RENCANA RALINE

1912 Words
WARNING, ADA ADEGAN 21+     berbeda dengan suasana intim nan syahdu yang ada di kamar sebelah, di kamar ini suasana yang terjadi malah sebaliknya, seorang gadis muda tengah menangis pilu meratapi jalan hidupnya, yang akan menyayat hati bagi siapapun yang mendengar tangisnya. sekuat hati ia berusaha ikhlas dan sabar, namun ia hanyalah gadis muda yang sedang beranjak dewasa, tatkala ia disuguhi segala masalah yang menimpanya kini, pastinya ia akan merasa sakit hati dan juga kecewa.     kini kamar ini sudah gelap gulita, hanya disinari dari cahaya gedung-gedung yang ada di seklilingnya. Hanna, gadis muda itu kini tengah bergelut dengan batinnya, inginnya ia segera menggugat cerai suaminya, namun sosok bunda, selalu menjadi penghalangnya. ia tidak tahu, apakah dengan cara ia menggugat cerai suaminya, keadaan akan membaik, atau justru akan menjadi boomerang dikemudian hari.     bunda, ya hanya karena bunda tersayangnya ia masih mempertahankan pernikahan ini. bukan karena yang lain, meskipun jauh dilubuk hatinya yang paling terdalam ia amat sangat mencintai suaminya, cinta pertama yang dilabuhkan seorang gadis muda, cinta yang tumbuh dari rasa kagum, seiring berjalannya waktu rasa itu tumbuh menjadi cintah gadis muda kepada lawan jenisnya. namun yang ia ketahui kini bahwa cintanya tak akan pernah bersambut, karena cintanya telah mencintai yang lain.     telah lama Hanna mempelajari cara-cara dan juga proses menggugat cerai suami, namun ia urung melakukannya, ia takut bundanya akan tertekan jika sampai mengetahui ini semua, dan akan berimbas pada kesehatannya, selama ini ia hanya bersabar, mengulur waktu, juga terus memperhatikan sikap suaminya, Reinald, tak pernah bermain tangan, hanya saja sikap acuh dan juga rasa diabaikan yang Hanna rasakan, sungguh-sungguh menyakiti hatinya, jika saja Reinald bisa bersikap baik dan juga adil terhadapnya, serta menganggap bahwa ia juga istrinya, mungkin ia akan merasa sedikit bahagia, tak mengapa ia tak mendapat seluruh cintanya, itu semua sudah cukup bagi Hanna.     waktu sudah semakin larut, angin pun cukup dingin, karena merasa sangat lelah, akhirnya Hanna bergegas menuju ranjangnya, setelah tak lupa ia menutup jendela dan juga pintu balkonnya. berharap nanti ketika ia bangun di pagi harinya, kesedihannya ikut pergi bersama pekatnya sang malam, berganti dengan cerahnya kebahagiaan.   *** sehari setelahnya.     hari ini adalah hari dimana Reinald dan juga Raline berencana menghadiri acara reuni seperti yang dikatakkan Mr Willy tatkala makan malam itu. acara akan dilaksanakan pada pukul 7 malam waktu setempat di restoran A yang sudah ditentukan. baik Reinald dan juga Raline menyambut baik acara ini, karena ia akan bertemu dengan teman-teman kuliahnya, teman-teman pelajar Indonesianya juga masih banyak yang stay disini, melanjutkan pendidikan atau juga menata karir disini. “ sayang, nanti malam kamu jadi ikut acaranya?” “ iya Rei, aku udah gak sabar mau ketemu teman-teman, ternyata Indy juga hadir, kamu inget dia kan? temen satu kamar aku di asrama” “ iya aku inget, jadi dia masih stay disini?” “ iya dia sekarang tinggal di apartement B, karena dia ada pekerjaan disini. hmmm… aku boleh gak mala mini nginap di tempat Indy, aku kangen ma dia.” “ enggak, masa kamu mau tinggalin aku sendirian.” tolak Rei. “ mala mini aja Rei, kamu kaya gak tau aja, cewe kalau udah ketemu lama ngobrolnya. lagian kan lusa kita juga udah balik ke Indonesia.” “ ya udah, nanti paginya aku jemput kamu disana ya.” “ makasih sayang” sambil memeluk Rei. “ tapi inget, kamu gak boleh macem-macem.” “ ish aku emang mau ngapain macem-macem segala, aku Cuma mau tukar-tukar cerita aja ma Indy, lagian Indy juga kangen aku katanya, kamu tau kan, kita berteman sangat baik, udah lama juga kita pisah.” “ iya, iya, awas aja jangan sampai kamu lupa sama aku.” “ ya ampun, suami aku cemburuan banget sihhh… padahal Indy cewek loh Rei, gimana kalau cowok.” “ kalau dia cowok aku gak akan kasih izin, enak aja.” “ iya enggaklah, lagian yang aku cinta Cuma kamu, bukan yang lain.” “ aku juga cinta kamu” “ kita sarapan di kamar aja ya, aku masih mau manja-manjaan sama kamu, nanti malam kan aku tidur sendirian.” “ kana da Hanna, kamu harus inget dia juga Rei.” “ sudah stop, aku gak mau bahas.” “ ahh ya sudah, aku mau mandi dulu ya.” tanpa aba-aba Reinald langsung menggendong Raline ala bridal, tanpa menutupi kepolosan tubuh mereka berdua. “ Rei, aku mau mandi, turunin gak” “ mandi berdua” sambil mengerling nakal ke Raline     Reinald mendudukkan Raline diatas closet, sementara ia mengisi bathtub dengan air hangat, menaburi oil essence kedalamnya dan juga menaburkan kelopak-kelopak bunga kedalamnya, lalu setelahnya ia membawa Raline untuk berendam bersamanya, Raline duduk didepannya dengan cara membelakanginya, setelah ia menyiram-nyiram air ketubuh Raline, segera Reinald menyabunkannya dengan cara gerakkan yang sensual, mengoleskan busa sabun ke tubuh bagian belakang Raline dengan seduktif, lalu kemudian kebagian depan, tangannya masih aktif menyabuni, hingga sampai pada bukit kembar milik Raline, sengaja Reinald berlama-lama disana, memijit, meremas dan bahkan mencubit gemas putingnya, membuat sang empunya mendesah kenikmatan. “ shh ahh Rei.”     Raline menyandarkan punggungnya ke d4da Reinald, dan wajahnya ia tolehkan ke Reinald, tak membuang waktu langsung saja Reinald menyambar bibir istrinya, bermain-main dengan bibir saling menjelajah, sambil tangannya masih aktif meremas payudaraa Raline, tak lama tangannya turun ke bawah perut Raline, meremas lembut lembah yang ada disana, bermain-main dengan cara jarinya memasuki lembah tersebut, membuat sang empunya bergerak gelisah karena hasratnya. “ ssh ahh Rei, aku gak tahan, mau keluar” “ keluarkan saja sayang” kini cumbuan Reinald berpindah, menyusuri leher jenjang milik sang istri, mengecupnya kuat hingga menimbulkan bekas, menurun lagi ke bahu mulus milik istrinya. hingga pada akhirnya Raline sampai pada puncaknya. setelah menunngu reda, Reinald mengangkat Raline hingga ia duduk dipangkuannya, Raline juga membantu memasukka milik suaminya yang sudah tegang sempurna itu kedalam miliknya yang sudah basah, ketika miliknya sudah dimasuki milik sang suami, keduanya pun medesah. “ ssh ahh” “ gerakkan sayang” pinta Reinald     menuruti instruksi sang suami, Raline mulai menggerakkan pinggulnya, membuat keduanya merasa nikmat, karena posisi milik sang suami seakan masuk dengan penuh kedalam miliknya. hingga pada akhirnya Raline telah sampai duluan pada puncaknya. “ ahhh”     lalu mereka merubah posisinya, kini Raline yang bersandar pada tepi bathtub, dengan kakinya yang juga bersandar pada tepi-tepi bathtub, perlahan Reinald mengayunkan tubuhnya maju mundur, suara cipratan air berbunyi seirama dengan gerakkan Reinald serta erangan milik Raline.     semakin lama gerakkan tersebut semakin cepat, hingga pada akhirnya mereka sampai pada puncaknya, Reinald segera menyemburkan benihnya kedalam Rahim milik istrinya. dalam hati ia berharap agar benih yang ia semai dapat tumbuh di Rahim istrinya. “ sshh aaah” teriak mereka bersamaan. “ terimaksih sayang, ayo kita mandi.” ajak Reinald setelahnya mereka mandi dibawah kucuran shower.     setelah menghabiskan waktu satu jam di dalam kamar mandi, pasangan tersebut segera menikmati sarapannya di balkon kamar, karena kamarnya sedang dibersihkan oleh petugas hotel, kamar yang mirip kapal pecah, mengungkapkan betapa panasnya malam-malam yang telah mereka lalui.     melupakan sejenak pasangan itu, kini seorang gadis muda sudah sangat merasa lelah karena baru saja menyelesaikan olahraga paginya, kini gadis muda tersebut, sedang menikmati secangkir coklat hangat dan juga beberapa potong roti di salah satu toko roti yang ada disana, setelah menikmati sarapannya, ia membawa paper bag yang berisi roti dari toko tersebut untuk ia bawa ke kamar hotel, roti-roti tersebut sangatlah menggugah selera, rasanya yang nikmat, dan juga rasa coklat yang nikmat, membuat mood gadis itu menjadi lebih baik.     ketika ia sedang asyik berjalan santai, ia mendapati anak kucing yang kakinya terluka. karena merasa tidak tega, akhirnya ia membawa anak kucing tersebut kedalam dekapannya, lalu setelahnya ia mengeluarkan pouch kecil miliknya, ia bersihkan luka-luka tersebut dan juga mengobatinya dengan alat p3k mini yang selalu tersedia di pouch miiknya.     setelah beres, ia memberi makan kucing tersebut dengan roti miliknya, kucing tersebutpun memakan makanan tersebut dengan lahap. karena merasa sangat gemas dengan tingkah laku sang kucing, akhirya ia menciumi kucing tersebut. “ laper banget ya meow, ayo abisin biar kamu cepat besar. ini kaki kamu kenapa bisa luka? kamu harus hati-hati ya meow kalau jalan, disini banyak yang lalu lalang, nanti kamu ke injek.” masih sambil terus bercengkrama dengan sang kucing, ia melupakan sekitarnya. bahkan ia tidak menyadari bahwa sedari tadi, ada salah satu orang yang menatapnya dengan lucu, karena interaksinya dengan kucing tersebut. orang tersebut hanya dapat mengulum serta mengamati wajah ceria milik gadis tersebut. “ reste heureuse belle fille, je suis content de te voir heureux.” “ teruslah bahagia gadis cantik, saya senang melihatmu bahagia.” setelahnya orang tersebut meninggalkan gadis tersebut yang masih asyik dengan kucingnya.   ***     waktu telah berganti malam, kini Reinald dan juga Raline sedang menghadiri acara reuni teman-tema kuliah mereka. tak semuanya datang, namun banyak juga yang hadir. “ sayang itu Indy.” “ ah iya benar.” “ hai pasangan fenomenal, apa kabar kalian, gila, dari zaman dulu ampe sekarang masih aja nempel.” “ kami baik, kamu apa kabar Ndy?” Tanya Raline. “ seperti yang kalian lihat. jadi kapan kalian menikah.” “hmmm… we are merried now” sambil menunjukkan cincin mereka “ wah gila sih, jadi ini perjalan bulan madu nih ceritanya?” “ iya begitulah.” “ selamat ya buat kalian. akhirnya emang jodoh.” sambil memeluk Raline. “ kapan kamu nyusul kita?” “ wah horror nih pertanyaannya. ahahah” “ hello guys” tak lama seorang datang menghampiri mereka. “ hello Mr.Willy.” “ hello Mr and Mrs Reinald. akhirnya kalian datang juga ya.” “ mumpung kami masih disini Mr. Willy.” “ cukup panggil Willy saja.” “okai.” “ ayo kita gabung bersama yang lain.” ajak Willy.     Raline menjauh dari kerumunan, karena ia sedang melepas rindu dengan Indy, sahabatnya, sambil ia tetap mengawasi Reinald, ia sengaja menginap di tempat Indy, karena ia berharap Reinald dapat bersama Hanna, ia sadar, ialah yang jadi penghalang kedekatan Reinald dan juga Hanna. ia menyadari sikap Reinald yang seakan menjaga jarak dengan Hanna jika ada dirinya.     maka dari itu ia berharap malam ini, suaminya bisa menghabiskan malam bersama Hanna, ia berharap keduanya dapat memperbaiki keadaan yang ada, memperbaiki hubungan keduanya, ia tidak mau jika sampai mereka berpisah, walaupun ia sangat mencintai suaminya, ia tetap tidak ingin Reinald menjadi anak yang durhaka jika mereka sampai berpisah, ia juga tidak akan sanggup mendapat kebencian dari bundanya.     waktu sudah semakin larut, Raline sudah terlebih dahulu pulang bersama Indy, meninggalkan Reinald bersama teman-teman prianya. Raline juga sempat berpesan kepada salah satu temannya, jika sampai Reinald mabuk, tolong antar ke hotel yang ditinggali Hanna.     sejatinya Reinald bukanlah peminum, namun disini meminum wine dan sebagainya sudah biasa bukan? apalagi acara-acara seperti ini kurang lengkap tanpa adanya minuman alcohol tersebut. meskipun sudah menolak, Reinald akhirnya tetap meminumnya. karena ia bukan peminum, jadi dua gelas sudah sangat membuatnya mabuk, lalu salah satu temannya akhirnya membawanya ke hotel dimana tadi Raline menyebutkannya. masih disisa-sisa kesadarannya, Reinald berguman tidak jelas, ia bahkan menolak tawaran temannya yang ingin mengantarnya ke hotel. namun sang teman tetap mengantarnya sampai hotel, dan meninggalkannya ketika sudah sampai depan kamar. karena merasa pusing akhirnya ia salah mengetuk pintu kamar, ia malah mengetuk pintu kamar milik Hanna. tok..tok..tok. tak lama seorang gadis berdiri dihadapannya, ia yang bingung mendapati suaminya berdiri di depan pintu kamarnya seorang diri. “ mas, ada apa” “ hmm” ia hanya bergumam tidak jelas, hampir saja ia ambruk jika saja Hanna tidak menahan tubuhnya. “ mas kamu mabuk? mbak Raline dimana? aku panggilin mbak Raline ya.” sebelum Hanna melangkah keluar Reinald telah lebih dahulu menarik tangan Hanna, hingga Hanna jatuh kedekapannya. “ I love you, I really really love you.” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD