Icha yang sedang menatap wajahnya dalam cermin, tersentak kaget di saat pintu kamarnya di buka dengan pelan oleh seseorang, di saat Icha ingin menoleh, mua yang bernama Nia menahan bahu Icha, “menolah dengan pelan-pelan, biar hiasan di kepala mbak tidak rusak dan jatuh, “Ucap Nia lembut, dan Icha jelas menurut akan ucapan Nia. Nia yang sangat baik, karena tahu dirinya yang malu, ucapan evan tentang kehamilannya seakan tak pernah di dengar dan di ketahui oleh Nia. Nia pura-pura tidak tahu dan tidak kepo. “Calon suami mbak Icha ternyata…”Bisik Nia hangat, Icha mengangguk malu-malu dan Icha menundukkan kepalanya cepat, melihat Rehan di depan sana, sedang berjalan mendekat kearahnya. Dan kedua pipi Icha memerah dalam sekejap di saat Nia… “padahal ijab qabul 6 menit lagi, tapi sepertinya c