pagi hari ini entah mengapa rasanya sangat berbeda untuk Hanna, sejak semalam ia sungguh ingin waktu cepat berjalan agar mentari segara datang menggantikan sang malam, sudah sejak sehabis subuh Hanna sibuk di dapur, membuat sarapan untuk dirinya dan juga suami tentunya, pagi ini ia memasak bubur ayam, ia berharap semoga saja mas Rei suka bubur buatannya, mengingat sang suami mengatakkan tidak bisa memakan makanan berat ketika sarapan, tetapi ketika di rumah sakit waktu itu ia memakan bubur, berarti bubur pengecualian bukan???
“selesai.. akhiranya… semoga mas Rei suka” pagi ini aku memasak bubur ayam, lengkap dengan beberapa topingnya tentu saja, ada ayam goreng suwir, ada kacang kedelai goreng, cakwe yang sudah dipotong kecil, bawang goreng, tidak lupa juga aku membuat sate-satean telur puyuh dan juga usus ayamnya, dan terakhir tentu saja ada kuah kaldu ayam untuk buburnya dan yang paling penting kerupuk, dan tentu saja sambal untukku, juga tersedia kecap manis.
setelah beres ku menata hidangan tersebut, aku membuat teh untuk kami, sempurna bukan sarapan pagi ini, aku tersenyum puas memandang hidangan yang ada di meja.
karna terlalu asyik memandangi hidangan aku sampai tak sadar bahwa mas Rei sudah memasuki ruang makan, dan tak lupa juga ia menyapaku pagi ini terlebih dahulu.
“ pagi Hanna, kamu buat sarapan apa hari ini.” tanyanya
“ pagi juga mas, aku buat bubur ayam, a..apa mas Rei mau makan bubur ayam buatanku? Tanya ku ragu.
“ boleh, tapi seperti biasa jangan pakai bawang goreng dan juga sambel.”
“ oke, aku siapin dulu mas.” sungguh aku sangat senang, aku berharap hubungan ini bisa jauh lebih baik kedepannya.
“ ini mas, silahkan dicoba, kalo ada yang kurang pas mohon maaf ya mas.”
“ terimakasih, apa kamu tidak repot menyiapkan makanan sebanyak ini?.” lalu ia menyendokkan makanan ke mulutnya. “ enak, rasanya selalu enak, saya ga nyangka kamu ternyata pintar masak.”
“ Alhamdulillah kalo mas suka, aku sudah terbiasa dari kecil membatu pekerjaan pengurus panti mas. jadi ya terbiasa karna dibiasakan mas, kami diminta untuk mandiri sedini mungkin. tapi pengurus panti tetap tidak merenggut masa anak-anak kami, kami masih bisa bermain layaknya anak-anak lain, hanya saja kami dituntut untuk mandiri, sebisa mungkin kami dilibatkan dengan pekerjaan-pekerjaan kecil yang bisa dikerjakan bersama, Cuma kalau masak tidak tahu kenapa aku suka melakukannya, awalnya aku hanya membantu menyiangi bahan-bahannya saja, tetapi lama kelamaan aku tertarik untuk membantu ibu memasak juga.”
“hmmm, pantes kamu pandai masak, kenapa ga coba ambil kuliah tata boga saja, biar bisa mengembangkan bakat kamu, bukankah bunda, mau membiayai kuliah kamu? kenapa kamu malah memilih bekerja.?”
“ aku cuma mau mencoba mandiri mas, ingin segera punya penghasilan sendiri, lagian aku juga gak enak sama bunda, bunda terlalu baik selama ini sama aku, aku Cuma gak mau merepotkan siapapun lagi.”
“ hmm, baiklah saya akan segera berangkat kerja, terimakasih untuk sarapan yang enaknya, saya sangat menyukainya.”
langsung saja aku mengantar mas Rei ke depan, tak lupa juga aku menyalaminya. “ hati-hati di jalan mas” ucapku. ia hanya mengangguk saja, ketika ia sudah sampai di depan mobil, ia berjalan balik lagi ke hadapanku, aku mengernyit heran, apa mungkin ada yang tertinggal?
“ kenapa balik lagi mas, ada yang tertinggal? sini biar saya yang ambil.”
“ iya saya kelupaan sesuatu.” tak lama aku menegang mendapati perlakuan mas Rei terhadapku. ia mencium keningku, kedua pipiku, dan tak luput bibirku, hanya kecupan singkat dibibir, namun efeknya sungguh luar biasa bagiku, tiba-tiba mukaku memanas karna malu.
“terimakasih sudah membuatkan makanan yang lezat untuk saya.” tak lupa ia menepuk-nepuk pelan kepalaku. setelahnya ia berpamitan. “ saya pergi kerja dulu ya.”
“ iya sama-sama mas.” sungguh aku merasa jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya, perlakuan manis mas Rei sangat-sangat tidak baik untuk kesehatan jantungku sepertinya. ahh apakah ini yang dinamakan cinta? sungguh manis sekali perlakuan mas Rei terhadapku.
***
Reinald POV
sungguh aku tidak mengerti kenapa aku bisa kelepasan untuk menciumi wajah Hanna, awalnya aku hanya ingin mencium keningnya saja, tapi aku tidak tahan melihat pipinya yang selalu saja memerah ketika ia malu, apalagi bibirnya yang sangat menggoda untuk aku cium, bibir yang selalu gugup ketika berbicara padaku, manis rasanya sangat manis, ternyata tinggal bersama Hanna tidak seburuk yang aku kira, ia gadis yang sangat manis, gadis kecil yang sekarang telah resmi menjadi istriku. apakah sekarang aku mulai ada rasa kepadanya? apakah aku jatuh cinta kepadanya? apa bisa secepat itu? tidak aku rasa itu bukan cinta, itu hanya ketertarikkan biasa bukan cinta seperti cintaku kepada Raline, ahh mengingatnya membuat aku sedih lagi, sampai sekarang aku tidak tahu dimana ia berada, ia bagaikan ditelan bumi, bahkan tidak ada satupun yang mengetahui keberadaannya, om dan tantenya pun demikian, sungguh aku sangat merindukannya.
dalam hati kecil aku masih sangat berharap aku bisa menikah dengannya, membangun rumah tangga sesuai dengan mimpi kami, namun sayang, kami malah terpisah, dan sialnya aku tidak mengetahui keberadaanya.
***
setibanya di kantor aku disibukkan dengan pekerjaanku, ada beberapa pekerjaanku yang belum rampung, aku harus mengerjakan beberapa rancangan lagi, aku diharuskan kerja secara fokus karena merancang harus tahu betul detail detail struktur bangunan yang aku rancang. tiba-tiba pintu ruanganku diketuk setelah ku persilahkan masuk ternyata sekertaris ku yang datang.
“ maaf pak Reinald saya menganggu, pihak klien kita yang baru meminta kita datang ke tempatnya di Bali, beliau tidak bisa menyambangi kantor kita karena istrinya sedang hamil besar, maka dari itu beliau bertanya apa kita bersedia meeting disana?”
“ maaf Doni, klien kita ini yang mana, saya benar-benar lupa”
“ beliau pak Arjuna Wicaksana, yang menginginkan bapak mendesign resort untuknya, katanya biar sekalian bapak meninjau lokasi sekalian, jadi bagaimana pak?”
“ baiklah, kita kesana besok, tolong kamu persiapkan juga ya kebutuhan kita selama disana, jangan cari penerbangan terlalu pagi, santai saja ya, mungkin lusa kita juga sudah harus balik lagi, sekalian tolong kamu cari tiket pesawat untuk kita pulang pergi ya, serta hotel untuk kita menginap sekalian, terimakasih Doni.”
“baik pak, saya permisi dulu.”
dia, Doni sekertaris sekaligus asisten ku, awal mula aku mendirikan kantor ini, ia yang ku pilih untuk menjadi tangan kananku, dia tanggap dan juga pekerja keras, ia bukan tipe orang yang kepo, selain itu aku memilihnya karena ia laki-laki, aku sangat malas jika sampai sekertaris ku perempuan dan terlibat drama sang sekertaris jatuh cinta pada atasannya. bukankah sudah banyak contohnya? saat itu aku hanya ingin menjaga hati dan perasaanku untunnya seorang, ya siapa lagi kalo bukan Raline kekasihku, wanita pujaan hatiku. tidak ingin berlarut memikirkan Raline, ku alihkan segera fokusku untuk melanjutkan pekerjaanku yang tertunda tadi, agar aku bisa tenang menghadapi meeting bersama klien besok.
***
di rumah
hmmm sore ini aku masak apa ya, aku harus memasak makanan yang spesial, aku ingin bisa melayani suamiku sepenuh hati, setelah aku melihat isi kulkas akhirnya aku memutuskan membuat ikan gurame bakar, kangkung balacan, juga udang tepung krispi tak lupa sambal kecapnya, sejak perlakuan manis mas Rei, entah mengapa aku jadi ingin senyum selalu, aku selalu berharap semoga ia selalu bersikap manis seperti tadi, dan juga pastinya berharap hatinya pelan-pelan bisa mencintaiku, semoga saja.
ahh akirnya selesai juga pekerjaanku, aku harus segera pulang, entah mengapa mengingat Hanna istri kecilku itu aku jadi senyum-senyum sendiri, benar-benar gadis yang polos, satu yang harus ku akui, segala sesuatu yang ia masak sungguh sangatlah enak, aku tidak berbohong akan satu hal itu, di usianya yang masih muda, ia sudah pandai sekali mengurus rumah beserta isinya, akan aku carikan nanti cooking class untuknya, agar ia bisa lebih mengembangkan bakatnya itu. hmm kira-kira makanan apa lagi yang akan ia hidangkan untuk makan malam kali ini ya, sungguh aku sangat ketagihan memakan masakkannya, padahal baru malam dan juga pagi tadi aku memakan masakkannya, namun rasanya sungguh pas sesuai seleraku.
betul saja kan, ketika aku sampai rumah, senyum manis Hanna sudah menyambut kedatanganku.
“assalamualaikum”
“waalaikumsalam mas”
selalu pasti ia tidak lupa mencium tanganku, sebagai rasa terimakasih ku, ku sematkan ciuman di keningnya, ahh lihatlah, pipinya langsung bersemu merah, benar-benar menggemaskan sekali.
“ mas mau langsung makan apa mau mandi dulu” tanyanya.
“ saya akan mandi dulu Naa, setelah itu baru saya akan makan, kamu masak apa hari ini?”
“ hmm.. aku masak ikan gurame bakar, kangkung balacan, udang goreng tepung dan sambal kecap mas. mas gak ada alergi seafood kan?”
“ tidak saya pemakan segalanya, kecuali yang pedas-pedas.” lihat dia begitu rajin bukan?
“ ya sudah mas mandi dulu, biar saya siapkan makanannya di meja”
“hmm…baiklah”
setelahnya….
“ wah menarik sekali penampilannya, pasti rasanya sangat lezat ini, terimakasih Hanna kamu selalu menghidangkan saya makanan yang lezat, bisa-bisa bertambah ini berat badan saya. hahaha”
“ terimkasih mas atas pujiannya, sini aku ambilin, abis itu baru mas nilai, beneran enak apa Cuma tampilanya aja yang bagus”
ini juga yang membuatku menyukai sifat Hanna, ia selalu melayaniku, contohnya ini, dia selalu mengambilkanku nasi beserta lauknya, menuangkan air minum untukku, tak pernah aku mendengar ia mengeluh, ketika aku pulang kerja pun rumah sudah beres dan rapih, benar benar istri idaman bukan.
“ terimakasih Naa.. oh ya besok saya harus pergi ke luar kota, karna harus bertemu dengan klien, mungkin siang saya baru berangkat bersama Doni asisten saya di kantor, kamu tidak apa-apa kan kalo saya tinggal sendiri di rumah, tenang saja perumahan ini aman kok. oh iya berapa no rekening kamu?”
“ buat apa mas no rekening?”
“ saya akan mentransfer uang untuk keperluan pribadi kamu naa.. uang yang kemarin untuk belanja keperluan rumah, untuk keperluan pribadi kamu saya akan transfer saja ya.”
“ tapi mas uang yang kemarin masih sangat banyak mas, tidak usah, lebih baik uangnya ditabung saja mas, siapa tau nanti perlu”
“ tidak Hanna, kamu berhak menerimanya, bukankah kita sudah resmi menikah? jadi tolong kamu jangan menolak nafkah dari saya ya.sekarang sebutkan no rekening kamu.”
“ baik mas, no nya 112233.”
“ oke sudah saya transfer untuk keperluan pribadi kamu, kamu bisa bebas membelanjakannya.”
“ terimakasih mas.” lalu setelahnya, ku lihat notifikasi yang masuk ke hp ku, dan betapa terkejutnya aku nominal yang masuk ke rekening ku.
“ mas, apa ini tidak salah nominalnya?
“ kenapa Naa.. apa kurang? nanti saya tambahkan lagi”
“ bu..bukan mas, ini terlalu banyak untuk saya, lagian saya juga tidak tahu ingin beli apa dengan uang sebanyak ini mas.”
lihat selain pintar memasak dan mengurus rumah, ia juga bukan wanita yang silau harta, padahal aku hanya mengirimnya uang sedikit tapi lihat reaksinya, seperti aku mengirimnya uang triliunan saja, pekerjaanku sebagai seorang arsitek tentu saja bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah yang lumayan, belum lagi saham-sahamku yang ada di kantor ayah, menambahkan pundi-pundi rupiah juga bukan?
“ tidak apa Naa.. kamu bisa menyimpannya, dan ini kartu untuk belanja keperluan rumah, saya jarang menarik uang cash, jadi nanti kamu bisa beli keperluan rumah di supermarket saja ya, atau kapan-kapan mungkin kita bisa belanja bareng.”
“iya mas, oh iya gimana makanannya, ada yang kurang rasanya?”
“ tidak ada yang kurang, rasanya selalu pas di lidah saya.”
“Alhamdulillah kalo mas Rei suka, hmmm… apa mas Rei butuh bantuanku untuk mempersiapkan keperluan mas selama di luar kota?”
“ hmm… tidak perlu, saya bisa menyiapkannya sendiri, lagi pula saya hanya 2 hari disana, tidak membutuhkan barang bawaan yang banyak. kamu pasti sudah sangat lelah mengurus rumah dan juga memasak tiap hari untuk saya, sini biar saya yang mencuci piring bekas kita makan.”
langsung saja ku cegah mas Rei, tidak mungkin aku membiarkan suamiku mengerjakannya, pasti ia sangat lelah setelah seharian bekerja di kantor.
“ tidak usah mas, biar aku aja, mas pasti juga lelah seharian bekerja di kantor.”
“ tidak mengapa, saya sudah biasa tinggal sendiri dan megerjakan pekerjaan sendiri, kamu jangan sungkan, kamu sudah memasak dan sekarang biar saya yang mencuci bekasnya.”
aku masih memandangi mas Rei yang sedang mencuci piring, sungguh sikapnya seharian ini benar-benar membuatku berbunga-bunga.
“ ayo sekarang kita tidur”
aku hanya mengangguk saja mengikuti langkah mas Rei ke atas, setelahnya kita memasuki kamar kita masing-masing. kegiatan rutin sebelum tidur aku membersihkan diri, tidak dengan mandi cukup dengan menggosok gigi, cuci muka dan juga berwudhu, biasanya aku akan sempatkan membaca qur’an sebentar, tetapi kali ini aku sedang berhalangan, jadi tidak bisa membaca qur’an. ketika aku telah siap mengganti baju dengan piyama tidur, tiba-tiba mas Rei masuk ke kamar ku, sungguh aku merasa malu pasalnya aku sedang tidak mengenakan kerudung,reflek aku menutupi diriku dengan selimut.
“ hmm maaf, lupa mengetuk pintu, apa saya boleh masuk?”
“ ii..iiyaa mas silahkan”
“ apa boleh malam ini saya tidur disini?”
lagi-lagi aku terkejut mendengar permintaan mas Rei. “iya mas boleh, silahkan”
“ kenpa kamu selimutan? kamu lagi ga enak badan?”
“ eng..enggak mas, saya baik-baik saja.”
“ ya udah lepas selimutnya.”
sungguh aku sangat malu, apa mas Rei akan meminta hak nya malam ini? bagaimana ini?sedangkan aku sedang berhalangan. setelahnya ia melepas selimut yang menutupi kepalaku. lalu ia merapihkan rambutku yang sedikit berantakkan dengan jari-jarinya, tiba tiba… cuph, ia mencium kening ku, cuph cuph ia mencium kedua mata ku, cuph ia mencium hidungku, dan cuph ia mencium bibirku.
sudah aku pastikan pasti pipiku bersemu merah, aku beranikan menatap mas Rei, lalu ia menarik tengkukku, setelahnya ia melumat bibirku, aku tidak tahu harus apa, karena ini merupakan ciuman pertamaku, mengikuti insting ku pejamkan mataku, dan aku mencoba membalas ciumannya, walau terasa aneh namun aku menikmatinya, ciuman yang terasa lembut sekali, kami saling mencecap rasa dari bibir kami, setelahnya kami melepaskan ciuman kami karna kami sama-sama merasa kehabisan nafas.
cuph ia kembali mengecup bibirku singkat. “ ayo kita tidur, sudah malam” setelahnya ia menepuk nepuk tangannya, “ sini tidur disini” sambil membawaku dalam pelukkannya. cuph, sekali lagi ia mencium keningku sambil mengucapkan" selamat malam Hanna".
sungguh jantungku sangat berdebar mendapat perlakuan manis mas Rei. bahkan aku bisa merasakan debaran jantungku sendiri karena berdetak sangat keras, ahh bukankah malam ini sangat manis.
" selamat malam juga mas Rei" ucapku tak lupa ia mematikan lampu kamar setelahnya.