanya dia yang mampu menjawabnya sekarang. Tapi aku yakin, jika dia memang bermaksud jahat kepadamu, mungkin dia telah melakukan hal yang buruk kepadamu.” Ucap Pak dukun Valesta kepadaku. Aku mengambil poster itu lagi, memandangi foto potret dari pria itu sekarang. Karena meskipun aku sudah susah payah untuk pergi ke dukun, seseorang sepertinya bahkan kesulitan untuk memahami pria seperti ini sekarang. “Lalu, bagaimana dengan kematiannya? Apa yang terjadi dengan kehidupannya yang sebelumnya? Apakah kau tidak bisa mendapatkan kepingan informasi itu kepadaku?” “Hmm... soal itu. Aku bisa mengatakan kalau dia telah memiliki masa lalu yang tragis. Dia, meninggal dalam sebuah kebakaran yang dahsyat di pemukiman miliknya sendiri. Aku tak tahu apa kau pernah mendengarnya, tapi aku tahu kalau dia membisikkan kata-kata itu kepadaku. Meskipun tubuh metafisiknya berada di dalam dirimu sekarang ini.” Jelas Pak Dukun itu lagi kepadaku. Tapi kemudian, aku menyadari sesuatu. Tentang kebakaran itu, aku pernah mengetahui soal itu sebelumnya. Saat pencarian terakhirku di internet. Aku, menemukan sebuah berita kebakaran, yang kukira tidak berhubungan dengan pria itu sekarang. Tapi ternyata, semuanya berhubungan dan saling terikat. Apakah memang pria itu ingin meninggalkan pesan untukku saat itu juga? “Mungkin kau kebingungan, bagaimana cara aku mengetahui informasi dan pesan dari seseorang yang sudah mati dan berada melekat di dalam ruhmu itu sekarang. Tapi memang, itulah pekerjaan yang kulakukan sehari-hari. Aku mungkin berada di sini karena suatu alasan untuk memberitahukanmu sesuatu tentang itu. Aku yakin, kau masih bingung untuk mencerna kepingan informasi itu sekarang.” Aku masih kebingungan, dengan apa yang harus kulakukan sekarang. Aku sudah mengetahui sesuatu soal pria itu sekarang. Tapi apakah itu berarti aku akan berhenti untuk mencari dan menyelidikinya meskipun aku sudah berada di dalam titik yang sangat jauh seperti ini. Dukun itu kemudian beranjak dari tempat duduknya, menuju ke arah lemari kayu tepat di belakangnya. Dia mencoba mencari sesuatu, sambil menggerutu ingin memberikan sesuatu untukku. “Kau tahu, mungkin memang roh itu tidak bermaksud berbahaya untukmu. Namun siapa yang tahu, jika rohmu nantinya akan berubah menjadi sangat rentan dimasuki oleh roh-roh yang lain nantinya.” Dia kembali, memberikanku sebuah kalung dengan hiasan taring macan di sana. Aku memegangnya, melihat kalau taring ini benar-benar terlihat seperti taring asli mirip seekor hewan. “Nona, ambillah taring itu. Dan kenakan dimana pun kamu sedang berada sekarang. Karena taring itu, dapat membantumu untuk menghalau banyak sekali roh yang mungkin akan datang dan memasuki roh yang kau miliki sekarang!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD