1. Married Man
1. Prolog
Aku adalah seorang Pria yang memiliki paras wajah lumayan manis dengan warna kulit tubuhku berwarna hitam manis dengan postur badanku yang lumayan langsing.
Aku memiliki seorang Istri dan juga memiliki seorang putra. Aku menikah dengan istriku, sewaktu usiaku berusia dua puluh tahun. Aku dikenal sebagai orang yang pendiam dan pemalu.
Di usiaku yang dua puluh empat tahun, lebih tepatnya setelah anakku dilahirkan oleh istriku, aku pergi merantau keluar kota.
Aku mendapatkan panggilan kerja di salah satu Perusahaan yang menjual Pakaian kemeja formal laki-laki. Aku melamar kerja di Perusahaan tersebut sebagai seorang SalesMan.
Karena proses Interview Kerjanya akan dilaksanakan di esok harinya, aku pun berangkat ke Kota Perantauan tersebut dihari yang sama, dihari setelah aku mendapatkan panggilan kerja dari Perusahaan tersebut.
Sebagai Modal Awal berangkat ke Kota Perantauan, aku meminjam dana dari tetanggaku. Di Kota Perantauan tersebut, aku menginap sementara ditempat tinggal temanku yang bernama Juan.
Singkat cerita, aku telah berada di Kota Perantauan dan telah menginap ditempat temanku.
Seperti biasa aku selalu terbangun dipagi hari setiap jam 04.15. Seperti biasa pula aku terbangun untuk mandi dan juga melakukan Ibadah.
"Huaaaach." Aku terbangun dari tidurku sambil menguliatkan tubuhku.
Aku segera membangunkan tubuhku lalu keluar dari kamar menuju ke kamar mandi. Setelah mandiku selesai, tentunya aku melakukan Ibadah dan berdoa.
Usai beribadah dan berdoa, Aku segera menggunakan pakaian untuk di Interview Kerja. Dihari interview kerjaku, aku mengenakan setelan pakaian yang serba berwarna Hitam. Yang mana, aku mengenakan kemeja, celana bahan, sepatu pantopel dan juga mengenakan dasi yang berwarna hitam.
Aku mengenakan setelan pakaian yang serba hitam tersebut, bukan semata-mata tanpa adanya suatu alasan. Akan tetapi menyesuaikan dengan pekerjaanku yang dilamar.
Selain menggunakan pakaian yang serba berwarna hitam, aku juga menata rambut pendekku menggunakan gatsby. Aku menyisir dan menata rambutku kesamping agar terlihat rapi dan juga klimis.
Meskipun dulunya hanyalah seorang kuli disawah, dihari itu aku terlihat sangat menawan. Meskipun sudah memiliki seorang Istri dan anak, dihari itu aku terlihat seperti masih bujangan.
Usai berdandan lumayan rapi, aku segera mengambil tas ranselku. Sebelum berangkat Intervew kerja, tentunya aku berpamitan terlebih dahulu dengan sang pemilik kamar.
"Ju, Saya berangkat dulu ya?" Pamitku kepada Juan yang masih tertidur.
"Ooaaah, iya hati-hati Ran." Jawab Juan sambil menguap setengah terbangun dari tidurnya.
Singkat cerita Interview kerjaku telah selesai dengan hasil aku telah diterima untuk bekerja di Perusahaan tersebut.
Kebetulan penempatan kerjaannku ini di salah satu Mall yang terbilang tidak terlalu jauh dari kosan tempat tinggalnya Juan.
Aku pun merasa senang dan berucap syukur, karena doaku ternyata tidak sia-sia. Usai di Interview Kerja, aku langsung kembali pulang ke kosannya Juan.
Sesampainya didepan kosan, aku melihat ada seorang pria feminim sedang menangis sambil mengobrol bersama Juan di depan pintu kamarnya.
Aku yang tidak berani untuk mendekati mereka berdua, lantas duduk di kursi kayu panjang yang terletak didepan rumah kosannya Juan.
"Ran?" Seru Juan memanggilku.
"Oh, Iya Ju." Jawabku.
"Sini?" Juan memanggilku sambil mengayunkan tangannya.
Aku segera berdiri lalu berjalan mendekati mereka berdua.
"Kenalin, Ini Angga? Tapi dia biasa dipanggil Anggi." Ucap Juan memperkenalkan pria tersebut kepadaku.
"Salam kenal ya kak? Saya Randi." Ucapku memperkenalkan diriku sambil berjabat tangan dengan Anggi.
"Iya, salam kenal juga Ran." Ucap Anggi sambil menangis.
"Jadi dia ini mau pulang kampung Ran, karena Ibunya sedang sakit dikampung. Nah, rencananya dia ini katanya tidak akan kembali lagi ke kosan ini." Ucap Juan menjelaskan kepadaku.
"Iya, bener Ran. Aku tidak akan kesini kembali. Aku harus menjaga Ibuku dikampung dan akan menjalani kehidupanku dikampung." Ucap Anggi sambil menangis terisak manja.
"Ya sudah ya Ju, Ran? Anggi pamit pergi?" Anggi pun berpamitan kepada kita berdua sambil menangis dan berjalan bersama dengan barang-barang bawaannya.
Aku dan Juan turut mengantarkan Anggi sampai di depan teras kosan.
"Hati-hati Anggi.." Ucap Juan kepada Anggi.
Usai Anggi pergi, kita berdua duduk di kursi kayu panjang yang barusan aku duduki.
"Jadi bagaimana Ran tadi hasil Interview Kerjanya? Berhasil diterima atau tidak?" Ucap Juan.
"Alhamdulillah Ju, Saya diterima dan mulai besok saya sudah mulai bekerja."
"Syukurlah kalau begitu. Aku turut senang mendengarnya. Lalu kamu ditempatkan kerja didaerah mana Ran?"
"Di Mall Baru Ju."
"Terus rencana kamu yang selanjutnya gimana? Apakah ingin mencari kosan yang baru atau gimana?"
"Kalo menurut aku sih sebaiknya kamu ambil kamar bekasnya Anggi saja Ran? Selain kamu masih dekat dengan kerjaan kamu? Kamu juga masih dekat dengan aku. Selain itu juga, kita tidak usah mencari kesana-kemari lagi untuk tempat kamu tinggal?"
"Kebetulan kunci kamarnya Anggi juga tadi dititipin ke aku. Gimana Ran?"
"Baiklah Ju, saya ambil kamarnya kak Anggi saja. Memang kamarnya yang disebelah mana Ju?."
"Kamarnya di nomer 11, dilantai atas Ran."
"Ya sudah kalau memang kamu setuju? Kita langsung lihat kamarnya saja Ran, Biar kamu bisa langsung nempatin hari ini."
Lantas kita berdua melihat kamar bekasnya Anggi.
"Kreeeeek." Suara pintu kamar dibuka.
"Buju busyeeet? Berantakannya ini kamar. Dasar Gadis Pemalas!" Ucap Juan.
"Gaaadis???" Tanyaku dengan rasa keherananku.
"Iya, gadis jadi-jadian Ran. Wkwkwk." Canda Juan sambil tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha, dasar kamu Ju bercanda saja." Aku pun ikut tertawa dibuatnya.
"Ya sudah saya beresin dulu kamarnya Ju."
"Aku bantuin ya Ran?"
"Ok."
Kamar bekasnya Anggi memang terbilang cukup lumayan berantakan. Banyak pakaian bekas seperti pakaian dalam dan lainnya, yang tidak dibawa oleh Anggi saat pulang ke kampungnya tadi. Hingga akhirnya aku menemukan sesuatu yang membuatku merasa kebingungan.
"Ju, koq ada ini sih?" Ucapku sambil menunjukkan kond*m bekas dan juga menggelengkan kepalaku.
"Ah, biasa diamah emang nampung yang begituan Ran."
"Apa bener kondom tersebut miliknya Anggi? Kalo emang bener? Gimana caranya anggi menggunakan kondom tersebut?" Ucapku didalam hati.
"Ya meskipun aku sudah menikah, selama aku bercinta dengan istriku belum pernah menggunakan kondom." Ucapku kembali didalam hati.
Usai membereskan kamar...
"Akhirnya selesai juga kita beresin ini kamar Ran?"
"Iya betul Ju. Eh Ju, terus saya bayar kosannya ke siapa?"
"Nanti malem aku telpon pemilik kosannya biar dia kesini Ran."
"Oh iya Ju, kebetulan saya belum tahu lokasi kerjaan saya? Kira-kita kamu bisa menemani saya untuk kesana tidak? Saya ingin bertanya-tanya kepada senior saya disitu. Biar besok saya tidak kebingungan."
"Boleh Ran. Ya sudah kita mandi dulu saja ya? Setelah mandi, kita langsung berangkat kesana ya?"
Sesampainya dilokasi tempat kerjaan, aku langsung mencari kakak seniorku. Kebetulan seniorku ini seorang perempuan.
"Selamat siang kak?" Ucapku pada seniorku.
"Iya, selamat siang kembali. Apakah ada yang bisa saya bantu Pak?" Ucap kakak seniorku karena dia belum mengetahui dan belum mengenalku.
"Begini kak, aku ini anak baru yang akan ditempatkan disini. Dan HRD berkata, nanti aku yang akan menjadi partner kerjanya kakak disini. Ini suratnya Kak?" Ucapku sambil menunjukkan surat penempatan kerjanya.
"Syukurlah, akhirnya saya dapat partner juga. Maaf namanya siapa?"
"Randy kak."
"Salam kenal ya mas Randy? Terus kira-kira apa nih yang bisa saya bantu untuk kamu?"
"Aku ingin bertanya mengenai prosedur untuk masuk kedalam gedung ini kak? Kebetulan aku masih baru banget bekerja ditempat yang seperti ini?"
"Seniorku pun menjelaskan secara detail kepadaku. Hingga Akhirnya aku benar-benar memahaminya."
"Makasih banyak ya kak atas saran dan Informasinya? Kalau begitu, aku pamit pulang dulu ya kak?"
"Iya mas Ran. Sampai ketemu besok ya?" Ucap kakak seniorku.
"Siap kak."
Usai bertanya-tanya kepada kakak seniorku, aku mendekati Juan yang sedang menungguku duduk di salah satu Sofa yang berada ditempat tersebut.
"Udah Ran?"
"Sudah Ju."
"Jalan-jalan dulu ya Ran? Biar kamu tahu kalau Mall ini sangat bagus untuk dinikmati."
"Ok Ju."
Lantas kita berdua jalan-jalan mengelilingi Mall tersebut. Usai berkeliling cukup lumayan lama, kita berdua kembali lagi ke kosan.